Tentang Kesepian dan Lampu Kamar 5 Watt

Pernah nggak merasa kaya hidup di dua alam?
Satu alam, kamu merasa ramai banget. Seperti karnaval, semua menyambutmu. Di alam yang lain, kamu merasa sepi. Karnaval di alam lain itu, rasanya Cuma sekelebat lalu. Alam yang ini, alam yang tersembunyi dan punya pintu ajaib yang nggak semua orang bisa memasukinya.

Iya, sialnya saya lagi merasa berada di alam yang sepi ini. Pernah tau nggak ada yang bilang, orang yang biasanya ramai dan terlihat ceria sebetulnya adalah orang yang paling terluka dan sedih?

Iya sih, saya nggak slow ya kayanya, mestinya “hal ginian aja lho kok dipikirin…”. Iya, kalau rame-rame saya memang lupa, tapi namanya alam bawah sadar nggak pernah bohong kok. Saya kadang juga bingung mau ngomong sama siapa secara serius, cuma mau bilang aja satu dua kata yang sepele kayak “Aku capek” atau “Aku butuh dihibur” gitu ..

Ujung-ujungnya saya buka Whatsapp atau LINE, liat-liat kontak yang bisa diajak ngobrol.
Ada. Kadang Vino, kadang Anyum, kadang Gatha. Tapi beberapa saat kemudian, ngobral ngobrol ngalor ngidul malah bikin berasa hampa. Maaf, saya pamitan duluan atau ngilang …
Nyampah di Twitter, nggak enak karena Twitter saya juga saya pakai buat personal branding.
Nulis di Facebook, ada dosen, ada keluarga. Ga bebas.
Kamu? Nggak tau kemana rimbanya, ingkar janji.
Yang lain? Sudah kehilangan akses, sayanya lupa pamitan “waktu itu”.

Akhirnya, biasanya, saya matiin lampu besar dan ganti dengan lampu kamar kuning 5 watt, pergi tidur dan berharap saya bertemu orang yang tepat buat bicara hal-hal “metafantastis” dengan saya … atau paling tidak saya berharap hari cepat berganti ..

Galau ya, Mbak? Ndak papa, Pak dhe Morrisey bilang "That's How People Grow Up"

Komentar

Postingan Populer