Karena Manusia Bukan Benda, Berinvestasilah Pada Jiwa dan Raganya


 invest, picture from pixabay

Selama beberapa kali saya bekerja di company ataupun secara freelance yang paling membahagiakan adalah ... kerja sendiri alias berdikari. Well, okay, saya memang masih bekerja di suatu perusahaan yang bergerak di bidang online-media, tapi saya juga punya kebebasan sendiri dengan menjadi writer di blog saya.

Produktif di beberapa bidang membuat saya benar-benar menghargai arti 'investasi'. Maksudnya begini, mencari uang itu susah, saya mencoba bisa mengerjakan beberapa hal secara freelance di beberapa bidang selain pekerjaan utama. Tapi yang lebih daripada susahnya mencari uang adalah ... menginvestasikan kesehatan jiwa dan raga.

Bagaimanapun juga, agar bisa dinamis mengerjakan beberapa hal dengan mobilitas tinggi kita dituntut untuk menginvestasikan kesehatan. Saya tidak bilang gaya hidup saya totally healthy, baik-baik tanpa dosa sih. Tapi setidaknya tahun ini saya mulai mengurangi kebiasaan buruk dan menambah investasi kesehatan saya pada hal yang namanya : tahu batas.
Tahu kapan harus beristirahat, tahu kapan saatnya harus makan, tahu makanan apa yang sebaiknya saya makan, tahu kapan tubuh saya menunjukkan sinyal yang tidak beres, tahu kapan saatnya menolak ajakan undangan demi menebus kelelahan luar biasa karena semalam kehujanan, tahu kapan harus berhenti dan mengibarkan bendera putih. 
Kenapa? Karena tanpa investasi kesehatan ini, apalah artinya saya bekerja dan berkarya? Jika mesin punya daya untuk bekerja, apalagi manusia yang semua onderdil tubuhnya ini punya takaran semestinya.

Yang kedua, investasi jiwa. Seberapa lama sih kamu kuat bekerja di depan komputer terus-terusan? Meski kadang aktivitas sehari-hari berulang dan berakhir menjadi apa yang disebut 'rutinitas', tapi sejujurnya memang otak dan jiwa kita butuh istirahat. Sinyal termudah yang ditampakkan oleh jiwa yang mulai gelisah dan butuh disegarkan adalah merasa stuck pada hal yang sebelumnya mudah sekali kita kerjakan. Misalnya: saya akhir-akhir ini susah sekali menemukan bahan tulisan yang mau ditulis di blog ini. Padahal dulu sekali saya mudah menuangkan apa saja yang ada di pikiran. Mungkin karena akhir-akhir ini saya jenuh dan 6 bulan ke belakang ini hidup saya penuh tanggal-tanggal deadline hehehe ..

Sayangnya memang tak semua orang atau perusahaan menyadari dua hal tersebut sangat penting. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat mengobrol dengan orang baru yang membicarakan hal yang, menurut saya sih, sepele tapi tidak sepele. Yaitu masalah makanan. Betapa menurutnya, makanan adalah suatu hal yang penting bagi manusia untuk kinerja tubuhnya. Makanan bukan ala kadarnya, karena kita semua 'memperkerjakan' manusia, sedikitnya adalah memperkerjakan diri sendiri untuk melakukan aneka aktivitas. We all invest to human, dan 'bensin'nya manusia ya makanan. Kalau makanan yang dikonsumsi nggak memenuhi standar gizi atau bahkan standar kebersihan, ya jangan harap investasi kita pada manusia-manusia ini akan bertumbuh dengan baik. Saya jadi ingat para ibu di seluruh dunia yang rela bangun pagi-pagi buta demi memasak menu terbaik untuk keluarganya :)

Investasi jiwa juga tak disadari banyak orang. Kalau mau diturutin sih, 8 jam dikali 6 hari, kita sudah bergelut dengan pekerjaan di kantor (bagi yang ngantor). Bahkan lebih. Pulang ke rumah, masih ada tugas-tugas lain yang menanti. Meski tak bisa liburan ke pantai atau ke gunung, setidaknya luangkan waktu 1-2 jam dalam seminggu untuk mengendorkan urat syarat. Main PS lah, futsal lah, main musik lah, melukis, menggambar, duduk sendiri di cafe sambil membaca buku dan ngopi atau bahkan tidur. Tubuh kita punya batasannya sendiri, begitu pula batin kita. Syukur sih kalau kantornya punya agenda rutin untuk sekedar sharing knowledge, brainstorming, outing atau sekedar agenda ngopi bulanan bareng team.

Saya sangat setuju dengan konsep memanusiakan manusia yang saya kenal waktu zaman OSPEK dulu. Karena kita bukan benda, kita punya hati dan akal budi. Kalau ingin hasil maksimal dalam apapun yang kita kerjakan, pertama-tama memang punyailah pikiran yang jernih. Pikiran yang jernih berasal dari ketenangan hati, kemampuan otak untuk menyerap dan mengamalkan ilmu yang pernah didapatkan dan tentunya ... tubuh yang mampu diajak untuk mengeksekusi hasil pemikiran tersebut.

We all invest to human, feed their soul with respect and humanity .. and treat them well ;)

image taken from quotesgram.com

Disclaimer: Tulisan ini murni opini, tidak bermaksud menyudutkan siapapun. 

Komentar

  1. Yang terpenting tetep tahu batas atas kemampuan tubuh kita ya mbak? Kalau capek, jangan dipaksain. Tubuh juga butuh istirahat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer