#NyalaUntukYuyun: Lorong Gelap Harus Segera Diakhiri


Malam itu, timeline Twitter saya mengarus deras. Hashtag #NyalaUntukYuyun pertama kali saya lihat dari twitter @kartikajahja, pelantun lagu Tubuhku Otoritasku. Menulusuri satu per satu tweet-tweet dari hashtag tersebut, sampailah saya pada suatu berita media lokal yang menceritakan tentang Yuyun, seorang gadis perempuan berusia 14 tahun yang ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan setelah diperkosa 14 laki-laki di Bengkulu.







Para pelakunya masih belia, tertua usia 24 tahun, termuda usianya masih 16 tahun. Di bawah pengaruh minuman keras, mereka memperkosa kemudian mengakhiri nyawa gadis yang baru pulang sekolah ini dengan cara menghantamkan kursi ke atas kepala Yuyun. Tubuh Yuyun pun dibuang ke jurang untuk menghilangkan barang bukti.

Para pelaku yang sebagian tertangkap pun telah dijatuhi hukuman: 15 tahun hukuman penjara. Saat mereka lepas dari kurungan, usia mereka tak lebih dari 40 tahun dan bebas berkeliaran di masyarakat. Entah, keputusan ini dirasa adil atau tidak. Menurut saya, berapapun angkanya, tak mampu mengembalikan nyawa Yuyun.





14 orang laki-laki. Empat belas. Laki-laki. Dengan kekuatan kelelakiannya yang begitu kuat, saya yakin saat itu Yuyun dilanda ketakutan yang amat sangat. Sekuat apapun ia meronta, sepinya perkebunan karet Desa Kasie Kasubun, Bengkulu, seakan menenggelamkan bahaya yang sedang dihadapinya. Yuyun pun meregang nyawa, bersama ratusan bahkan ribuan kasus-kasus perkosaan yang berujung mencabut nyawa wanita-wanita yang menjadi pelampiasan nafsu bejat para pria.

#NyalaUntukYuyun tak hanya untuk seorang Yuyun, bukan pula sekedar untuk mereka yang mengangkat kasusnya yang tenggelam ini, ke permukaan. Tetapi #NyalaUntukYuyun memberikan kita kesadaran, bahwa kekerasan seksual pada wanita dan anak, ada di sekitar kita. Tak ada yang berharap kasus-kasus ini terjadi pada orang terkasih kita, namun kita tak dapat menutup mata bahwa wanita, dan anak-anak khususnya, dianggap inferior dan mangsa empuk bagi pemuas nafsu seksual yang tak terkendali.

Kasus Yuyun dan ribuan kasus-kasus lainnya, menunjukkan sebuah lorong gelap bagaimana kekerasan seksual selayaknya harus dihentikan sekarang juga. Siapapun pelakunya, hukuman berbatas waktu takkan mampu mengobati duka lara keluarga dan mengembalikan nyawa yang telah mereka habisi demi nafsu sesaat. Para pelaku kekerasan seksual telah merenggut masa depan, bertindak seolah malaikat pencabut nyawa berbalut tubuh manusia.

Saat ini Yuyun telah tiada. Tetapi bukan berarti kita turut mengakhiri perjuangan ini. Menghentikan kekerasan seksual bukan hanya tugas Kartika Jahja dan rekan-rekan Kolektif Betina, bukan pula berhenti saat hashtag #NyalaUntukYuyun tak lagi menjadi trending topic. Ini menjadi tugas saya, tugas kamu dan tugas semua orang yang merasa ini begitu penting. Sesederhana berani menegur guyonan-guyonan seksis yang melecehkan tubuh perempuan.

Setiap ada kasus pemerkosaan wanita, yang dirugikan adalah perempuan dan keluarganya. Tidak peduli apapun faktornya. Saya sangat heran dan marah saat ada yang menuduh pemerkosaan ada karena pakaian korban yang mengundang hawa nafsu. Bahkan seorang Yuyun yang memakai seragam sekolah, dan anak-anak kecil lainnya yang memakai piyama pun, bisa dimangsa. Pun ketika menyalahkan minuman keras sebagai tertuduh utama. Tanpa minuman keras pun, jika otak dan t*t*t sudah tidak bisa dikendalikan, semuanya bisa terjadi. Alangkah sedihnya, membela moral yang bobrok dengan mencari sejuta alasan agar terlihat logis.

Janganlah menyalahkan pakaiannya, salahkan otak pelakunya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Update: Tujuh dari empat belas pelaku pembunuhan dan pemerkosa Yuyun, telah dijatuhi hukuman penjara 10 tahun. Jika rata-rata usia mereka saat ini adalah 20 tahun, saat bebas nanti mereka tentu sangat masih muda. Entah apakah hitungan angka tahun hukuman sebanyak apa yang pantas dijatuhkan bagi para pelaku pemerkosa dan pembunuhan di Indonesia.

"Faktanya, sampai sekarang Rancangan Undang Undang penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) belum mendapat perhatian DPR dan pemerintah." -- Change.org, di sini

Mungkin ini bukan satu-satunya kisah miris yang kita dengar. Mungkin ini bukan pula satu-satunya kisah bagaimana perempuan dianggap sebagai makhluk yang inferior dan lemah. Tetapi inilah saatnya kita buka hati: kekerasan seksual harus dihentikan!
 
[Sebagian tulisan ini dimuat di Vemale.com]

Baca juga:
After Lunch Music: Tika And The Dissidents - Tubuhku Otoritasku  
Apalah Arti Hari Perempuan Jika ... 



Komentar

  1. ya ampun serem banget....
    iya gak adil banget hukumannya 'cuma' 15 th..

    BalasHapus
  2. sedih dan miris ya mbak. Juga sekaarng lagi viral nih meniupkan agar kita juga mendidik anak-anak laki-laki untuk menghargai perempuan dan melindungi perempuan, mungkin dengan demikian kelak dia tahu untuk memperlakukan perempuan dg baik, bukan hanay perempaun ygdisalahkan saja dlm kasus pemerkosaan

    BalasHapus
  3. it leaves me speechless..then angry..then at the very least I join all those campaigns to ensure she got the well-deserved justice we all owed her :(.

    BalasHapus
  4. sedih dan juga miris banget ngeliat korban yuyun di perkosa oleh 14 pria. seharusnya menghilangkan nyawa seseorang harus dibalas juga dengan nyawa. biar yang lainnya juga kapok dan takut dengan hukum di indonesia, tapi sayangnya negara kita seperti itu..


    #SalamBloggger

    BalasHapus
  5. Hukum mati pelaku perkosaan, karena dampak ke korban sangat hebat, merusak tatanan masyarakat.

    BalasHapus
  6. nangis baca kronologis ama siksaan yg didapt yuyun :(.. aku ngebayangin anakku jadinya.. hukuman segitu ga setimpal samasekali sih.. tapi sudahlah.. Tuhan toh ga pernah tidur.. hukuman dia didapat, tp diakhirat nanti mereka juga harus mempertanggungjawabkan itu..

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer