#Hari2Jenius -ku: Secerah Harapan Menjadi Manusia Merdeka, Sehat Jiwa, Raga dan Saldo



Suatu sudut di Kota Jogja yang pernah kufoto, beberapa bulan sebelumnya

"Hidupmu lulus kalau bisa melewati umur 27 tahun dengan baik-baik saja."

Kalimat itu terngiang-ngiang lagi saat saya membaca blog lama saya, di hari ulang tahun saya yang ke-28, bulan lalu.

Tahun-tahun yang sudah lewat, dalam sebuah sesi obrolan tidak masuk akal yang mengalir lewat karakter demi karakter di layar handphone di malam hari, seorang teman berkata pada saya tentang keinginannya mati di usia 27 tahun.

Waktu itu, saya pikir dia terlalu berlebihan mengadaptasi kehidupan idolanya, Jim Morrison, vokalis The Doors yang memutuskan mengakhiri hidupnya di usia 27 tahun."Ya kita 'kan bukan Jim Morrison, bukan Janis Joplin, bukan Club 27. Masalah hidupnya juga beda," sergah saya. "Urusan hidup kita nanti paling gak jauh-jauh dari bingung mikirin cicilan, mikirin biaya hidup, teman kerja drama, pacarmu keburu minta dinikahin ..."

Enam tahun setelahnya kami sudah tidak pernah bertemu dan tidak pernah juga ngobrol. Entah dia ke mana, barangkali ditelan dunia orang dewasa yang sulit tapi harus dihadapi. Tapi jika hari ini saya punya kesempatan bicara padanya, saya harus menyerahkan kalimat yang paling sulit diucapkan orang dengan gengsi tinggi ini padanya, "Kamu benar."

Lima Hari Selepas Ulang Tahun ke-28: Hari Paling Berani Sedunia


Terima kasih 5 tahunnya :)
Semakin bertambah umur, di hari ulang tahun saya justru jadi orang paling pemikir sedunia. Tidak ingin berpesta pora, bahkan cuma pengen di rumah saja tanpa melakukan apa-apa. Bahkan saya selalu bilang, "I don't celebrate my birthday."

Tahun ini, ulang tahun ke-28 saya lewati dengan di kasur dan baru bisa tidur lewat pukul 24.00. Membaca banyak tulisan, menghitung, menimbang aman versus nyaman, berpikir. Sebetulnya sudah saya lakukan sejak beberapa bulan yang lalu. Saya berusaha sangat amat sangat rasional, mengesampingkan perasaan yang sungguh tidak nyaman.

Lima hari selepasnya, akhirnya terucap juga. Hal paling wajar dan dialami banyak orang, yang nyatanya tidak sewajar itu saat dilakukan. "Mbak, aku mau mengajukan resign."


Mempersiapkan, Melepaskan, Membangun




Untuk orang yang terjebak menjadi generasi sandwich, resign di usia produktif sementara belum memegang pekerjaan di perusahaan lainnya selepas resign adalah kenekatan luar biasa. Tapi sesungguhnya saya tentu saja nggak senekat itu. Walaupun lagunya sih ada, "Burung pipit yang kecil, dikasihi Tuhan. Terlebih diriku, dikasihi Tuhan .." Tapi bagaimana pun juga, saya manusia. Punya tagihan listrik dan air yang harus dibayar, shampoo yang harus dibeli, pulsa yang harus diisi.

Keputusan itu hadir dengan pemikiran-pemikiran yang sudah sangat matang, dengan persiapan yang tidak hanya semalam. Bahkan persiapannya sudah lebih dari 3 tahun!

Sejak hari di mana saya mengirimkan resignation letter, saya justru dipertemukan dengan orang-orang yang asyik banget. Sejujurnya, selama dua bulan saya merasa sangat malas bertemu orang lain, kecuali untuk urusan pekerjaan yang harus bertemu dengan tim freelance di luar kantor (karena orang-orangnya menyenangkan dan supportif). Ketika perlahan-lahan kehidupan kembali menemukan jalannya untuk pulih, orang-orang yang tak pernah terlintas dalam pikiran saya sebelumnya, tidak begitu akrab sebelumnya, malah satu per satu datang dan memberikan suntikan penyemangat.

Tapi namanya manusia ... Ya memang benar, melepaskan keterikatan dari kenyamanan itu hal yang paling mendebarkan. Habis nekat kok terus ragu? Sebagai orang yang pernah dibilang sebagai manusia determinasi tinggi, saya nggak pernah punya tuas untuk putar balik terhadap semua keputusan yang saya ambil. Harus maju terus.

"Everything's will be alright, Wind."
"Tuhan menggengam mimpi dan cita-cita kita."
"Find your perfect place to grow, Wind."

Hingga akhirnya, saya bertemu dengan seorang teman yang melontarkan statement cukup menampar pada saya, "Jangan berpikir kamu itu nantinya jadi pengangguran. Kamu adalah bos terhadap dirimu sendiri."

Sebelumnya sih saya selalu bingung menjelaskan kenapa saya resign dari kantor lama. Setelah otak saya bisa mencerna statement itu, akhirnya saya selalu punya jawaban yang percaya diri:

"Mau ke mana, Wind, kok resign?"
"Mau jadi bos atas diriku sendiri~"
"Wah asyik! Selamat ya atas kelulusannya."

Dan semuanya jadi terasa lebih ringan di hati dan di pikiran.

Memulai #Hari2Jenius -ku Setelah Tidak Gajian Tiap Bulan

Setelah kirim resignation letter, hal pertama yang ada di pikiran saya (dan jutaan orang lain yang resign lalu belum punya pekerjaan tetap) adalah "Wah, bentar lagi nggak gajian bulanan lagi dong."

Itu adalah pemikiran yang ngeri-ngeri sedap sebagai single yang punya tanggungan orang tua yang sakit dan harus banting tulang sendirian. Tapi untungnya saya sudah terbiasa menyiasati keuangan bulanan jikalau masa-masa tiris harus terjadi.

Salah satunya adalah dengan membagi-bagi pos keuangan. Ini adalah hal yang wajib banget dilakukan. Namanya juga sekarang 'bos atas diri sendiri' ya. Jangan sampai kebablasan lalu bulan berikutnya nggak punya pegangan sama sekali.

Suatu Minggu yang kalut di teras rumah, saya duduk sambil minum es teh dan main smartphone. Saya membuka-buka aplikasi yang terinstall di smartphone dan kebetulan membuka aplikasi Jenius Connect. Satu per satu fitur saya coba-coba lagi ... seperti dapat pencerahan, I've got that 'A-ha moment!'




Untungnya saya adalah pengguna Jenius Connect sudah cukup lama. Fitur-fitur Jenius Connect ini benar-benar membuat saya jadi benar-benar consious terhadap setiap alokasi pengeluaran dan pemasukan, apalagi setelah resign ini. Begini cara saya:


  1. Dana darurat yang sedianya memang sudah disiapkan untuk menanggung sementara kehidupan selama belum ada pekerjaan besar yang bisa dikerjakan, semuanya saya pindahkan ke akun Jenius.
  2. Setelah dana masuk, split untuk kebutuhan harian yang butuh uang tunai ke m-Card dan yang butuh ditransfer-transfer ke e-Card. Sementara untuk bentuk pengeluaran lain, saya pos-kan ke kartu x-Card. Untungnya x-Card ini bisa dibuat dalam 3 pos keuangan. Tapi saya baru bikin satu x-Card untuk membatasi pengeluaran hobi & jajan. Pokoknya kalau yang di sini sudah tipis, nggak boleh pakai kartu yang lain. Kudu disiplin!
Meskipun sudah nggak punya pemasukan tetap lagi dan harus pintar-pintarnya mengelola keuangan, saya masih punya harapan untuk tetap bisa liburan dan nonton-nonton konser musik seperti saat masih bekerja kantoran dulu. Jenius Connect ini seolah-olah paham banget sama hasrat itu dengan menciptakan fitur Dream Saver. Alokasi saya untuk jangka pendek sih pengen punya dana liburan yang cukup lah untuk traveling sederhana. Jadi saya tetapkan angka sekian juta untuk jumlah yang harus ditabung.



Selain fitur Dream Saver untuk merencanakan liburan, saya juga memanfaatkan dua fitur Save It lainnya yaitu Flexi Saver dan Maxi Saver.



Flexi Saver ini semacam deposito, tapi bisa sewaktu-waktu dananya dicairkan tanpa tenggat waktu. Meskipun begitu, bunganya lumayan lho, yaitu 5% p.a dan dihitung harian. Tapi pencairan bunganya tetap setiap bulan. Walaupun di sini sedikit, tapi tiap kali cek bunga cair walau cuma ratusan rupiah, rasanya happy. Gitu-gitu 'kan duit ya 😂😂😂

Sementara itu Maxi Saver adalah fitur deposito yang sebenar-benarnya dengan tenggat waktu tertentu yang bisa kita pilih sendiri. Dari 1 bulan hingga 12 bulan. Asyiknya lagi, kalau mau setor untuk Maxi Saver (maupun Flexi Saver), kita nggak perlu ke bank seperti layaknya bank-bank konvensional. Lalu kita bisa simulasikan perkiraan bunga per tahun yang didapatkan, sesuai jumlah nominal deposito yang kita setorkan. Bunganya lumayan lho, sampai 7% p.a. Semakin besar depositonya, bunganya juga makin gede.

Tapi buat freelancer, sebaiknya nggak semua aset keuangannya dijadikan deposito ya, karena 'kan ada jatuh temponya. Jadi sebaiknya di-split saja ke Flexi Saver supaya lebih aman kalau butuh dana darurat.


Pakai Jenius Connect, setiap pengeluaran yang dilakukan bisa dikategorikan, jadi bisa kelihatan yang paling banyak untuk keperluan apa. Ini bisa jadi evaluasi buat keuangan pribadi yang efektif banget karena kita jadi tahu ke mana pengeluaran kita. Nggak tahu-tahu lenyap aja. Apalagi buat freelancer yang harus jeli sama pengeluaran dan pemasukan.

Sebagai freelancer, yang saya pelajari ada rumus untuk mempersiapkan dana darurat. Kurang lebihnya seperti ini:

Single: 
Jumlah pengeluaran pokok bulanan x 3 = dana darurat minimal
Keluarga kecil (4 orang anggota keluarga):
 Jumlah pengeluaran pokok bulanan x 6 = dana darurat minimal
Keluarga besar (5 orang anggota keluarga atau lebih): 
Jumlah pengeluaran pokok bulanan x 9 = dana darurat minimal

Nggak tahu kenapa, dengan kondisi finansial yang saat ini masih tidak menentu, ternyata Jenius Connect-lah yang bantu banget mengatur #Hari2Jenius dengan fitur-fiturnya yang sangat mudah diakses dan juga gampang dipahami. It's like meeting the man of my dream! :)


Surat cinta dari tim Jenius, yang bikin makin semangat mengatur keuangan :)

My Second Turning Point: This Is The New Beginning


Hello, new life!
Tahun 2015 yang lalu, saat ayah saya berpulang ke hadapan Tuhan, saya pikir saya sudah mengalami turning point yang besar dalam hidup. Kehilangan orang yang sangat disayangi, sementara harus memunguti serakan-serakan perasaan dan urusan profesional yang kacau saat itu, mengajarkan banyak hal buat saya soal kemandirian. Hal 'gila' tentang kedewasaan yang waktu itu tiba-tiba harus saya taklukkan demi keluarga.

Empat tahun setelahnya, di hari di mana saya menyambut usia yang baru, turning point kedua menyambut. Dengan hal baru lain yang harus ditaklukkan dan dipelajari, yaitu tentang keputusan diri sendiri. Memutuskan hal yang baik untuk kemerdekaan jiwa dan raga, scale up kemampuan, memulai #Hari2Jeniusku demi menata kehidupan yang lebih baik lagi.

Dan bulan Februari yang tak pernah kuanggap sebagai bulan kasih sayang, ternyata di tahun ini benar-benar menjadi bulan kasih sayang ... terhadap diriku sendiri :)

Komentar

  1. Kurang lebih pengalaman yang sama dengan saya, Mbak. Dan dengan adanya Jenius ini keuangan dari pekerjaan freelance jadi lebih bisa diatur.

    BalasHapus
  2. bagus banget mba tulisannyaaa aku suka banget :"")

    BalasHapus
  3. Aku sering baca tentang Jenius, tp belum mudeng aja, nanti aku coba pelajari lagi deh, keliatannya menarik

    BalasHapus
  4. Haii Kak...
    Ya ampun, Kakak termasuk wanita hebat menurutku.
    Berani resign padahal sedang produktif & belum tahu harus ke mana.
    Tapi, ternyata dibalik itu semua...
    Kakak menemukan cara untuk mengatur keuangan.
    Menginspirasi sih Kakak.
    Saya saja sampai sekarang masih takut resign lho apalagi memang belum pernah merasakan hari-hari tanpa pekerjaan.

    Semangat Kak!
    Salam kenal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer