A Slice of My Life: Saat Merasa Tertidur Terlalu Lama dan Dibangunkan Lagi

Pas mau menulis postingan ini, sebenarnya saya agak galau. Bloher-bloher masa kini biasanya isi blognya 'kan disasar pada niche tertentu, jadi gak mencampur adukkan postingan-postingan yang gak setema dalam satu blog. Maunya sih menuliskan isi hati ini di blog satu-nya yang memang niatnya buat curhat ketika kemudian saya menyadari ... lhe, ini blog 'kan gak punya niche tertentu alias gado-gado :)) Yodah lah, tulis di sini aja, biar pas orang baca blog ini nggak bosan disuguhi postingan-postingan dari sponsor tapi juga a slice of my life :)



Tahun 2016 ini bisa dibilang jadi tahun yang benar-benar sibuk buatku. Apalagi selepas Papa pergi ke surga, aku ngerasa, "Oke, sekarang aku jadi kepala rumah tangga" dan aku benar-benar putar otak gimana caranya bisa dapat penghasilan lebih supaya dapur tetap ngebul. Lately I knew something, something fishy, sesuatu yang sebetulnya aku sudah mengendus ketidak-beresan dan ketidak-adilan, tapi yah ... aku memilih merelakannya sih, toh juga duit gak seberapa anggep aja amal sama orang yang lebih kaya biar ditanggung sendiri dosanya. Ikhlasin aja.

Mungkin di situlah titik awal aku jadi kayak kesetanan dan kegilaan sama yang namanya bekerja. Yah ini bukan pekerjaan di kantor yang sebagian besar kalian tahu aku kerja di mana sih. Tapi lebih ke pekerjaan-pekerjaan yang mencolak-colekku di e-mail pribadi yang Hotmail onoh :)) Aku ngerasa, ini rejeki gak boleh disia-siakan. Selalu seperti itu. Satu-dua-tiga-empat sampai puluhan orang yang melihat profilku entah di mana saja mulai datang menawariku pekerjaan sampingan. Dan rata-rata kujawab dengan jawaban setuju, karena toh gak melanggar dan mengganggu pekerjaanku yang utama.

Hampir 11 bulan aku terus mancal keyboard dari Senin sampai Minggu. Bahkan kalau gak sempat ngejar deadline, jam 04.00 aku bangun langsung nyalain PC dan memaksa otakku kerja subuh-subuh padahal malamnya baru kelar garap yang lainnya jam 23.00. Duileeeh, rasanya kalau gak ada acara yang mengharuskanku pergi liputan atau menghadiri undangan sepulang kerja, itu rasanya 50% bahagia, 50% ngenes. Bahagia, karena bisa ngerjain garapan lainnya di rumah. Ngenes, karena sebetulnya aku juga pengen ketemu teman-teman, ngumpul-ngumpul, haha-hihi, datang ke gigs-gigs.

Kayaknya karena terlalu forsir itulah, bulan lalu aku sempat sakit yang 'gak banget' sebagai seorang yang gak bisa lepas pekerjaannya dari layar komputer dan smartphone. Ceritanya ada di sini. Setelah lumayan enakan, aku panggil tukang pijat rekomendasi dari teman kantorku, ke rumah. Namanya Mbak Kiki. Orangnya ramah dan rame, enak diajak cerita-cerita. Di tengah-tengah mijet, pas itu mati lampu pula, Mbak Kiki tiba-tiba nyeletuk, "Mbak, kayaknya hubungannya sama Tuhan lagi tipis ya?"

Deg. Deg moment. Satu kalimat itu bikin saya mikir selama berhari-hari. Bikin ngganjel. Aslik! Saya flashback lagi. Iya, sebulanan, hampir dua bulan kemarin saya skip misa. Misa yang 'cuma' 1 jam, maksimal 2 jam dalam seminggu, aku skip gara-gara aku terlalu hectic ngejar deadline pekerjaan sampingan. Gara-gara aku lebih memilih menghabiskan 1-2 jam-ku di hari Minggu buat nyari dan ngedit gambar atau nulis draft postingan sponsored review.

Cuma 1 jam. Sekali seminggu.

Doa harian pun, kalau pagi aku jarang banget karena bangunnya udah kesiangan (untuk ukuranku, jam 06.00 itu udah siang). Doa malam? Seringnya abis tanda salib, "Ya Bapa, ..." trus babar-blas hilang ditelan mimpi.

Semenjak lulus kuliah memang aku sudah lepas-pas-pas dari kegiatan menggereja. Kalau kuliah dulu 'kan ada KMK atau Unit Aktivitas Kerohanian Katolik di kampus, jadi masih rajin lah ikutan doa rosario bersama, ke gereja bareng setiap Minggu atau pelayanan menyanyi koor/mazmur. Sekarang aku jauh banget dari semua itu.

Balik lagi, 'sentilan' 1 kalimat dari Mbak Kiki itu bikin aku sadar, apa sih yang bikin aku merasa hampa beberapa waktu belakangan ini. Kegiatan from 8 to 8, kadang from 8 to 10, masih belum sukses membuat aku merasa utuh dan penuh. Masih merasa hampa. Ya mirip-mirip lah sama frase mainstream yang didengungkan para pejuang kehampaan yang menyitir lirik lagunya Dewa, "Di dalam keramaian aku masih merasa sepi." Capek dan hampa, secara rohani.

Aku cerita-cerita sama Dana, temenku, kok aku ngerasa gini ya. Ternyata ya, kita hampir sama, sebelas-dua belas lah nasibnya. Aku sempat bilang, "Kayaknya orang-orang itu salah, bilang aku butuh pacar." Aku mungkin (belum) (gak) butuh pacar, karena urusan yang ini aku masih belum selesai. Belum selesai dengan diriku sendiri, belum memperbaiki hubungan vertikalku sebaik-baiknya. Di satu sisi, memang benar sih kadang kesibukan dan preketek-preketeknya adalah godaan seberat-beratnya godaan buat jauh dari iman.

Sampai akhirnya kemarin pas misa, aku kayak disentil lagi dengan khotbah Romo, "Tuhan dekat dengan orang-orang yang patah hatinya." Mungkin bener sih, kemarin-kemarin aku dalam kondisi patah hati sepatah-patahnya hati. Ketika aku bilang patah hati, gak melulu masalah romansa ya. Patah hati terhadap Tuhan juga bisa, dan aku pernah mengalaminya. Patah hati terhadap rencana masa depanmu yang tiba-tiba berbelok atau diancurin orang lain, juga bisa. (Ini nih, aku paling gak suka kalo aku bahas patah hati pada cie-cie-in. Prasamu patah hati cuma perkara percintaan laki-laki perempuan tok, hah?).

Mungkin aku memang bukan tipikal orang yang bisa diajak doa rutin atau ikutan kegiatan komsel. Tapi setidaknya saat ini aku mencoba kembali lagi, supaya gak patah hati lagi. Karena manusia gak akan pernah bisa dijadikan pegangan hidup, pasti akan ada saatnya kita stuck dan merasa no one will take your hands and warm your heart, except Him.

Jadi, jikalau ada yang merasa akhir-akhir ini saya kok menjauh (mungkin ya, mungkin lho ...), tenang ... saya gak lagi musuhin siapapun. Kadangkala kita cuma butuh waktu buat sendiri kok ;)

*Image taken from pexels.com

Komentar

  1. Hihihi iya nih, pernah kejadian pas udah nulis. Mau edit lagi sebelum publish, panik "Loh, tulisanku mana???" Njeketek, di blog satu'e :))))

    Berdamailah dengan Dia, berdamailah dengan hatimu, teman. Pasti di sana kan kau temukan kedamaian *sok wise* tapi ya emang jebule begitu hihihihi.

    BalasHapus
  2. hidup memang butuh jeda, dan jeda terbaik adalah bermesraan dengan-Nya

    BalasHapus
  3. saatnya mendekat lagi ke Yang Di Atas ya... :)

    BalasHapus
  4. aku juga masih campur aduk kok tulisannya Win. Semoga papa tenang di sana ya

    BalasHapus
  5. ho oh mbak. terkadang saat udah merasa jadi ibu yang punya gelar begitu mulia dengan balasan pahala berlipat, saya lupa bahwa ibu pun bisa jauh dari DIA.

    mengharap balasan yang mulia padahal seiring usia bukannya makin dekat tapi merasa sudah 'aman' hanya dengan berlabelkan 'ibu'.

    BalasHapus
  6. winddd... bener. bukan butuh pacar, tapi butuh Tuhan >.< bener sih, urusan duniawi kadang ngejauhin kita dariNya. Duh!



    tulisandarihatikecilku.blogspot.com

    BalasHapus
  7. Eh gw malah sering nya nyalain laptop subuh2 jam 4 an gitu sampai jam 6 pagi, kalo pagi otak tenang dan bisa ngerjain banyak hal

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer