Life Before 30: Tak Perlu Mewah, Yang Penting Restunya

This is a slice of my slice (and also, my humble thought)

Menginjakkan kaki di umur segini, sudah wajar sekali banyak undangan pertunangan dan pernikahan yang datang … dari teman-teman saya. Gak semua undangan bisa saya penuhi, karena terbentur jadwal lainnya. Tetapi kalau bisa, pasti akan saya hadiri. Kenapa? Nggak, bukan saya terus kepengen buru-buru menikah. Soon, pasti akan menikah. Tapi tidak dalam waktu dekat, soalnya belum punya pasangan :D Kalau pun seceletuk-dua celetuk saya bilang, “Pengen menikah …” pasti di belakangnya ada sambungan “Pengen menikahnya di gereja … “ #IfYouKnowWhatIMean
Kemarin saya menghadiri undangan pertunangan sahabat saya, Putra, dengan calonnya, Cesa. Bersahabat dengan Putra sudah lebih dari belasan tahun dan kami cukup tahu perjalanan dan kegelisahan masing-masing. Termasuk di dalamnya bercangkir-cangkir kopi, roadtrip 30 jam ke Bali untuk makan siang doang, ngalas dan kejedot langit-langit gua di Lumajang :)) Sudah pasti, momen sakral pertunangan salah satu sahabat terbaik saya itu tidak saya lewatkan begitu saya. 
Saya datang bersama dua orang sahabat saya yang lain, dua laki-laki yang sukanya hore-hore dari zaman SMA, Bagas dan Nuga. Bersama kami tumbuh dari ABG jadi orang dewasa. Cakar-cakaran, melakukan permainan berbahaya di jalanan berlubang, makan, kesel dijahilin dan lain-lain sampai akhirnya sekarang jadi editor, jadi pekerja, jadi dosen dan jadi calon CEO :p 
My man(s) 
Di detik pertama saya menginjakkan kaki di acara pertunangan Cesa dan Putra, boleh diakui, hati saya tiba-tiba jadi hangat. Bukanlah sebuah pesta pertunangan yang gemerlapan dan mewah, tetapi saya merasakan benar-benar banyak cinta di sana. Banyak sekali keluarga dan orang-orang terdekat Cesa dan Putra yang hadir malam itu. Sepanjang acara, mulai dari tradisi Ketuk Pintu sampai Ibadat selesai, semuanya berbekas di hati saya. Terutama, saat Ibu Pendetanya berkhotbah, intinya seperti ini, “Banyak yang hadir di sini, semua yang hadir di sini adalah keluarga dan orang-orang terdekat Cesa dan Putra. Itu artinya  banyak restu dari mereka, banyak yang turut berbahagia dengan hubungan kalian.”
Iya, kadang banyak orang lupa, mengadakan pesta gemerlapan. Begitu meriah, begitu mewah, sampai entah berapa ratus juta biaya yang dikeluarkan. Inginnya begitu sempurna. Tetapi lupa, bahwa ‘kesempurnaan’ yang sebenar-benarnya adalah doa dan restunya. ‘Kemewahan’ yang sebenar-benarnya adalah melihat sang (calon) pengantin, penuh kebahagiaan dan cinta, begitu pula para undangan yang hadir menyertai dengan doa, pujian dan sambutan hangat. Seolah semua orang berbahagia, bukan cuma pengantinnya, bukan sekedar undangan yang datang, salaman, makan lalu pulang .. yang bahkan pengantinnya sendiri kadang gak kenal dengan siapa mereka bersalaman. Bukan acara yang dipenuhi wajah-wajah khawatir, penuh selisih paham dan ganjalan. 
Gak terlihat wajah muram, wajah panik, wajah khawatir dalam acara semalam. Semuanya disambut penuh senyum, bahkan oleh orang-orang yang saya tidak kenali.
Saya rasa, memang seharusnya seperti itulah pesta perayaan cinta diadakan.

Semoga cepat ketularan ya! 

Seperti biasa ... selalu ada foto-foto tidak pas seperti ini :))

Komentar

  1. moga2 cepet ketularan deh.. :D

    BalasHapus
  2. semoga cepat ketularan dan bikin foto tidak pas tapi hangat seperti penampakan di foto terakhir :)

    BalasHapus
  3. Aamiin yuhuu, biasanya kalo sudah banyak datang ke acara -acara yang berbau bau penganteng gitu, gak lama lagi akan nyusul haha. Jangan lupa comot kembangnya mbak jangan sampai ketahuan tapi, mitos sih tapi banyak benernya huaaa (kabur ah)

    BalasHapus
  4. Semoga cepet ketularan mbak... dan kelak disayang suami dan keluarganya. good luck!

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer