Decluttering: Menyingkirkan Barang-Barang Tak Terpakai, Membebaskan Ruang Dalam Pikiran

carousell


Pernah nggak merasa ada dalam satu titik dalam hidup, kamu merasa ingin hidup yang lebih tenang?

Saya pernah membaca di suatu artikel yang menurut pendapat saya, bener banget. Sejak lahir, manusia hidup terus-menerus dalam keriuhan. Memasuki usia sekolah, kita berkejar-kejaran dengan nilai pelajaran sekolah. Memasuki kuliah, kita berkejar-kejaran dengan waktu supaya bisa menyelesaikan studi secepatnya. Begitu kerja, sama, kita juga dikejar-kejar waktu bahkan usia. Jadi kesimpulannya, sepanjang hidup, kita dikejar-kejar segala hal.

Contoh remehnya, hampir setiap hari kita berkejar-kejaran dengan waktu, rush-hour. Nggak usah di Jakarta lah. Di Malang aja kalau berangkat kerja jam 06.00 bebarengan jam masuk anak sekolah, macetnya bikin pengen lempar tabung Elpiji. Pulang kerja, juga begitu, apalagi yang kerjanya di daerah Araya kayak saya ini. Musuhnya truk gandeng sama bis mulu.

Begitu sampai di rumah, badan sudah sangat lelah. Hal-hal remeh pun bisa jadi sesuatu yang menyebalkan. Nggak heran kalau zaman sekarang orang-orang sangat reaktif dan mudah marah. Itu bener lho. Saya juga merasakannya, mau nyari barang ketlisut aja kesalnya minta ampun, jadi gak sabaran. "Duh, yodahlah ya kalau ilang, beli lagi!" saking udah lelah harus mbrosot-mbrosot di bawah kasur atau bongkar-bongkar tumpukan cucian buat nyari barang yang hilang.

Akhirnya, 'wangsit' itu datang juga: Menyederhanakan hidup

Beberapa waktu yang lalu, saya ngobrol cukup lama dengan teman saya. Kami sama-sama merasakan ada sedikit 'kelelahan' hidup berkejar-kejaran melulu. Sementara di sekitar (dan mungkin kami juga masih termasuk di dalamnya), kita itu sungguh masih konsumtif. Kadang kita 'rela' dikejar-kejar pekerjaan sampai dibelain nggak tidur, demi bisa membeli barang-barang tertentu. Tapi barang-barang itu juga sebetulnya nggak begitu diperlukan atau cuma sekali-dua kali saja dipakai. Sisanya tergeletak begitu saja. Kamar jadi berantakan dan ... siklus kelelahan itu kembali berputar, nggak ada habisnya.

Suatu hari, saya membaca sebuah artikel Zenhabits tentang menyederhanakan hidup. Di situ termuat bahwa kesederhanaan hidup bagi tiap orang itu pasti berbeda-beda standarnya. Tapi yang pasti poinnya adalah bagaimana kita bisa mengeliminasi hal-hal yang tidak perlu, mengutamakan waktu untuk mengerjakan dan melakukan apa yang dirasa penting.

Salah satu poin yang menurutku sederhana, tapi benar-benar efektif adalah dengan mengurangi barang-barang yang kita miliki, yang tidak membuat kita bahagia dan berhenti konsumtif, setidaknya sampai kita benar-benar bisa menghabiskan fungsinya, baru membeli yang baru.

Kayak dapat pencerahan dari surga, ya itu poinnya, saya butuh menyederhanakan hidup.

Decluttering: Menyingkirkan benda-benda yang tidak membuat bahagia

Sejalan dengan apa yang ditulis Zenhabits, saya kemudian membaca bukunya Marie Kondo yang kesohor itu, "The Life-Changing: Magic of Tidying Up". Di dalam buku itu, Kondo bilang bahwa seringkali kita punya keterikatan dengan benda. Padahal benda-benda itu tidak membuat bahagia. Misalnya, habis beli baju baru, excited banget. Tapi perasaan itu cuma sebentar karena pada akhirnya baju itu pun harus teronggok di dalam lemari yang paling dalam. Bahkan banyak yang belum buka plastik pembungkusnya, udah lupa sama itu baju.

Seringkali membeli barang-barang karena didorong perasaan impulsif. Seperti binge eating yang dikendalikan oleh emosi, membeli barang-barang pun seperti itu. Kalau lagi ada masalah, bawaannya pengen jalan-jalan ke mall atau lihat-lihat online shop dan pada akhirnya membeli satu-dua barang untuk menyenangkan diri sendiri. Padahal setelah hati sudah tenang, justru nyesel karena barang itu akhirnya juga nggak kepakai.

Menurut Kondo, kita harus menyingkirkan barang-barang yang nggak membuat kita bahagia. Karena barang-barang ini tanpa disadari memenuhi kehidupan kita, sehingga kita sulit 'memasukkan' hal lain yang benar-benar membuat kita senang. Dengan menyingkirkan benda-benda yang tidak membuat kita bahagia, kita memberi ruang untuk kamar dan terutama pikiran kita, supaya lebih tenang dan lega. Lepas dari keterikatan.

Dengan decluttering atau bersih-bersih ini, banyak orang yang merasa hidupnya berubah. Nggak cuma kamar dan rumahnya jadi lebih lega, secara psikis pun begitu. Iya sih, kalau habis capek seharian kerja, pulang ke rumah lihat rumah berantakan itu memang bawaannya pengen ngamuk mulu ya. Beda kalau rumahnya rapi, ngelihatnya aja seneng, bikin mood jadi setingkat lebih baik lah.

Gimana cara menyingkirkannya?

Urusan membersihkan barang-barang itu ternyata gak semudah bicara. Niatan ada, tapi begitu buka lemari, sering bingung. Lagu lawas banget ya, kayak lagunya Andy Williams, "Where do I begiiiin~".

Saya sendiri punya 3 cara untuk menyingkirkan barang-barang yang tidak terpakai dan tidak lagi membuat saya senang.

- Menyortir terlebih dahulu berdasarkan kelayakan

Sebelum membuka lemari pakaian, saya sudah punya 3 tempat yang terbuka lebar. Pertama, kardus untuk pakaian yang masih layak tapi saya sudah nggak suka atau nggak muat. Kedua, kardus untuk pakaian yang memang sudah tidak layak dan akan berakhir jadi lap kotor atau kain pel. Ketiga, pakaian yang masih akan saya pakai.

Kalau bebersih gini memang suka nggak tega deh. Kecuali yang bakal berakhir di kardus nomor 2, kardus nomor satu itu banyak menimbulkan perasaan sentimentil. Tapi kembalikan lagi ke diri sendiri, "Kapan terakhir kali aku pakai ini ya?" Kalau sudah lebih dari satu tahun tak dipakai dan kita juga nggak ingat sama baju itu, saatnya dia berkumpul bersama teman-temannya di kardus nomor satu. Kudu tega!

- Memberikan kepada orang terdekat (saudara atau tetangga)

Kardus nomor satu, biasanya akan saya pilih-pilah lagi berdasarkan tingkat kelayakannya dan ukurannya. Karena kebanyakan kaos-kaos dan kebetulan saya ini termasuk yang paling kecil di keluarga, jadi saya pilih yang masih pantes (dan muat, pastinya! Hahaha) untuk diberikan ke saudara sepupu atau tetangga.

- Menjual ke Carousell

Nah, tahapan ketiga ini kalau saya sudah desperate baju-baju itu mau dikemanakan. Dulu sih saya pernah jualan di Twitter, circa 2012-an. Cukup ramai, tapi itu karena yang beli teman-teman sendiri. Pernah saya coba up lagi akun Twitter jualan itu, tapi nggak ada respon. Mungkin karena sudah banyak yang hijrah ke Instagram ya.

Sampai akhirnya, saya menemukan satu tempat jual-beli barang-barang second hand yaitu Carousell. Saya dulu bikin akun Carousell ini sekitar tahun 2015-an, gara-gara beli sepatu di e-commerce taunya kebesaran. Ugh! Eh, di tahun 2017 ini saya baru tahu kalau Carousell ternyata punya apps lho!

Akhirnya saya coba-coba lagi deh mengulik Carousell via apps yang saya install di smartphone. Surprisingly, ternyata dengan apps di smartphone ini jadi lebih mudah kalau mau menjual barang. Ini langkah-langkahnya:

  1. Tap icon kamera 'SELL' yang terletak di bagian bawah halaman utama. Setelah itu kita bisa ambil foto langsung atau upload dari gallery.
carousell 1.jpg

  1. Foto yang kita ambil bisa diedit untuk dipercerah atau dirotate.
carousell 8.jpg

  1. Kita juga bisa mengupload lebih dari satu foto, misalnya untuk memberikan foto detil barang yang kita jual.
carousell 6.jpg

  1. Isi kategori, pilih item sesuai barang yang dijual, harga dan metode pengiriman barang.
  2. Isi poin CONDITION untuk menjelaskan kondisi barang dan DESKRIPSI. Dua hal ini penting banget.
carousell 4-horz.jpg


  1. Ada 2 metode pengiriman barang yang bisa dipilih, yaitu MEET UP dan atau MAILING OR DELIVERY

carousell 4-horzw.jpg
  1. Setelah itu, pilih di kategori grup mana barang ini akan dipromosikan. Ada banyak kategorinya lho!

carousell 5.jpg
  1. Tahap berikutnya: share di Twitter, Facebook dan Fanpages Facebook
carousell 9.jpg
  1. Duduk ongkang-ongkang nyeruput teh sambil nunggu pembeli ngechat deh!

Keunggulan Carousell dibandingkan dengan apps jual-beli barang bekas lainnya adalah:

Punya spesific group

Di Carousell, para pembeli maupun penjual bisa saling bertemu di group-group yang secara spesifik sudah dibuat. Misalnya grup Adidas Sports untuk jual-beli barang-barang Adidas, grup Batik Lovers, H&M Fashionista sampai ke grup Barter Yuk yang isinya saling barter barang tanpa pembelian pun, ada lho! Dengan adanya grup ini kita jadi lebih mudah mencari dan menjual barang karena sudah sesuai dengan targetnya.

User friendly

Apps-nya Carousell ini sangat user friendly. Saya biasanya malas kalau harus ikutin banyak step. Tapi di apps-nya lebih mudah, tinggal tap-tap saja. Kemudian, ada fitur CHAT yang nggak merepotkan baik penjual maupun pembeli. Kita bisa bernegosiasi dulu di aplikasi, tanpa perlu tahu nomor HP antar penjual dan pembeli, kecuali nanti kalau sudah ada deal tersendiri ya.

Kategori yang super banyak

Kategori penjualan di Carousell ini bermacam-macam. Kalau nggak salah ingat, di awal kemunculannya, Carousell ini hanya untuk fashion. Tapi sekarang sudah ada kategori gadget, furniture & home, music & other media, video gaming, for pets, kitchen & appliance. Bahkan untuk kategori barang-barang luxury, K-Wave dan J-Pop & J-Culture yang niche-nya unik pun, ada lho.

Kalau kita scrolling di laman Categories, di bagian paling bawah ada kategori Olshop Fashion. Nah, ini yang beda dari website/apps jual-beli lainnya. Karena penjual di Carousell ini ada dua macam, penjual personal dan penjual olshop. Maka buat yang para penjual olshop, ada kategori 'rumah'nya sendiri. Jadi jangan salah pilih rumah ya!

Pilah-pilih berdasarkan lokasi, kategori dan filter

Kadang kita pengennya beli barang yang dekat-dekat saja dari lokasi kita. Supaya tidak perlu bayar ongkir kemahalan atau pengen COD-an. Nah, di Carousell ini kita bisa mencari barang dan pembeli berdasarkan lokasi kok. Lebih enak, buat yang lebih percaya sama sistem COD-an dan tatap muka sama pembeli atau penjualnya.

Kemudian, pilih-pilah ini juga bisa berdasarkan kategori, seperti yang saya jelaskan di poin sebelumnya.

Nah, yang ketiga ini bermanfaat banget karena kita bisa memilih berdasarkan kategori filter: popular, recents, nearest, lowest price, highest price; atau berdasarkan opsi deal: meet up atau mailing or delivery.

Sejak punya apps ini di smartphone, saya jadi rajin foto-fotoin baju-baju dan barang lain soalnya gampang banget sih dan nggak perlu effort gede buat memindah-mindahkan dari kamera, ke smartphone, ke komputer lah ... Tinggal jepret, isi deskripsi, upload deh!

Oh iya, apps Carousell ini bisa didownload di https://id.carousell.com/app dan juga sudah tersedia di iOS App Store dan Google Play Store. Kalau sudah download apps-nya dan login, jangan lupa cek profile saya ya, cari aja "windacarmelita". Di situ saya jual-jualin baju dan sepatu untuk saat ini. Ke depannya juga akan jual-jualin buku yang semakin membuat rak buku pengap bin sesak.

carousell 7-horz.jpg

Oh iya, kemarin salah satu baju yang saya upload di Carousell laku lho. Seneng banget rasanya, kayak orang udik, begitu ada yang chat dan bilang tertarik dengan baju yang saya jual. Awalnya sih ada penawaran, tapi itu wajar kok. Akhirnya deal deh! Ketemuan dengan buyers sore hari (karena lokasinya sama-sama di Malang kota) dan terjadi pembayaran. Walau cuma Rp. 20 ribu, senengnya minta ampun. Apalagi diberi feedback yang positif sama buyer-nya. Saya pun bisa kasih feedback untuk buyer. Gunanya feedback ini untuk melihat reputasi/tingkat kepercayaan pembeli dan penjual terhadap akun tersebut.

deal.jpg

Makasih ya Mbak, ditunggu pembelian selanjutnya ^^

Dengan menyingkirkan barang-barang yang tak lagi terpakai, saya merasa terbebas dari ikatan dan membeli sedikit ruang dalam pikiran.

"Lho, tapi aku beli barang dari kamu, berarti gantian 'ruangan'ku dong yang penuh sesak?" At least, kamu bisa mendapatkan barang dengan kualitas yang masih bagus dengan harga yang jauh lebih murah bukan ;)


Komentar

  1. Pengin nyoba jadinya, jual kado dari mantan boleh juga. Wgwgwgwg.


    www.sophiamega.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh pol kalau itu Meg, kalau gak mau dijual, kasih ke aku! Hahhaha

      Hapus
  2. langsung lirik lemari yang sudah mulai mlompong.
    Aku blon pernah nyobain win, palingan aku kasih temen baju2/hijab yang aku sayangi.Katanya biar pikiran tenang, mulai melepaskan satu persatu barang yang kita cintai, termasuk orang yang kita cintai jangan terlalu digenggam ihiir :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bener teh, sayang gak ada section "Jual Mantan" di Carousell :"D

      Hapus
  3. Ih bener banget. Lagi sedih jalan ke mall, beli baju sampai make up. Udah tenang kok nyesel belanja sembarangan :/ untung bisa dijual di Carousell.

    ameltami.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah itu dia, pembelian impulsif itu berbahaya ya Mbak

      Hapus
  4. Aku juga lagi decluttering barang di rumah mbak.. udah berkresek-kresek barang kebuang, ada juga yang udah kejual di Carousell. Tapi gara-gara carousell juga, sekarang suamiku kalo liat barang kepake tapi masih bagus langsung nyuruh jual di carousell aja -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho sama Mbak, aku sekarang kayak ada radarnya. Mau tidur gitu ngeliat sekeliling kamar, kira-kira apa yang mau dijual. Kayak kemaruk jualan jadinya hehehe

      Hapus
  5. Aku juga kadang suka impulsif. Pengen beli ini beli itu. Pede banget ngomong sama diri sendiri kalau yang aku beli itu beneran butuh. Eh begitu udah di tangan mah ternyata ga butuh amat. Kalau udah beres-beres kamar kadang suka buangin kosmetik yang udah expired tapi masih banyak, baju yang dibeli tapi jarang dipake atau printilan apalah apalah yang akhirnya cuma jadi sampah. Masalah berikutnya kalau mau melepas barang masih suka mikir, ntar kepake kok. Ntar diperluin kok hihihi padahal mah mending dijual aja di Carousell, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba, kadang kita beli karena ingin, bukan butuh. Happynya cuma 1-2 hari, besok-besoknya bahkan lupa sampai barangnya terbengkalai. Sayang banget ...

      Hapus
  6. praktis ya jual barang yg sudah tak terpakai jadi lewat carouselle

    BalasHapus
  7. Betul mak, menjual itu salah satu alternatif untuk KonMari..tapi yang ditekankan di KonMari lebih kedecluttering kilat karena yang dibutuhkan efek kaget kondisi minimalist...Asal barang cepat terjual sih nggak apa-apa ya..hihihihi

    BalasHapus
  8. Asik yaa udah laku.. :D jadi pengen bongkar lemari juga buat di jual di carousell :D

    BalasHapus
  9. yg perlu saya jual2in nih adalah buku2... Kl baju memang kebanyakan udah pindah ke sodara :) Saya terlalu suka nyimpen2 barang padahal akhirnya gak kepake dan cuma menuh2in kamar... Plg gak jgn smp tabung elpiji jd korban dilempar krn kesel dan sumpek :))))

    BalasHapus
  10. dari dulu aku pingin baca buku the magic of tidying up itu mbak wind, tapi belum beli2 bukunya. hahahha, aku pingin banget bongkar semua yang ada lalu aku jual. kebayang kan, kalo tinggal di kontrakan dengan barang yang menumpuk yang sebenarnya enggak dipakai atau enggak perlu lagi? nah itulah rumahku.

    BalasHapus
  11. Aku pakai Carousel dan membantu banget nih untuk menjual barang bekas layak pakai

    BalasHapus
  12. bener banget mba, setuju.. dg menyingkirkan barang2 yg ga kepakai bisa bikin bahagia dg masuknya barang2 baru hehe

    BalasHapus
  13. wah carousell udah berkembang jadi makin banyak fiturnya. Dulu pernah bikin saat aktif ngurus online shop

    BalasHapus
  14. bisa dicoba nih kebetulan ane punya banyak barang-barang nggak ke pakai yang masih punya manfaat

    BalasHapus
  15. Samaaa! Aku buat rutin nih menyingkirkan barang-barang.. bisa didonasi, sedekah or lgs buang aja :). Enak kalau di tanah air nanti pake carousel

    BalasHapus
  16. Hmmm, ini kayaknya cocok dengan Afif yang tumpukan baju tidak terpakainya sudah menggunung meski sudah dibagikan ke orang lain. Kasih tahu, Afif, ah!

    BalasHapus
  17. Barang di rumahku ga kepake banyaak. Mau dikasihin orang bingung siapa yg sekiranya bisa manfaatin. Ga kepikir dijual juga asalnya. Tapi sekarang jadi pengen nyoba jualin di carousell. Ngga laku yo wis, laku alhamdulillah. Jualannya gratis ini kan.

    BalasHapus
  18. Aku dulu kerja dg boss asing didikan Jepang, jadi udah hapal langkah2 5S. 5S ini semacam decluttring tp utk industri atau kantoran. Sebenarnya bisa juga diterapkan dirumah tp krn rumah sendiri byk excusenya. Kadang aku mikir, kalau separo dr isi rumah ini aku jual atau kasih ke orang atau aku buang, kayaknya gpp krn sebanyak ini isinya barang2 nggak penting hahaha

    BalasHapus
  19. akupun juga udah download, dan udah jual, dan udah belii, komplitttt mauu apa aja, di situ mah ada juga yang jual makanan ehehhehe

    BalasHapus
  20. wah aku mau coba install app carousell juga ah, pengen jual2in baju yang udah numpuk gak kepake :D

    BalasHapus
  21. im soooooo bad at decluttering tapi sekarang gara-gara carousell jadi rajin. mampir yah, akunku nurismaya14 di carousell. aku jual buanyak cosmetic masih baru dan lama :D

    BalasHapus
  22. Wah keren juga ya carousell. Tapi barang2ku nggak bermerek. Aku maluh. Ini udah hold banyak banget tapi nggak boleh disingkirin sama anakku karena katanya mau buat baksos. Tapi udah dari sebelum Lebaran baksosnya belum terlaksana juga. Hadeeeh.

    BalasHapus
  23. Boleh juga nih aplikasi. Saya memang kebetulan punya banyak baju yang nggak terpakai gitu. Ingin saya kasih ke orang lain, tapi saya sungkan, soalnya ada robekan di beberapa sisi. Dan saya bingung di mana tukang jahit di kota ini :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer