A Whiter Shade of Pale

Image taken from bbc.co.uk
Hari Minggu kemarin itu, matahari sedang terik-teriknya ketika saya memarkir motor saya di area yang ramainya naudzubilah karena banyak yang berwisata ke Kampung Warna-warni.

Tanpa rencana, secara spontan saya mengunjungi lapak Pak Tono yang letaknya masih satu area dengan Kampung Warna-Warni Jodipan. Di pasar-pasar barang bekas dan loakan Jodipan itu, atau biasa disebut Boldy, Pak Tono duduk di lapaknya yang kecil. Tenggelam dalam lautan kaset-kaset bak harta karun yang sangat berharga, setidaknya buat para penggemar rilisan fisik.


Pak Tono dan harta karunnya | Image taken by Winda Carmelita
Dari kejauhan, lamat-lamat terdengar suara musik bercampur dengan suara mesin motor dan sempritan tukang parkir. Di lapaknya, Pak Tono duduk santai sambil menghisap rokok, menyesap kopinya. Hari itu, Pak Tono yang pakai t-shirt Iron Maiden asyik mendongeng kepada dua pemuda, kayaknya sih usianya lebih muda dari saya. Melihat kedatangan saya, Pak Tono langsung melambaikan tangan, "Mbak!"

Kedatangan saya tepat disambut dengan lagu "A Whiter Shade of Pale".

"Wih, Procol Harum! Baru nih, Pak?"
"Lha iya, Mbak. Tapi yang ini CD, Mbak. Ini kasetnya,"
"Saya tuh kalau denger lagu ini, inget almarhum Papa saya. Sukanya lagu ini sama Rod Stewart yang Have I Told You Lately, Pak," Saya tiba-tiba saja bercerita, padahal juga nggak ditanya siapa pun.

Entah karena sekilas cerita saya itu atau bagaimana, "A Whiter Shade of Pale"-pun diputar kembali. Saya duduk di kursi depan lapakan sambil merasakan angin sepoi-sepoi yang tiba-tiba terasa dingin karena matahari beranjak pergi digantikan mendung.



We skipped the light fandango

Turned cartwheels 'cross the floor
I was feeling kinda seasick
But the crowd called out for more
The room was humming harder
As the ceiling flew away
When we called out for another drink
The waiter brought a tray
And so it was that later

As the miller told his tale
That her face, at first just ghostly
Turned a whiter shade of pale
She said, 'There is no reason'

And the truth is plain to see
But I wandered through my playing cards
And would not let her be
One of sixteen vestal virgins
Who were leaving for the coast
And although my eyes were open
They might have just as well've been closed
And so it was that later

As the miller told his tale
That her face, at first just ghostly
Turned a whiter shade of pale
And so it was that later

Lagu ini adalah salah satu dari my top sentimental songs. Sungguh ajaib, bagaimana lagu sepanjang 4 menit saja bisa membuat kita merindukan seseorang. Merindukan Papa yang sudah 3 tahun pergi meninggalkan kami semua.

Tiba-tiba tukang parkir menghampiri saya, "Mbak, yang motornya Beat Pop itu ya? Ban belakangnya gembos, Mbak." Dan saya pun berlalu tergesa-gesa setelah membayar beberapa kaset pilihan saya. 

Sial, sudah ban gembos, gerimis turun ... di rumah saya baru sadar kalau kaset Procol Harum yang sudah saya pilih tadi, lupa terangkut. Duh ... 

Komentar

  1. Lagu itu keren banget deh...
    Dibawain secara jazz oleh Syaharani, yang ada pada albumnya yg dirilis th 2004, juga tetap terasa nikmat disimak.

    Salam.

    BalasHapus
  2. Lagu ini sangat indah, tak ternilai, luar biasa proses penciptaaannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer