Pekerjaan Generasi Milenial Itu 'Gak Jelas'

Ngitung utang negara :))
Beberapa hari yang lalu, saya nemu satu artikel yang menarik. Soal pekerjaan. Artikel ini ditulis sama nbcnews.com tentang 5 pekerjaan milenial yang gak bakal dipahami sama orang tua. Lima pekerjaan itu adalah:

  • Social media manager
  • Content marketer (termasuk di dalamnya pekerjaan menjadi penulis website dan atau jasa penulis artikel SEO)
  • Community manager
  • Digital influencer
  • Mobile app developer
Kalau saya boleh nambahin satu lagi, drone pilot 

 Di artikel itu sedikit disenggol juga soal tanggapan orang-orang yang mendengar anaknya mengerjakan hal-hal di atas itu dengan "Itu namanya bukan kerja," atau "Hah? Itu apaan?" (kemudian dijelasin sampai berbusa-busa juga nggak paham :|)

Saat saya membaca tulisan itu, lagi rame-ramenya pendaftaran CPNS. Cocok! Di timeline Twitter saya mengarus deras curhatan teman-teman yang didorong sama keluarga dan orang-orang terdekatnya buat daftar menjadi PNS. Alasan para orang tua ini sebetulnya nggak salah kok. Masih kuat bercokol anggapan kalau menjadi PNS itu masa depan dan masa pensiun lebih terjamin. Nggak ada orang tua yang nggak pengen anak yang dicintainya hidup dengan mapan dan berkecukupan sampai hari tua :)

Saya pernah mengalami juga kok. Didorong-dorong untuk mencoba tes CPNS. Tapi ... bukan oleh orang tua saya. Malah oleh beberapa teman yang sempat merasa 'prihatin' dengan pekerjaan saya di media yang menurut mereka 'kurang'. Ya bagi mereka yang lingkungan sekitarnya telah terbiasa dengan pekerjaan-pekerjaan era Orde Baru (*halah, bahasamu Wind), pekerjaan dunia kreatif memang terdengar kurang seksi apalagi jika dibawa untuk propose ke calon mertua hahahaha ... 

Sementara beberapa teman menyarankan saya mencoba menjadi PNS yang mana kok saya sendiri ini embuh sebenarnya pekerjaan jadi PNS itu apa bedanya sama pekerjaan kami-kami di swasta selain karena perihal tunjangan, orang tua saya nggak pernah ambil pusing sama pekerjaan saya. Sepanjang yang saya ingat, orang tua saya cuma 'nggandholi' saya perkara lokasi kerja saja. Soal pekerjaan apa yang saya lakoni, mereka menyerahkan sepenuhnya. "Mama-Papa ini cuma mengarahkan, tapi kamu yang memutuskan. Yang menjalani hidup 'kan kamu. Nanti kalau ada keblusuknya, ya kamu yang bertanggung jawab sendiri."

Tapi kemudian ketika ditanya apakah orang tua saya tahu sebenar-benarnya kerjaan saya kayak gimana? Yo ndak tauuuuuuu~ Awal-awal bekerja jadi social media admin tahun 2012 itu, orang tua saya tentu sangat asing sama kerjaan fesbukan, Twitteran terus itu. Tapi mereka pun akhirnya paham setelah saya tunjukin kerjanya gini, dapat uangnya kantor dari situ. Sebenarnya mereka juga nggak rese' gimana gimana sih, cuma murni penasaran aja secara teknis.

Pekerjaan menjadi content writer lebih mudah dipahami oleh orang tua saya. Tapi kadang mereka juga 'mengeluh' karena kalau ditanya teman-teman dan saudaranya, bingung jawabnya gimana. "Udah, dijawab aja reporter, wartawan." Case closed. Semua orang rasanya pasti sudah akan dapat gambaran kerjaannya reporter itu gimana 'kan ...

Dulunya saya pernah berpikir bahwa dengan punya pekerjaan yang prestisius, orang tua saya pasti bakal bahagia dan bangga. Tapi semakin ke sini, saya akhirnya paham, standar kebahagiaan orang tua saya (apalagi sekarang cuma tinggal Mama) adalah melihat saya bahagia, melalui cara apapun dan bagaimanapun. Walau kebahagiaan saya adalah dengan bekerja bangun subuh tidur dini hari, "Pokoknya jangan marah-marah melulu di rumah", "masih bisa ngopi-makan enak-jalan jalan-nonton konser." Gitu standar kebahagiaan Mama saya ~ (Btw ini akurat lho, nggak ngarang, silakan ditanya sendiri hahahaha).

Sebagai generasi milenial, yang sering dituduh generasi pemalas, saya justru merasa sangat beruntung dan terbantu dengan kemudahan teknologi, fleksibilitas waktu dan tempat bekerja serta banyaknya lapangan pekerjaan. Semestinya pekerjaan-pekerjaan 'baru' seperti ini nggak perlu dinyinyirin lho. Karena justru memperluas kesempatan kerja dan pastinya mengurangi pengangguran. Dari tipikal pekerjaannya, menurut saya pekerjaan generasi milenial ini lebih menitik beratkan ke pengalaman daripada ijazah. Berbeda sama requirement pekerjaan-pekerjaan 20 tahunan yang lalu yang lebih mengutamakan ijazah formal. 

Jadi~ buat semuanya, apapun pekerjaan yang dilakoni temanmu atau saudaramu, doakan lah supaya mereka bisa berkembang, kerasan, nyaman dan senang dengan pekerjaannya. Seiring dengan itu, doakan supaya pekerjaannya membuahkan hasil yang walau gak banyak, paling gak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jangan mengecilkan pekerjaan orang lain, itu sih yang lebih penting. Selama pekerjaannya halal dan yang ngejalanin senang :D

Komentar

  1. ortu sama mertua gua juga gak pernah ngerti kerjaan gua apaan. bidang IT selalu mikirnya gua tuh ngerti hardware. jadi kalo mereka ada komputernya rusak tanya gua dan gua jawab gua juga gak ngerti. tambah bingung lah mereka kok gua kerja di IT tapi gak ngerti benerin komputer. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ini kayaknya permasalahan setiap orang IT ya :))

      Hapus
  2. ketika aku bilang kerjaku jadi blogger dan dikira para bude sebagai tukang blokir website negatif..rrr
    tapi kerjaan jaman sekarang memang lebih enak, bisa dimana aja. nggak perlu mikirin office look xD (freelancer nih saya ceritanya)

    BalasHapus
  3. Hai Winda, first time aku mampir ke sini nih. BTW kenalan dulu ya hehe, aku erny socmed strategist/digital marketing, content writer, sekaligus blogger. Ketiga profesinya nggak dikenalin sama ortuku. Ibuku udah aku jelasin tetep belum paham. Untungnya, beliau support apapun pilihanku :) temen-temen di sekitarku juga support bgt

    BalasHapus
  4. Aku mengalami ini juga mba. Saat ini memang masih nyaman kalau ditanya, "Copywriter itu kerjanya ngapain?". Lah bulan depan pas aku resign dan mutusin jadi freelancer di bidang Digital Content, enaknya kujawab apa ya?

    Suamiku sih alhamdulillah PNS, tapi aku sudah mencium aroma "dianggap sebagai istri nggak sibuk yang kerjanya main dan jalan jalan doang" sepertinya setelah ini.

    Humm ... beda generasi, beda juga sudut pandang dan cara memahami sesuatunya ya mba.

    *Acha malah curcol

    BalasHapus
  5. susah ya. aku juga disuruh jadi pns biar nanti hidupku senang, dan ini udah daftar. padahal aku lebih suka kerja dari rumah seperti nulis blog, buka online shop, dan bikin bikin kerjinan tangan. tapi ortu bilang itu ga kerja, itu cuma hobi orang pengangguran. sedih tapi geli dengernya :))

    BalasHapus
  6. Ada sebagian orang tua yg belum terlalu ngerti pekerjaan masa sekarang, tapi ada juga yang udah paham dan malah bilang kalau anak muda zaman skrng emang kudu pandai dan kreatif, spy gk tergantung ma org... :D

    BalasHapus
  7. hahaha mamanya asyik banget sih, standarnya keren ^^

    BalasHapus
  8. aku malah iri sama generasi milenial yang sangat kreatif dan bisa menciptakan pekerjaan sendiri yang mungking bagi ortu kita adalah bukan pekerjaan. Tapi gara-gara blog, aku juga jadi kepikiran kayaknya enak juga kalo jadi freelancer yang tidak terikat oleh jam kerja kayak aku. *siap-siap beresin meja kerja buat resign* :D

    BalasHapus
  9. Bingung mau komentar apa. Sejauh ini aku melakoni dua peran, mbak. Pengennya orangtua aku jadi guru PNS. Sekarang masih wiyata bakti/honorer. Itu oun sudah jalan 3 tahun. Di lain sisi aku juga jadi blogger yang notabene inilah pekerjaan yang aku banget.

    BalasHapus
  10. Hi Mba Win,
    Aku bukan generasi milenial cuma kebawa-bawa milenial aja ikut-ikutan males. Males kemana-mana mending beli online aja, males ngelakuin apa-apa yang manual, mending pake sistem aja. Tapi praktis itu efektif menghemat waktu sih.

    Jadi pekerjaan content writer sama susahnya dijelasin begitu mama tanya, resign mau ngapain? Mau ngeblog ma, hahahaha. Gitu deh....sukes ya win. Salam buat Mamamu yang asik itu.

    BalasHapus
  11. Aku bersyukur karena termasuk beruntung melakoni pekerjaan resmi sebagai PNS sekaligus pekerjaan generasi milenial juga. Someday jika aku pensiun aku nggak kuatir bakalan bosen karena bisa tetep berkarya di pekerjaan milenial.

    BalasHapus
  12. Hhaaa nais kaka, aku suka bilang ke mama, sekarang dah punya baby gakan kerja di luar dulu, nulis blog dapet segini nih tapi gak yakin mama ngerti blog tuh paan haaha, saya bosenan gamau seumur hidup kerja pns gitu mbaa

    BalasHapus
  13. Satu lagi yg masih diremehin, jadi enterpreneur buka start up heheh

    BalasHapus
  14. Hai mbaak.. klo ortu aku pelan2 juga mulai ngerti kayak gimana kerjaan aku skrg. Klo mobile app developer mungkin nggak terlalu aneh ��

    BalasHapus
  15. Memang susah jelasin jenis pekerjaan ala milenial ini ke orang yang udah sepuh atau yang gak update informasi. Sejak resign dan memutuskan ngeblog aja aku agak males ngejelasin kerjanya apa.

    Dan kerasa banget banyak orang yang memandang sebelah mata. Tapi aku berusaha masa bodo. Lagipula seperti yang Mbak sebutkan di atas, yang penting bahagia.

    Saya pun ngerasa lebih bahagia, jerawat gak nongol lagi separah dulu waktu masih kerja. Hehehehe.

    BalasHapus
  16. Dulu aku termasuk salah satu orang yang memandang aneh mbak orang-orang yang bekerja sebagai copy writing dan blogger. Hingga akhirnya aku memutuskan bahwa pekerjaan seperti ini juga membutuhkan konsentrasi dan kreativitas yang tinggi. Iya mbak apapun pekerjaannya mari saling mendukung dan mensuport :))

    BalasHapus
  17. hai, anyway congarts untuk pekerjaan yang juga banyak digilai anak muda jaman sekarang yang gak bisa lepas gadget dan data hehehe.... apapun pekerjaannya selagi kita enjoy, asik-asik aja y mba...

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer