Tentang Espresso, Cappuccino dan Kelas Meracik Kopi @DW_coffee

Kalau ada yang bilang kopi itu pahit, pahitan mana sama penyesalan? Hahahaha .. Bukan, kali ini saya nggak pengen ngomongin kepahitan, tapi lagi pengen ngomongin kopi. Dibandingkan sama teh hijau andalan, tentu kopi adalah minuman yang intensitasnya tidak lebih sering saya minum. Tetapi bisa dibilang kopi adalah minuman yang dengannya saya kalau nggak tergantung, saya bisa gila. Kenapa?

Minum kopi bukan sekedar minum buat saya. Saya jarang minum kopi sachet, untuk itu lebih memilih minum kopi yang bener-bener kopi jika kepala saya pusing atau lagi merasa nggak enak badan. Minum kopi sachet dampaknya buat tubuh saya sepertinya kurang nampol karena malah bikin kembung. Barangkali ini sugesti saja ya.

Penggemar kopi itu beragam. Nggak heran kalau sudah ngumpul berempat bareng geng pria-pria petualang, mereka pasti pesan kopi atau setidaknya membahas kopi. "Kopi Toraja lho enak","Enakan Aceh-Gayo kali" dan sederet perbandingan lainnya. Saya cuma nyengir, kopi yang nampol bagi saya sih cuma kopi Flores :p

Dibalik tersajinya secangkir kopi di hadapan kita, ada serangkaian proses dan seni yang menarik buat dibahas. That's why saya tertarik banget mendaftar ke acara Cappuccino Class yang diadakan oleh DW Coffeeshop Malang, hari Minggu 11 Januari 2015 kemarin.

Pertama lihat posternya, saya cukup kaget. Acaranya berlangsung mulai jam 10.00 sampai dengan 15.00. Wow! 5 jam, kira-kira bakal ngapain aja ya di sana. Pertanyaan saya terjawab saat hari Minggu kemarin datang ke sana. Coffeeshop yang terletak di Jl. Bogor, Malang ini biasanya ramai dari pagi, tetapi hari itu justru terkesan lengang dengan kursi-kursi yang ditata sedemikian rupa. Ternyata pesertanya dibatasi by invitation hanya untuk kurang lebih 10 orang saja karena setiap orang bakal diberi kesempatan praktek langsung bikin cappuccino ! Wow! Pantesan kita diberi waktu sampai 5 jam ya ..

Diawali dengan penjelasan apa itu kopi, espresso, bagian-bagian dari espresso hingga tutorial bagaimana membuat cappuccino dan latte oleh Mas Faisal. Udah pada tau belum apa bedanya cappuccino dengan latte? Kalau foam susu di kopi yang kamu pesan tebal, itu namanya cappuccino. Kalau tipis, nah itu baru namanya latte. Kalau kamu pesan cappuccino dan yang datang kopi dengan foam tipis, balikin aja tuh ke baristanya :p

Diawali dengan penjelasan oleh Mas Faisal
Grinder, salah satu kunci dari pengolahan kopi
Ready?
Setelah penjelasan, nggak komplit dong kalau nggak megang langsung. Nah kali ini kita dipandu langsung sama barista-baristanya DW Coffee. Saya lupa namanya hehehhe .. Kalau nggak salah namanya Mas Adi. Di sini kita dijelaskan lebih detil dan lebih dekat dengan berbagai mesin kopi yang disana. 2 mesin penting, tentunya grinder dan espresso machine. Kabarnya, espresso machine yang oke itu harganya sampe bikin pusing (lebih dari $ 9,000,000) yaitu La Marzocco.

La Marzocco yang harganya aduhai

Pertama, kopi digiling menggunakan mesin grinder. Dengan mesin ini, tekstur bisa diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ekstraksi espresso yang mantap. 

Kopi yang dipilih juga sangat menentukan lho. Ada yang suka kopi single origin, alias tidak tercampur dengan jenis kopi lain misalnya Aceh-Gayo, Toraja, Flores, Sumatra murni. Kalau blend, ya sesuai namanya kopi itu sudah dimix antar jenis. Yang kemarin dipakai sih adalah kopi campuran (lagi-lagi lupa merknya).

Setelah digiling, kopi kemudian didistribusikan di sebuah wadah atau headnya hingga rata. Setelah itu proses tamping, yaitu menekan kopi hingga padat. Meskipun keliatannya sederhana, ini prosesnya cukup memakan tenaga lho. Cuma boleh sekali tekan dengan kekuatan tekanan berpusat pada bahu *kemringet*.

Proses Tamping (image taken from coffeementor.co.uk)
Beranjak ke espresso machine, ada beberapa proses yang harus dilakukan sebelum masang head ke mesin. Kamu bisa tanya sendiri ke barista-barista coffeeshop langganan kamu, deh. Yang jelas namanya espresso itu ternyata nggak boleh lebih dari 25 detik untuk mengekstraksinya. So, proses dari grinding sampai tamping sangat berpengaruh terhadap kualitas espresso yang dihasilkan lho.

My very first shot of espresso
Punya saya kemarin hasilnya kurang oke karena tampingnya kurang kuat, alhasil waktu diekstraksi ngelocor (bocor). Percobaan kedua sudah lebih bagus. Cremanya sudah lebih oke. Crema itu adalah intisari dari kopi yang biasanya berupa lapisan berwarna coklat muda di atas kopi yang sudah diproses.

Habis bikin espresso, saya coba membuat cappuccino. Kunci dari cappuccino (dan juga latte) adalah susunya. Susu yang dipakai haruslah susu yang dingin. Proses membuat foamnya tricky banget karena ada yang namanya steaming dan rolling untuk menghasilkan foam yang padat. Bikin foam ini juga pakai mesin yang sama lho.

Kelihatannya gampang sih, tapi ...
Setelah susu siap, saatnya mixing! Mixing ini bertujuan agar kita nggak perlu lagi mengaduk kopi untuk mencampur susunya. Kemudian setelah mixing, kita mulai deh bikin latte art. Yang paling sederhana adalah Monk's Head.

Monk's Head yang perfect (image taken from coffeementor.co.uk)

Kelihatannya gampang, tapi bikin bentuk bulat seperti ini tuh susah banget lho. Pouring foamnya cukup susah, apalagi kalau gemetaran kayak saya dan Tama yang bikin gempa kecil saat bikin racikannya. Hahahha. Bener aja dong, Monk's Head saya nggak jadi blas hahahaha ... Gapapa, percobaan pertama, kalo nggak gagal nggak asik dong.

Circle Latte Art kalo katanya Amma :))

Ini hasil karya @doyoke
Selama 5 jam di sana, rasanya kurang deh. Karena penasaran pengen bikin cappuccino yang paling oke plus berguru sama barista-barista di sana (termasuk Pak Iwan, senior barista nasional nih kabarnya). Dan ketemuan sama teman-teman baru (yang ternyata adalah temannya teman-temanku).

Yes, kopi nggak cuma sekedar minuman. Tetapi juga bisa jadi seni yang indah sekaligus sarana untuk mengakrabkan. Rasanya nggak sabar pengen ikutan kelas meracik kopi berikutnya deh. Kamu tertarik? Rajin-rajin deh kepo @DW_coffee atau main-main ke sana, siapa tahu kamu bisa berguru gratis kalau mereka sedang senggang.

Kalau saya sih tetap suka sama espresso. Kalau kamu, suka racikan kopi yang seperti apa nih?

Komentar

  1. oohh baru tahu bedanya capuccino dan latte. Aku suka lebih banyak susu. Brarti besok2 pilih yg jenis capuccino yaa, bukan latte? Makasiihhh sharingnyaa

    BalasHapus
  2. Beberapa hari belakangan ...
    lagi suka merenung tentang kopi, "Filosofi Kopi"

    Siip mbak Winda, cerita tentang kopi -nya!

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer