Travelogue: 34 Jam Kabur Ke Pulau Bali

This a story about my travelogue. Bali, 14-15 Januari 2017

Kalau kebanyakan orang pergi berlibur di tengah tahun atau akhir tahun, saya justru lebih suka bepergian di awal tahun. Kenapa? Karena cuti akhir tahunnya sudah habis, semuanya dimulai dari 0. Selain itu, di awal tahun setelah tahun baru, tiket-tiket pesawat harganya kembali normal, jadi lumayanlah gak sampai harus keprok dompet.

Setelah berkonspirasi, akhirnya diputuskanlah liburan awal tahun 2017 ini dilakukan ber-empat bareng dua sepupu saya, Mbak Ika dan Mbak Dewi beserta satu krucil, Kelsa. Destinasinya, gak jauh kok, ke Bali saja.

Sejak awal memang sudah tercium bahwa perjalanan pindah tidur kali ini adalah perjalanan yang akan dipenuhi dengan kegiatan mengaktifkan rahang alias ... makan! Dan memang pada prakteknya, perjalanan ini sungguh mengenyangkan. Jadi, selama di Bali, bisa dibilang saya cuma pindah tidur doang, malah ke pantainya jarang sih hehehe ..

Day - 1

Malang - Juanda

Saya memutuskan berangkat dari Juanda instead of dari bandara Abdurahman Saleh karena harga tiket pesawat sekali jalan Malang-Bali sama dengan harga PP Juanda-Bali plus travel PP Malang-Juanda-Malang. Gila-gilaan banget memang. Ya sudah, prinsipnya pelit sih, jadi saya berangkat pukul 21.00 naik travel ke Juanda di hari Jumat malam, kemudian menginap dulu di hotel IBIS Juanda karena besok paginya flight jam 05.30.

Sesampainya di Juanda, sudah jam 02.00 karena jalanan macet akibat kecelakaan beruntun di Purwosari. Hasilnya adalah:

1. Aku lapar banget, tapi di Juanda udah pada sepi gak ada yang jual makanan.
2. Eskalatornya hotel IBIS Juanda tinggi banget tapi jalannya lambat -_-"

Untungnya pas sudah di kamar, ada sekotak ayam goreng sama nasi-nya AW punya ponakan krucil yang gak jadi dimakan. Huhuhu ... Jam 02.00 makan ayam goreng sama nasi, baiklah, daripada mokat kelaperan. Setelah makan langsung maksa tidur karena harus bangun jam 04.00 buat check-in dulu.

Day 1

Sampai di Ngurah Rai sekitar jam 07.30 WITA. Gile, ngantuk amat, jadilah kami ke Starbucks dulu sambil menunggu Mbak Dewi yang belum datang karena dia flight-nya dari Jakarta. Setelah Mbak Dewi datang, destinasi pertama kita adalah .... bingung! Well, setelah berunding akhirnya diputuskan buat ke Beach Walk dulu beliin celana buat ponakan krucil, kemudian langsung makan ke Warung Cahaya, sesuai rekomendasi dari sahabat dahsyatku, Mas Angga Harinda.

Warung Cahaya, Denpasar*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Babi goreng sambal matah | Image taken by Winda Carmelita

Rasa lapar kami tertebus seketika berkat seporsi besar ayam goreng sambal matah dan babi goreng sambal matah. Di sini semuanya sudah include sama nasi. Part terbaiknya adalah sambal matahnya melimpah banget. Gak pelit! Terus, rasa sambal matahnya itu segar. Saya menyerah pada nasib sampai di 10 menit terakhir, makanku gak bisa seagresif yang kupikir karena 'kan saya lapar banget. Tentang Warung Cahaya ini, akan saya tulis di post terpisah biar kamu makin ngiler ~

Cat Cafe, Ubud*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Cat Cafe Ubud | Image taken by Winda Carmelita

Habis brunch yang gila-gilaan di Warung Cahaya, kami langsung meluncur ke Ubud. Sesuai request ponakan tersayang, para tante dan Mamanya diboyong ke Cat Cafe. Ubud lagi panas-panasnya, jadi ngadem di Cat Cafe ini enak sekali, homy. Terus, ternyata kucingnya banyak dan gendats-gendats pun gak ada bau kucing sama sekali. Jadi gemas, pengen masukin ke tas, bawa pulang ke Malang.

TERASI Sushi & Asian Kitchen, Ubud*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
TERASI Sushi & Asian Kitchen | Image taken by Winda Carmelita
Masih edisi tante-tante kelaparan, jadi saya dan Mbak Dewi memutuskan buat jalan menyusuri Ubud dan menemukan sebuah resto kecil yang cukup sepi. Di sini kami ngelamun sambil makan sushi box. Surprisingly, sushi box di sini murah, untuk sekelas resto di Ubud lho.

Paras Paros Marina Lodge, Pulau Serangan*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Paras Paros Marina Lodge | Image taken by Winda Carmelita

Karena sudah kadung di perjalanan, rasanya bakal buang waktu kalau harus check-in dulu ke hotel kami yang di Seminyak. Jadilah, kami memutuskan buat ke Serangan. Mbak Ika terbayang-bayang foto-foto di Paras Paros Marina Lodge yang kelihatannya oke punya. Lokasi Paras Paros ini di dermaga Pulau Serangan.

Warung Mak Beng, Sanur*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Warung Mak Beng | Image taken by Winda Carmelita
Sebelum ke Paras Paros, memang sih lapar banget. Tapi begitu udah di Paras Paros malah gak pengen makan. Jadilah, perjalanan menuju ke hotel kami menuju ke Warung Mak Beng di Sanur. Buat yang pernah ke Sanur pasti tahu lah sama warung legendaris yang rasanya gak pernah sepi pengunjung ini. Di sini kami makan malam super kenyang (babak kedua) dengan menu sup ikan dan ikan goreng.

Sunny 16 Cafe, Legian

Setelah mandi-mandi dan merem 10 menit-an, saya dijemput sama Mas Angga dan Mas Hilla, dua teman dari Malang yang sekarang mencari secercah berlian di Bali. Karena sudah mendung, kami segera meluncur ke Sunny 16 Cafe yang letaknya di Fontana Hotel. Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul, dengan menu sehat berupa milkshake karena ternyata birnya abis. Kok bisaaaaaa di Bali tapi keabisan bir? (ngamuk)

Day 2

Pantai Seminyak






Bangun pagi-pagi sama Mbak Dewi, kami disambut mendung yang benar-benar gelap di sekitaran Seminyak. Saya lapar dan pengen banget makan nasi kuning Bali. Soalnya menurut pengalaman, nasi kuning yang enak di Bali itu justru yang dijual di pinggir jalan. Jadilah kami beli nasi kuning dulu, terus langsung jalan kaki ke Pantai Seminyak.

Satu hal yang sempet jadi obrolan adalah meski di Seminyak ini padat pengunjung dan penduduk, gak ada sampah-sampah berserakan. Dan motor-motor juga lebih beradab, berjalan sesuai jalur, gak sampai nyerobot-nyerobot trotoar.

Pantai Seminyak, seperti biasa ... ombaknya gede banget. Sempat gerimis, tapi kami tetap menginjakkan kaki di pasir pantai sampai sejauh kira-kira 2 km. Karena khawatir makin deras, akhirnya kami balik deh ke hotel. Oh iya, dalam perjalanan balik ke hotel, kami sempat mampir ke Bali Catering Company, beli cemilan.

Livingstone, Seminyak*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Livingstone Seminyak | Image taken by Winda Carmelita

Mengingat nasi kuning yang kami makan untuk sarapan cuma secuplik, plus sudah habis kalorinya dipakai buat jalan PP ke Pantai Seminyak, akhirnya kami berempat nge-brunch di Living Stone, Seminyak. Di sini ada roti tawar bentuknya buah semangka, cute lah pokoknya, Mbak Ika borong 4 biji dong. Menu di sini beragam sih, tapi kebanyakan memang healthy foods. Oh iya, ada gelato juga di sini.

Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku, Renon*


hotel ibis, hotel ibis juanda, hotel ibis surabaya, cat cafe, cat cafe ubud, warung cahaya, denpasar, seminyak, renon, paras paros, pulau serangan, terasi, terasi resto ubud, warung mak beng, mak beng, sanur, sunny 16, fontana hotel bali, nasi kuning bali, livingstone, livingstone seminyak, nasi ayam kedewatan bu mangku, nasi ayam bu mangku, bu mangku, renon, ayam kedewatan, nasi campur bali, babi goreng, sambal matah bai, gelato bali, kuliner di ubud, kuliner di bali, kuliner di denpasar, legian, kuliner legian, wisata di seminyak, kuliner di sanur, pantai sanur, kuliner murah di ubud, kuliner murah seminyak
Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku | Image taken by Winda Carmelita
Menutup perjalanan quick-escape ke Bali, makan siang dulu di Renon, tepatnya di Nasi Ayam Kedewatan Bu Mangku. Sungguh, nasi campurnya Bali ini memang tiada lawan. Porsinya pun gak main-main. Tempatnya enak, meski dari depan kelihatannya "cuma" gitu doang, ternyata di belakangnya cukup luas. Ada beberapa pondok yang teduh, untuk makan lesehan. Makanannya enak, bumbunya tasty sih, aku suka sama makanan yang model seperti ini karena rempahnya kuat. Tapi saya gak menghabiskan nasinya, mengingat masih ada perjalan udara dan darat yang harus ditempuh menuju ke rumah tercinta. Jaga-jaga saja biar gak kekenyangan trus mabok hehehe..

'Kabur' selama 34 jam ke Bali akhirnya harus diakhiri dengan mendarat kembali di Bandara Juanda Surabaya dan naik travel 2 jam ke Malang beserta beberapa pakaian kotor yang harus dicuci hahaha ... Perjalanan yang remarkable, karena kali pertama pergi sepersepupuan bareng-bareng pas gede ini. Saya pasti akan balik ke Bali dalam waktu dekat! Karena gak puas gak bisa borong mimik-mimik jahat terus dibawa ke Malang :p Ada saran gak, perjalanan ke Bali berikutnya, saya musti cobain apa dan kemana?

Anyway, perjalanan ini tidak akan tercipta tanpa ide-ide, guidance dan penyelenggaraan saudara Kartika Candra tersayang. Love you to the moon and back, Mbak! :* :*

*) Akan ditulis lengkap review-nya di post terpisah. Ditunggu ya ;)

Komentar

  1. mbak wiiiind.... aku melok taaaah.....

    BalasHapus
  2. Sik, ini judule travelogue kok isine makan-log?
    Kalau mau "mimik-mimik jahat", di daerah Pengosekan, Ubud ada toko wine yang lumayan lengkap koleksinya. Atau sekalian kontak Hatten Wine, jadwalkan kunjungan ke pabrik mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha kemarin aku kesana Mas. Pssst, itu yg tak tertulis di sini, sebenernya kemarin ... nganu :))

      Hapus
    2. pasti kon mabuk dhisik yooo, makane ga ditulis review e

      Hapus
  3. Penasaran sama dalemnya Livingstone. Tambahin dong foto2nya

    BalasHapus
  4. kayake tujuan utama emang wisata kuliner beneran ya...

    BalasHapus
  5. Kemarin juga ke bali.. tapi sayangnya enggak sempet ke seminyak :(

    BalasHapus
  6. asyik bgt bisa jalan-jlan ke bali

    BalasHapus
  7. Belum pernah makan di situ semua, penasaran dengan Warung Mak Beng di Sanur.
    Btw yg di foto kedua itu, kenapa pada megang kepala? :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer