Saat Teori Magnet Tak Lagi Berlaku di Dunia Ini

Pernah bermain-main dengan magnet? Ini salah satu benda yang bikin saya penasaran (oh okay, saya memang mudah penasaran sejak kecil :D). Bagaimana bisa sih dua magnet, dengan kubu yang berbeda, bisa saling tarik-menarik dan sebaliknya. Padahal biasanya batu magnet itu bendanya satu, kubunya ada dua. Satu benda aja gitu ... kenapa bisa punya dua sisi yang saling bertolak belakang ya?

Serangkaian penjelasan fisika sudah saya lahap sejak SD tentang hal tarik-menarik ini. Tapi sejujurnya saya kurang tertarik dengan penjelasan ilmiah sampai pada akhirnya ketika dewasa saya benar-benar merasakan yang namanya tarik-menarik dalam kehidupan. For real, bukan batu magnet lagi yang jadi obyeknya. Melainkan manusia itu sendiri.

Teman saya pernah tiba-tiba nyeletuk, di tengah pembicaraan kami, "Kamu kok selalu deket sama orang yang bermasalah sih, Wind?". Menurutnya, saya bisa dengan mudah masuk ke dalam kehidupan orang yang 'nyentrik' sementara orang-orang itu biasanya agak susah menerima orang lain dalam hidupnya. Ketika saya ditanya bagaimana caranya, saya juga nggak tahu. Rasanya perbincangan dengan mereka mengalir begitu saja. Tapi kemudian saya tanya teman saya, "Bukannya saya juga melakukan hal yang sama pada semua orang ya?". "Iya, tapi kamu bisa menarik mereka, sementara orang lain nggak bisa," jawab teman saya.

Lalu suatu hari saya membaca sebuah e-book, The Secret, yang mana di dalamnya ada bab tentang Law of Attraction. Intinya, apa yang kita pikirkan sebetulnya bisa benar-benar menarik apa yang ada di alam semesta ini. Misalnya, kalau saya berpikir besok menikah, bisa jadi besok saya beneran menikah. Hahahaha ... becanda. Misalnya, saya berpikir negatif melulu, maka besar kemungkinan pikiran negatif itu akan benar terjadi. Sebaliknya, hal positif juga berlaku dengan hukum yang sama.

Kemudian saya malah jadi bingung. Taruhlah saya selalu berhubungan dengan orang-orang yang bermasalah, bukan berarti saya bermasalah juga. Saya, dengan wajah judes saya, sebetulnya saya nggak tegaan. Kalau ada yang datang pada saya, cerita tentang apa yang dialaminya saya berusaha menyediakan kuping untuk mendengarkan meskipun lebih banyak nggak bisa memberi saran. Ya cuma gitu aja sih. Kalau saya punya masalah, saya hanya menceritakannya ke teman-teman terdekat saya yang mungkin bisa dihitung dengan 1 tangan jumlahnya. Itupun tidak semua saya ceritakan, lebih-lebih kalau galau masalah percintaan biasanya saya milih diam dan menyelesaikan sendiri hihihi...

Saya mau jadi Kate Middleton, amin! (Image taken from davebowensteam.com)
Bukan berarti saya nggak setuju dengan hukum tarik-menarik ini ya. Saya setuju, ketika kita berpikiran positif, hal-hal di sekitar kita tentunya akan bisa terlihat lebih baik lagi dibandingkan saat kita badmood. Saya lagi mencoba mempraktekkan ini untuk mengurangi anxiety saya yang agak parah akhir-akhir ini. Katanya sih jodoh juga bisa didatangkan dengan cara ini hahahaha oke deh, saya bakal senyum, gembira, ceria, mengurangi konsumsi lagu-lagu yang gloomy, melihat semuanya dari perspektif berbeda dan akan rajin membaca buku Chicken Soup agar saya bisa menarik jodoh yang se-positif Pak Mario Teguh *halah*

Mungkin ilmu tarik-menarik ini bisa jadi ada benarnya, baik itu dalam ilmu fisika maupun dalam kehidupan ini. Tapi juga tidak, karena ada faktor-faktor yang tidak tersebut yang jadi pengecualian, misalnya kebutuhan seseorang untuk didengarkan. Pernah punya pengalaman dengan hukum tarik-menarik ini nggak? Lemme know, Guys :D

Komentar

  1. Aku juga banyak berteman dengan orang bermasalah. Selain jadi tempat curcol, kadang dari mereka aku belajar banyak untuk survive :)

    BalasHapus
  2. ooh bisa mendatangkan jodoh ya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer