Buah Merekah Belum Saatnya: Belajar Dari Kevin Jones dan Janiya


Setiap kali punya kesempatan untuk bicara tentang social media, saya tak bosan-bosannya mengatakan : social media bagaikan 2 sisi mata uang. Saat bicara social media, tak lagi kita bicara sebatas tentang internet, infrastrukturnya, fitur Facebook, cara optimasi Facebook ads ataupun bagaimana bisa jadi trending topic di Twitter. Lebih jauh daripada itu, saya lebih suka bicara social media dari sudut pandang perilaku penggunaan dan keamanannya.

Kisah yang baru-baru ini ramai sliweran di berbagai forum di luar negeri adalah seorang ayah bernama Kevin Jones dan putrinya yang berusia 10 tahun. Sang putri yang bernama Janiya, seperti tampak dalam foto. Perawakannya cukup tinggi bongsor. Dari sepenglihatan saya, tubuh A pun bisa dibilang bertumbuh cukup cepat daripada anak usia 10 tahun pada zaman saya.

Apa yang membuat Kevin Jones dan Janiya menjadi begitu viral di dunia maya?

Dikisahkan, Jones menemukan pembicaraan private Janiya dengan teman-teman Facebooknya. Mengejutkan bagi Jones karena pesan-pesan yang dikirimkan sang putri ditujukan pada pria-pria dewasa. Isi pesannya, menurut Jones, bernada menggoda. Seolah-olah Janiya adalah remaja putri berusia 15 bahkan 18 tahun. Bahkan, Jones menemukan sebuah pesan yang mana Janiya sepakat akan berkencan dengan salah satu pria dewasa teman Facebooknya.

Melihat hal ini, kontan Jones kebakaran jenggot. Ia menghukum sang putri dengan cara menyuruhnya memakai "age defining t-shirt" bertuliskan "I Am 10 Years Old". Ia pun menggunakan tas ransel Disney dan dikuncir ala anak-anak, sehingga menunjukkan ia benar-benar masih berusia 10 tahun.


Kisah ini membuat saya cukup merinding. Internet menyediakan ruang bagi kita untuk berekspresi menjadi siapapun yang kita mau. Entah itu anonim, entah itu diri kita sebenarnya, ataupun menjadi seperti apa sosok yang ingin dibentuk.

Janiya, di usianya yang masih sangat belia, telah mengetahui bahwa social media memberikan kesempatan baginya untuk menjadi sosok yang lain. Beruntung sang ayah mengetahui lebih cepat, jika tidak siapa tahu Janiya menjadi korban traficking atau kejahatan seksual? We'll never know what will happen.

Tak heran jika Facebook menerapkan usia minimal penggunaan yaitu 13 tahun dengan pertimbangan bahwa di usia tersebut setidaknya anak mulai memahami lingkungan sekitarnya dan memahami konsep pertemanan. Jika anak di usia tersebut sudah diperbolehkan untuk memiliki akses bebas ke Facebook, well, mau tidak mau orang tua harus sangat strict terhadap penggunaannya.

Saat ini orang tua dituntut wajib menguasai teknologi. Sangat tidak bijak membiarkan anak menggunakan internet (well, saya lebih suka menggunakan istilah 'menggunakan internet' daripada 'bermain internet') sendirian, tanpa pengawasan. Ibaratnya, bak membiarkan anak balita bermain bola di jalan tol. Bahkan lebih berbahaya daripada itu, karena di internet semua orang bisa menjadi (bukan) dirinya sendiri. There's a lot of online predator yang menyamar dalam berbagai rupa. Bagaimana jika mereka berhasil mendapatkan data diri lengkap tentang anak dan keluarga kita?

Internet bukanlah tempat bermain. Banyak yang menganggap internet hanyalah sekedar media untuk main-main, bukan hal yang patut mendapatkan perhatian lebih dan pengawasan. Namun jika buah merekah belum saatnya tanpa pengawasan, salah siapa?

(Bukan salah siapa-siapa, yuk belajar memahami internet dengan bijak bersama-sama :D)


Komentar

  1. *menghela napas panjang* Makasih infonya, Win. Buat tambah wawasan bagi aku. Anak-anakku belum bermedia sosial. Nanti akan tiba masanya juga mungkin, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak Haya, semoga orang tua lainnya peduli mendidik anak utk bertanggungjawab terhadap bagaimana mereka merepresentasikan dirinya kpd dunia luar :)

      Hapus
  2. Saya sangat setuju Saat ini orang tua dituntut wajib menguasai teknologi.
    karena kebebasan dunia maya sangat luas,banyaj hal yang kurang pantas bagi anak2 mudah ditemukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Mas Adib. Orang tua masa kini harus lebih pintar menggunakan teknologi drpd anaknya, jangan sampai kebalik :)

      Hapus
  3. *ngelus dada Mbak. Terima kasih untuk sharingnya.
    Kudu waspada nih, berhubung belum menikah jadi ngincer keponakan untuk dikepoin kalau lagi menggunakan Internet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mak Ika, tanggung jawab semua orang dewasa sih untuk mndidik tentang penggunaan internet yang bijak ..

      Hapus
  4. untung cepet ketahuan dan ortunya tanggap....

    Sosmed kadang membuat otang terkesan punya kepribadian yang lain.. Terutama anak2 yang merasa udah dewasa... Padahal usia mereka masih jauh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, untung ya bapaknya juga kepo. Kalau engga, nggak kebayang ya Mak kalau sampai Janiya beneran datang ke acara blind date tsb ..

      Hapus
  5. Dua anakku udah remaja. Daripada media sosial, aku lebih mengarahkan mereka untuk menulis di blog. Meskipun mereka udah punya akun facebook karena udah 13 thn, penggunaannya tetap dikontrol aku. Mereka gak tau semua password, jadi cuma bisa login di rumah. Hope it helps. Serem liat pergaulan sekarang :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak Sary, even itu di dalam rumah sudah begitu strict, anak-anak selalu punya cara buat menyelinap ya. Apalagi di dunia maya yang nggak bisa ditrack secara real. Tapi ide bagus banget itu mengarahkan anak untuk ngeblog Mak. Salut!

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. hahaha negroid, eh aku juga item juga deng

    BalasHapus
  8. Ngeri juga memang yaa kalau anak-anak bisa akses internet sembarangan tanpa kontrol orang tua. -_-
    Kiranya mereka cuman untuk main-main. Padahal belum tentu semua yang ada di internet itu baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu lah ya, dikiranya cuma untuk main-main padahal ada predator online di sana ..

      Hapus
  9. Kudu waspada nih, berhubung belum menikah jadi ngincer keponakan untuk dikepoin...
    waspadalah hehehe
    4g salam kenal http://orangbiasaji.net

    BalasHapus
  10. internet mmg cukup berbahaya, mnrt saya lho ya. mirip dg tv deh. ada manfaat, ada mudhorotnya. tapi bg yg sdh bisa memfilter, manfaatnya jd lbh terasa bnyak. salut utk ortu yg tahan banting tdk asal memfasilitasi anak dg internet. salut jg kpd ortu yg siap siaga mnjdi benteng bg anak2nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, banyak ortu yang hanya bisa memfasilitasi tapi belum pada tahapan memberikan pengertian yang baik :)

      Hapus
  11. Ngeri banget mak...
    Pengawasan mmg kdg sulit mak. Apalagi kalau mereka menggunakan internet di luar rumah. Secara warnet skrg dimana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha iya itu Mak, badan sih boleh bersama-sama kita di rumah, tapi ternyata mereka bisa menjangkau lebih dari itu ...

      Hapus
  12. Angka 13 tahun itu buat saya adalah angka aman di atas kertas. Jadi, selama anak masih dibawah tanggung jawab orang tua, kita jgn jd org tua yg tdk mengikuti perkembangan mereka. Berapapun usia anak. Termasuk dlm hal teknologi. Terserah deh kalau dibilang orang tua yang Kepo tapi saya memang terang2an bilang ke anak mau tau segala urusan mereka selama mereka masih ada dalam tanggung jawab saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, tergantung anaknya juga apa sudah punya pemahaman yang baik. Even itu umur 17 tahun kalau dirasa masih belum, ya lebih baik dipantau :)

      Hapus
  13. huuuuh..lagi..lagi...
    tetep ya butuh pengawasan dan bimbingan yang ekstra dari orang tua, tentang bagemana berinternet yang sehat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini hanya sepersekian kasus yang kita tahu ya Mak Nchie. Kayaknya masih banyak lagi :(

      Hapus
  14. iya, pengawasan orang tua emang perlu banget, pendidikan dasar juga wajib hukumnya, karena dunia, baik maya maupun nyata, terlalu luas untuk bisa dikontrol sepenuhnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Nopek, aku setuju sama kalimat "terlalu luas untuk bisa dikontrol sepenuhnya".

      Hapus
  15. Benar SOSMED sudah seperti kebutuhan,udah kayak Nasi belum disebut makan kalau belum makan nasi...Semoga kita bisa bijak dalam menggunakan Sosmed

    BalasHapus
  16. Saya pernah diundang Internet Sehat untuk berdiskusi tentang penggunaan dan dampak internet bagi anak-anak. Contoh kasusnya ada dan banyak terjadi di Indonesia, malah sampai disekap salah satu korbannya. Jadi aware sama penggunaan internet buat anak-anak, makanya saya membatasi baru anak yang umurnya 15 tahun punya Facebook.
    Thanks sudah berbagi, Winda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak Indah, boleh dong berbagi materinya. Saya concern banget sama hal ini dan pengen banget bisa berbagi banyak ttg ini :)

      Hapus
  17. Mksh sharingnya mak,,... bener banget internet sprti pisau bermata dua. Saya menerapkan pengawasan ketat pd kedua anak saya. Mereka pny akun facebook tp saya rutin memeriksa dan menyaring dgn siapa mrk berteman dan berinteraksi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. That's great Mak Irma. Ngga semua orang tua menyadari kalau anak-anaknya bisa berteman dengan siapa saja, termasuk tanpa disengaja berteman dengan predator online.

      Hapus
  18. TFS mak.. Serem bgt klo itu terjadi sm anak kita..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Jangan sampai terjadi pada anak kita ya :)

      Hapus
  19. Mengerikan sekali memang membayangkan dampak negatif media sosial dan Internet secara umum ya Mbak. Ibarat pisau, bisa kita gunakan untuk memotong daging/sayur untuk masak atau melukai orang lain/diri sendiri. Terima kasih telah berbagi informasi ini. Semoga kita dan keluarga dijauhkan dari petaka dunia maya ya. Salam dari Kota Hujan :)

    BalasHapus
  20. internet memang bagai dua sisi ya, ada positif dan negatifnya. Membaca ini jadi ngeri, anak-anakku sudah mulai remaja, semoga dijauhkan dari hal2 negatif sosmed dan internet, dan smoga selalu dalam perlindunganNya.

    BalasHapus
  21. Saya kudet banget yak, berita ini baru tau dari sini... Betul kata mak Winda. Internetan harus cerdas. Salah satunya dengan tidak mengizinkan anak dibawah umur eksis di sosial media. Nyari bahan sekolah juga baiknya diawasi orang tua.

    Mudah-mudahan bisa jadi pelajaran buat kita kalau sudah jadi orang tua nanti. TFS mak.. :)

    BalasHapus
  22. kasus bullying di kalangan netizen semakin marak, mungkin karena perkembangan teknologi juga

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer