(Masih Terus) Belajar Melatih Fokus


focus
Image taken from Pexels.com

Sejak dulu, saya orangnya susah sekali buat fokus. Fokus di sini bukan dalam scope mudah berpindah-pindah kesukaan sih. Tapi lebih ke kesulitan fokus terhadap hal-hal yang dikerjakan harian.

Contoh kesulitan fokus ini, misalnya saat membersihkan folder-folder di laptop. Lalu menemukan foto bareng teman-teman lama. Akhirnya jadi penasaran sama kabar teman itu. Ambil handphone deh, buka Instagram. Scrolling down ke profilnya. Kemudian balik ke home. Lihat akun orang lain. Begitu berulang-ulang kali. Akhirnya jadi malas membersihkan folder-folder di laptop karena terdistraksi. Pfft ~

Hal lain lagi yang sepele tapi agak menyebalkan adalah waktu saya diajak ngobrol sama teman saya yang bertanya tempat beli hosting Indonesia terbaik karena dia lagi mau beli hosting murah DomaiNesia. Maunya saya itu kasih rekomendasi hosting, lha kok malah ngajak ngobrol dia soal album baru band yang lagi saya dengarkan di Spotify hanya karena saya pas diajak ngobrol sama dia, lagi bikin playlist di Spotify :))

Itu perkara sederhana. Urusannya jadi beda kalau ada pekerjaan yang menuntut deadline sementara detil yang harus dikerjakan itu cukup banyak. Misalnya bikin report atau menulis artikel advertorial berdasarkan brief. Awalnya sih sekedar excuse saja. Lama kelamaan kok terasanya otak jadi capek sendiri ya.

Dari yang saya baca, manusia modern memang cenderung sulit fokus karena sering melakukan banyak hal dalam satu periode alias multitasking. Mungkin di awal orang yang bisa multitasking itu terlihat cerdas ya.

Sebagai orang yang dua-tiga tahun belakangan ini melakukan multitasking level advanced, harus diakui kalau hal yang satu ini nggak mudah dilakukan. Tapi kadang karena atas nama profesionalitas dan manajemen waktu yang buruk, mau nggak mau harus berjibaku mengerjakan dua - tiga hal dalam satu waktu. Dan itu menguras tenaga sekali. Kenapa?

  • Otak dipaksa buat memecah fokus. Sesekali memang nggak apa-apa, tapi kalau berulangkali, energi yang dikeluarkan jadi lebih banyak.
  • Kesulitan untuk merunut secara logis. Udahlah itu yang namanya skala prioritas jadi bias, maunya semuanya bisa kelar dalam satu waktu.
  • Secara nggak sadar bakal terbawa untuk terus-menerus memecah konsentrasi.
  • Nggak bisa menyerap informasi dengan utuh. Ibaratnya tahu banyak hal tapi sedikit-sedikit, bukannya tahu satu hal secara mendalam.
  • Kerjaan nggak maksimal
  • Susah menyampaikan suatu hal karena otaknya sibuk melulu, sementara yang terucap nggak bisa mewakili keseluruhan yang ada dalam pikiran.
  • Tidur pun masih mikir :))
Kalau diomongin seperti ini, buat yang tidak mengalaminya mungkin nggak bisa membayangkan. Tapi yang pernah mengalami, khususnya para perempuan yang konon makhluk multitasking tingkat tinggi, pasti related banget.

Mungkin itulah sebabnya belakangan ini saya merasa daya dan energi yang saya miliki semakin melemah. Kebanyakan yang dipikirkan, kebanyakan yang dikerjakan secara rebutan. Yang juga jadi biang kerok adalah banyaknya distraksi karena social media. Karena pekerjaan saya selalu terhubung dengan internet, maka penyebab distraksi yang satu ini benar-benar menantang. Nggak bisa 'kan serta-merta memutuskan jaringan internet seperti yang disarankan di artikel-artikel gitu, lha wong kerjaannya di e-mail tiap waktu hehehe ...

Kucing aja bisa fokus, masak kamu nggak, Wind? | Image taken from Pexels.com
Demi menjaga stabilitas dan keseimbangan ini *halah, sejak akhir tahun 2018 yang lalu saya belajar sedikit demi sedikit mengembalikan fokus. Mungkin caranya nggak istimewa, tapi boleh lah dicoba.

Belajar menulis 10 menit tanpa terdistraksi

Karena pekerjaan sehari-hari saya menulis, ini jadi poin penting yang mau saya perbaiki. Jadi saya berlatih menulis selama 10 menit tanpa terdistraksi untuk lirak-lirik social media. Ini di luar buka-buka tab di browser untuk lihat referensi dan materi ya. Sungguh, awalnya susah sekali. Tapi sekarang sudah lumayan lah. Buktinya draft tulisan ini bisa jadi dalam waktu 15 menit tanpa distraksi sama sekali. Aku bangga pada diriku sendiri *tepok dada sampai batuk-batuk

Mengabaikan semua notifikasi yang muncul di browser

Dulunya saya mengaktifkan pop-up notification e-mail dan Whatsapp. Tapi akhirnya saya matikan fitur itu karena ternyata itu merampas konsentrasi cukup tinggi. Lha wong sebetulnya banyak hal yang tidak semendesak itu untuk dibalas segera. Hanya saja kita suka merasa dengan munculnya pop up notification, kita jadi dikejar-kejar untuk segera membalas pesan. Tenang, semua hal bisa menunggu, kecuali memang ditelepon untuk keperluan mendesak ya.

Pakai headset

Entah di kantor atau di rumah, saat bekerja saya selalu pakai headset. Entah itu sambil menyalakan musik atau pun tidak. Karena ternyata setelah saya pelajari dan lakukan bertahun-tahun, pakai headset ini bikin orang-orang jadi sungkan kalau mau nyolek ngajak ngobrol hahahahaha .. Dan selamat menikmati waktu kesendirian dalam heningnya headset yang mati :))

Baca buku 

Ini adalah yang saya terapkan paling akhir. Bagi saya membaca buku, terutama buku yang secara fisik nyata, itu sejenak menjauhkan kita dari distraksi. Kalau baca artikel di handphone atau PC, pasti ada saja godaannya buat lihat-lihat artikel lain atau akses social media. Baca buku seolah membangun border tersendiri yang membuat saya jadi bisa lebih konsentrasi.

Ini berhasil banget setiap kali saya bepergian naik kereta api. Bawa satu buku, selama 6-7 jam perjalanan, pasti langsung kelar! Heran banget, kalau diterapkan dalam hidup sehari-hari kok malah susah.

Menahan diri nggak pegang handphone saat ngobrol bareng teman

Kalau yang ini sukses, biasanya poin-poin di atasnya bakal lebih mudah dijalani ~

Sampai sekarang pun, saya masih terus belajar buat melatih fokus dengan latihan-latihan di atas. Sebetulnya kalau kata teman-teman saya, meditasi adalah cara terampuh untuk mengembalikan fokus dan konsentrasi. Tapi saya selalu kesulitas buat melakukan meditasi. Any advice?

Komentar

Postingan Populer