Salute to 90's: Cara Pee Wee Gaskins Mengajak Generasi Sandwich Berpesta Mengembalikan Energi

Image taken from kkbox.com

Terkadang kita menemukan hal-hal menarik saat sedang sendirian. Saya sering mengalaminya saat dalam perjalanan ke luar kota, seorang diri. Di kereta api, di pesawat ... Seringkali waktu-waktu sendiri itu membawa saya jadi lebih memperhatikan satu dua hal. Mendengarkan musik yang jarang saya jamah, membaca buku atau majalah dengan topik bahasan yang sama sekali berbeda dengan interest saya selama ini.

Minggu ini, dalam perjalanan tugas ke Jogja, saya berada dalam kereta selama 5 jam sendirian. Sebetulnya saya suka mengobrol dengan orang asing saat bepergian, tapi hari itu saya duduk sendirian sampai stasiun Blitar. Alhasil selama itu saya membaca, Twitteran, Instagraman, mendengarkan Spotify ... Begitu terus berulang-ulang. Kemudian saya ingat, sebelum berangkat saya mendownload beberapa lagu untuk didengarkan offline di Spotify. Kali kemarin, saya banyak mendownload lagu-lagu Indonesia, ketimbang lagu barat 80-90an yang menjadi 'zona nyaman' saya.

Mungkin itulah saat saya 'belajar' mendengarkan dan berkenalan dengan band yang secara tak sadar saya download album barunya ini.

Pee Wee Gaskins, mungkin bagi orang-orang di usia saya adalah band yang tidak asing lagi. Pada masa awal munculnya mereka (2008an), sepertinya banyak remaja seusia saya yang terobsesi menjadi seorang party dork garis keras, sebutan untuk fans PWG. Nama ini identik dengan gaya rambut lempar samping menutupi mata, celana ketat dengan T-shirt gambar grafis yang sablonannya berwarna neon meriah seperti stabilo, lagu-lagu dengan lirik menyayat hati yang dibawakan secara emosional dan ekspresif ... makanya dibilang genre ini sebagai emo music.

Dan pada masa itu, hal itu adalah sebuah standar kekerenan dan kegaulan.

Dan, saya nggak terterpa dengan hype Pee Wee Gaskins.

...

Bukan, bukan sok-sokan anti mainstream, tapi karena di masa SMA itu saya mendengarkan musik yang berbeda (dan sibuk festivalan hahahahha). Mungkin juga ego masa remaja, males dengerin musik yang bukan 'aku' banget. Kurang open minded lah ya, Buibu. Masa itu saya tergila-gila dengan The Adams, banyak mendengarkan Colbie Caillat, Regina Spektor dan sebagainya.

Baca Juga: Kita Semakin Menua, The Adams Tetap Awet Muda

Setelah hampir satu dekade, bahkan saya tidak pernah melirik Pee Wee Gaskins meski videonya muncul di rekomendasi playlist di Youtube saya. Saya malah sedang terkagum-kagum dengan Rocket Rockers yang mengcover lagu Pilihanku by Maliq & D'essentials. Tapi, seperti saat jodoh datang tanpa diduga-duga, tiba-tiba lagu ini terputar otomatis:



Lagu yang sangat tidak asing di telinga, karena sebagai anak yang lahir di tahun 90-an dengan ibu yang suka mendengarkan radio, pastinya Potret jadi kenangan masa kecil. Tapi aransemen yang lebih dinamis ini membuat saya menengok dua kali. Astaga, Pee Wee Gaskins! Seharian saya ulang-ulang lagu itu, dan seperti menempel di telinga. Dibawa rasa penasaran, saya menemukan album ini di Spotify.



Pada saat itu, lagu yang dipublish di Spotify baru dua, yaitu Dan (cover Sheila on 7) dan Salah (cover Potret). Saat ini sudah empat lagu yang muncul, dengan Pop Kinetik (cover Rumahsakit) dan Terbaik Untukmu (cover TIC Band).

Dan



Mengcover lagu legendaris dari band legendaris itu adalah tugas yang berat, menurut saya sebagai orang awam. Karena sangat rentan dibanding-bandingkan. Kalau mulut nyinyir bilang, "Mending bagus, kalo tambah jelek ya bubar aja." Tapi di lagu ini, pendengaran awam saya seperti mudah sekali menerima arransemen baru lagu ini. Nggak meninggalkan roh lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya, tapi juga tidak meninggalkan rohnya Pee Wee Gaskins. Kesannya malah segar karena ada part rap dari Tuan Tigabelas.

Dan di lagu inilah saya mendapatkan snap moment di menit 1:40 - 1:43 yang bikin saya kayak, "Ya ini nih Pee Wee Gaskins!"

Salah



Di menit-menit bait awal sampai chorus pertama, rasanya biasa saja. Tapi di chorus kedua, saya langsung dapat snap moment. Entah kenapa, melodi synthesizer di menit 0:40 sampai dengan 0:45 itu membuat cantik bagian chorus kedua ini. Padahal cuma lima detik, tapi embellish ini bikin saya menjatuhkan pilihan kepada lagu ini sebagai lagu paling favorit di album ini, bahkan saat pertama kali mendengarnya. Gila!

Kangen



Kasusnya, sama seperti lagu Dan-nya Sheila on 7. "Go big or go home," begitu mungkin istilah yang tepat untuk mereka yang mau covering lagu-lagu legendaris. Sayangnya, saya pribadi tidak mendapatkan snap moment di lagu ini. Rasanya saat mendengarkan versi Pee Wee Gaskins di lagu ini, tidak ada kupu-kupu yang berlarian di ulu hati seperti saat mendengarkan Salah. Mungkin karena bagi saya pribadi, lagu ini memang ada di settingan lagu yang emosionalnya tidak bisa dibawa 'keras'. Kangen itu perasaan mengiris yang meratap, susah diungkapkan. Tidak semua lagu yang menunjukkan sebuah kerinduan itu sukses menyampaikan rasa kangen yang sebenar-benarnya di hati.

Terlepas dari perasaan yang sukanya ngelangut kalau mendengar versi aslinya, di lagu ini ambience yang saya suka ada di menit 2:47 sampai dengan 3:25. Ingin rasanya kubilang, "Coba selagu dibuat ambiencenya kayak begini," Tapi kemudian saya sadar, ini Pee Wee Gaskins bukan L'alphalpha :))

Baca Juga: Melawan Gravitasi Bersama L'alphalpha

Pop Kinetik



"Bunuh, bunuhlah aku, kalau kau bisa, silakan saja," adalah sebuah bait lirik yang biadab sekali dari Rumahsakit. Relationship saya dengan Rumahsakit dimulai dari lagu ini bertahun-tahun yang lalu karena saya menyukai bait biadab itu hahahah ... Ketika melihat lagu ini adalah dalam salah satu track Salute To 90's, langsung excited. Tapi saya harus tahu bahwasanya dalam hidup tidak boleh terlalu berekspektasi tinggi.

Bagi saya, Pee Wee Gaskins cukup oke membawakan lagu ini kembali. Melodi-melodi catchy-nya Rumahsakit pun bisa diproduksi kembali dengan beat yang lebih dinamis. Mungkin yang harus saya lakukan adalah sedikit mengesampingkan fanatisme terhadap kelemesan Andri Lemes saat membawakan lagu ini. Pee Wee Gaskins bisa membawakan lagu ini lebih tatag, tapi tetaplah kelemesan itu yang saya cari #halah.

Tapi lagu ini menurut saya yang paling 'masuk' dengan Pee Wee Gaskins karena Rumahsakit mah sebetulnya Pee Wee Gaskins versi dipercepat speednya 1,5 kali hahahahhaa ...

