No Man's Land: 20 Tahun Kiprahnya di Skena Skinhead & Punk dan Lagu Pengantar Minum Racun

"Wind, ini lho enak, dengerin."

Perkenalan saya dengan No Man's Land terjadi kira-kira setahun yang lalu. Kala itu Mas Adhib Mujaddid, editor leader di Kapanlagi.com memberi saya asupan gizi otak sehabis makan siang biar nggak ngantuk dengan video dari sebuah band Malang yang katanya dikaguminya. Inilah video itu : 


Itulah pertama kalinya saya tahu band bernama No Man's Land. Komentar saya: "Mas, aku nggak nyambung sama musiknya". Semata karena waktu itu saya lagi spaneng sama kerjaan jadi tidak bisa duduk manis diam mendengarkan musiknya. Kemudian di lain hari saya Youtube-ing sendiri dan saya ketik "No Man's Land Malang" di kolom pencarian dan muncullah sebuah lagu yang merebut hati saya : Taken Away.

It's so hard to get up when you could 
snooze another hour from your sleep 
Because you’re being work hard all day 
Hope you earn more today to get pay 


Kemudian lagu kedua yang saya dengarkan adalah "The Way We Feel". Yang bikin saya 'wow' dengan lagu ini karena duet vokalisnya (Mas Didit) dengan Chloe, seorang vokalis asal Kanada (yang kemudian saya baru tahu bahwa Chloe sengaja di Malang selama 1 tahun untuk menggarap rekaman dan video klip lagu ini. Keren!)


Pertemuan pertama saya dengan band ini justru baru saja terjadi beberapa bulan lalu, tatkala saya mengajak Rendy dan Mas Adhib nonton gig Closing Party Reka Records. No Man's Land menjadi salah satu band pengisi acaranya yang tampil di penghujung acara. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 22.30 tetapi No Man's Land belum saja muncul. Saya berbisik ke Rendy, "Ojok pulang sik yo, aku pengen nonton band ini." Benar saja, tak lama kemudian Mas Didit dan bandnya mulai membunyikan alat musiknya. Sontak, ruangan yang tak seberapa luasnya itu langsung dipenuhi manusia-manusia (yang mostly adalah laki-laki berbadan besar) yang asyik terhanyut dalam musik sambil berpogo ria. Meski ditabrak sana-sini (dan membuat Rendy insecure saja keinjak-injak crowd :)) ), saya hanya mundur beberapa langkah dan mencari tempat yang aman ... untuk bisa menikmati musiknya. Kerumunan yang dengan kompaknya mengepalkan tangan ke atas, mengikuti sang vokalis menyanyikan "Pride of the city! Pride of the city! Woooo ooo ooo~"

Sekitar awal tahun 2015, Mas Adhib memberitahu bahwa No Man's Land mendapuknya menjadi editor perjalanan karir mereka. Saya sempat mengetahui berbulan-bulan Mas Adhib menyempurnakan tulisan demi tulisannya disela kesibukannya sebagai editor leader di Kapanlagi.com. Hingga akhirnya, menjelang penghujung tahun, Mas Adhib memberitahu, "Bukuku selesai, Wind, wis mau dicetak," ... finally you finished it, Mas!


Pada hari Minggu, 18 Oktober 2015, No Man's Land dan mas Adhib mengadakan Bedah Buku 20 Tahun No Man's Land : Konsistensi di Skena Skinhead dan Punk, bertempat di Houtenhand, Malang. Acara tersebut, selain mendiskusikan tentang buku biografinya, juga banyak dipamerkan memorabilia rilisan fisik, merchandise hingga surat-surat No Man's Land dengan para pendengarnya dari berbagai kota. Setelah sesi bedah buku, sesi berikutnya adalah teman-teman musisi Malang menginterpretasikan lagu-lagu milik No Man's Land dengan caranya sendiri.

Saya, kebetulan ditodong Mas Adhib untuk berpartisipasi, hanya 4 hari sebelum acara. "Lha Mas, aku lek nyanyi kayak lagu pengantar minum racun ee. Yo opo?" - "Halah Wind, iso iso," kata Mas Adhib. Dan kemudian inilah yang terjadi: Winda Carmelita menginterpretasikan lagu No Guts No Glory milik No Man's Land.

Just because you’re a big tiger
Showing at me that you’re powerful
I’m just a little rabbit shit
Living in fear life weak as mine

No Guts No Glory
Fight for your life

Just because you’re a wealthy man
Everything about your money speaks
No room for me coz life don’t come cheap
You play me like a dirty doll


Jangan ditanya betapa ndredegnya saya menyanyikan lagu ini di depan penciptanya langsung ya. NDREDEG NUEMEN NOTOK NJEDOG, kalau kata orang Malang *nangis garuk-garuk tanah*. Tentunya saya ingin bisa ngobrol-ngobrol langsung, bercerita langsung bareng No Man's Land dan mas Adhib Mujaddid. 

Di sini bukan kapasitas saya mereview apapun, baik musik maupun bukunya, tetapi saya merasa perlu memperkenalkan ke kamu tentang sebuah cerita perjalanan musisi yang tak mudah, tapi nyatanya bisa dijalani dengan kata kunci: konsistensi.

Buat yang penasaran sama band ini, kamu bisa dengarkan lagu-lagu mereka di :


Atau kunjungi social media No Man's Land di :





Komentar

Postingan Populer