How Deep Is The Ocean*

Sekali lagi Diana Krall menemani sore ini. 06.37 PM. Rasanya tidak mungkin saya menikmati Diana Krall di pukul 06.37 AM karena saat-saat itu adalah prime time bagi saya. Saya bisa makan pagi, mencatok poni, berdandan, menonton kartun/berita pagi, sambil membuka computer untuk mengecek tugas dalam satu gerakan saja. Memang benar kok kalau orang bilang perempuan itu makhluk multitasking.  


Tidak ada yang pernah ingin menjadi makhluk multitasking, apalagi saya. Kadang memang tampak kelihatannya saya bisa menjadi makhluk multitasking, bahkan Smartphone pun kalah. Tapia pa memang benar begitu? Saya sendiripun kadang, sembari mengajak menari tangan saya di atas keyboard PC yang berdenting-denting, sibuk menangkapi burung-burung pipit yang berputar-putar di atas kepala. Hey, buat apa sih semua ini? Saya Cuma tampak seperti kupu-kupu yang keluar dari kepompong, kemudian tersesat di antariksa.


Saya butuh waktu menyendiri, menyendiri … Menjejakkan kaki ke tanah yang basah, membiarkan pori-pori ini tersentuh air sungai, membiarkan paru-paru menukar karbondioksida yang penuh dengan senyawa negative dengan oksigen yang menyuplai senyawa positif.


Jawaban yang saya butuhkan, adalah kembali mencarinys. Entah secepat mungkin tugas di dunia yang seperti ini akan segera terselesaikan, berganti dengan mencari passion yang harus segera terpuaskan. Sebelum tak ada waktu lagi bersenang-senang dengannya, sebelum hilang terbawa arus kehidupan yang semakin lama semakin kejam.


Diana Krall mengakhirinya dengan pertanyaan “How Deep is the Ocean?”.


Voltaire : “Nature has always had more force than education”

Komentar

Postingan Populer