Terbaik Untukmu



Lagi-lagi, fanatisme diuji di lagu ini. Pasti taulah lagu aslinya yang dibawakan oleh TIC band. Lagu yang dulu pernah dibilang intronya mirip dengan I Love You-nya Saigon Kick. Tapi meski dimirip-miripin oleh sejuta umat, saya tetap suka sama versi asli lagu ini. Tentunya, ketika mendengarkan versi Pee Wee Gaskins feat Agrikulture-nya, saya tidak memirip-miripkan, tapi membandingkan. Memang 'jahat' kok urusan membanding-bandingkan ini, karena sejujurnya saya nggak mendapatkan soul-nya.

Buat saya, soul lagu ini ada di reffrainnya, "Jangan kau pergi dariku, bila waktuku sedikit untukmu ... " Baik lirik maupun melodinya yang dibawakan oleh TIC itu serasa benar-benar memohon untuk supaya tetap di sini, "Please, please, please, I beg you.." Yang saya rasakan ketika mendengarkan versi Pee Wee Gaskins adalah habis dibawa mendaki, tapi malah nggak sampai puncak karena di bagian reffrain, nadanya justru flat. Akibatnya, sudah galau di bait awal sampai chorus, kemudian njeglek di reffrainnya. Tapi pastinya ini pendapat yang sangat subyektif, karena pendapat Mbak Nana justru lebih suka sama versi ini karena katanya, "Galaunya dapet, Nik!"



Terlepas dari pendapat enak-gak enak dan cocok-nggak cocok di atas, sebagai pendengar barunya, Pee Wee Gaskins patut diapresiasi lebih. Album Salute To 90's ini seperti mengajak generasi saya untuk refreshing. Yang dulunya mengenal Pee Wee Gaskins saat masih remaja, dan kini sudah mulai masuk fase merasakan lika-likunya usia dewasa terjebak di tengah-tengah sebagai generasi sandwich. Lima lagu di album ini seolah mentransfer energi lebih setelah lelah bekerja dan layak untuk diputar dengan volume maksimal di kamar, kemudian silakan jejingkrakan sepuasnya.

Sama seperti band-band yang lain yang saya tulis di rubrik After Lunch Music, saya ingin membuktikan bahwa Pee Wee Gaskins memang benar-benar semagis itu, secara live. Tahun ini, mari dibuktikan ;)

NB: Saya sempat bilang ke Mbak Nana, "Dulu pas Pee Wee Gaskins muncul pertama kali, kok aku nggak tertarik mendengarkan ya?" Kemudian kami diskusi tentang ke-tidak tertarik-an itu. Lalu sampailah kami pada kesimpulan, mungkin saat itu kami (saya) memang belum bisa dewasa menerima bahwa tidak tertarik itu artinya "tidak suka karena jelek" padahal juga belum tentu. Semakin dewasa, akhirnya kami mulai mendengarkan berbagai genre musik dan bisa menghargai musik-musik yang bukan "my cup of tea" kemudian secara terbuka menghargai bahwa, "Bukan musik yang biasa kudengar, tapi bukan berarti jelek." Seharusnya ini juga bisa diterapkan ke semua hal dalam hidup hehehe

Update:

Akhirnya bisa nonton live-nya! Wohoo! Di tengah panasnya Bali yang tang-tang-tang-kentang, keturutan deh nonton PWG. Sayangnya, sudah siap menyanyikan "Bunuuuh, bunuhlah akuuu~" eh, nggak dibawakan 😭

Baca Juga: Sekilas Soundrenaline 2018


Komentar

  1. Aku sampe dengerin semua videonya :D.. Mau masukin juga ke playlist spotifykuuu :D. Tp aku setuju, yg lagu Dan nya so7 agak kurang masuk di aransemen gitu.. Ttp lbh bgs yg So7 punya :D.

    BalasHapus
  2. Akus suka lagu ini....senang sekali dengerinnya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer