Body Shaming: Ini Yang Kami Rasakan Saat Tubuh Kami Dipermalukan

"Kok kurusan? Tapi kalo kurusan kelihatan kayak orang sakit lho."
"Wiiih, gendutan ya? Jangan gendut-gendut, diet dong."

Berapa banyak di antara kita yang seumur hidup mendengarkan pernyataan-pernyataan seperti ini? Parahnya, terkadang pernyataan-pernyataan ini datang bebarengan. Seakan tak cukup memikirkan beratnya masa depan, hidup kita masih harus diributkan dengan masalah timbangan badan.

Bukan cuma saya atau kamu yang merasa risih dengan komentar-komentar itu. Ashley Graham pun mengalaminya. Model seksi bertubuh plus size berusia 28 tahun ini beberapa saat yang lalu menuliskan sebuah esai yang powerful tentang body shaming, dimuat di lennyletter.comBody shaming,secara sederhana adalah komentar-komentar negatif yang dilontarkan terhadap bentuk tubuh seseorang. Gendut, kurus ... semuanya tak lepas dari stigma-stigma tertentu yang melekat di masyarakat.

Jadi, beberapa saat yang lalu, Graham mengunggah fotonya menggunakan rok rajut berwarna putih, crop top dan jaket kulit favoritnya. Tak ada yang salah dengan foto itu, setidaknya menurut Graham. Tetapi sesaat setelah foto itu diunggah, ratusan komentar menghujani post Instagram itu.
"Saya kecewa padamu.""Kamu tidak mencintai dirimu apa adanya, kamu sepakat dengan pandangan Hollywood. Kamu percaya bahwa menjadi langsing artinya lebih cantik.""Dulunya kamu panutanku dan dulu aku ingin jadi sepertimu."

Foto: copyright instagram.com/theashleygrahamFoto: copyright instagram.com/theashleygraham

Komentar-komentar bernada sedih itu muncul karena dalam foto itu Graham terlihat lebih kurus dari biasanya. Kenyataannya, Graham yang selalu ini berkampanye tentang #BeautyBeyondSize tidak mengalami penurunan berat badan sedikit pun. Justru berat badannya bertambah dibanding tiga tahun yang lalu. Yang berbeda dari kondisinya terdahulu adalah sekarang ia sudah dapat menerima kondisi tubuhnya.

Namun, kebalikannya, beberapa orang malah menganggap Graham terlalu gemuk. Terlalu tinggi. Terlalu montok. Saat ia mengunggah foto yang menampilkan selulit dan stretch-marks, komentar yang muncul adalah Graham mempromosikan wanita-wanita agar menjadi obesitas. Ironis ya, di saat yang bersamaan, orang lain beranggapan bahwa ia "terlalu kurus" karena berfoto dengan angle yang berbeda.

Apa yang dirasakan Graham tentu pernah dirasakan hampir seluruh perempuan di seluruh dunia. Bagaimana masyarakat memberi label-label tertentu dan memaksa perempuan untuk menghadirkan sosok 'sempurna' seperti yang ada di angannya? Tak peduli seberapa jauh ia berlari setiap pagi sampai ngos-ngosan, tetap saja label "gendut seperti gajah" meruntuhkan rasa percaya diri. Tak peduli bagaimana usaha seseorang menggemukkan badan agar tak dianggap "kurus seperti papan penggilasan".

Padahal tak ada yang bisa benar-benar mengerti, bagaimana perasaan mereka yang memiliki tubuh seperti itu? Seperti apa perjuangan mereka? Tak selalu yang bertubuh montok identik dengan makan banyak kurang olahraga 'kan? Dan tak selalu yang kurus berarti tak punya uang untuk menyenangkan diri sendiri dengan icip-icip makanan di kafe terbaru?

Sedihnya, di masyarakat, body shaming dianggap wajar, dianggap sekedar guyonan. Jika ada yang menangis dan sakit hati karenanya, semudah kata "baperan ih!" dilontarkan kepada 'korban'. Bukan tentang "pikniknya kurang jauh, mainnya kurang malam", tapi menurut saya, seseorang layak menentukan sikap dan bereaksi saat orang lain mempermalukan bentuk tubuhnya. Karena tubuh adalah pemberian Tuhan, menghinanya berarti ... :)

Jika saya boleh berkata, apa yang kita tampilkan, akan tetap tak pernah sempurna di mata orang lain. Pilihannya hanya 2: menjadi sehat secara jasmani dan rohani sesuai keinginan sendiri, atau menjadi cantik seperti Barbie yang dibentuk orang lain? Toh dengan pilihan satu atau dua, hidup tetap sama-sama berjalan ... hanya saja kadar kepuasan menjalaninya yang berbeda.

Saya pernah menuliskan di blog saya, "Betapa jahatnya seseorang yang mendorong dan memicu orang lain untuk membenci tubuhnya ... terlebih, membenci dirinya sendiri."

Tulisan ini dimuat di Vemale.com, selengkapnya di sini.

Tulisan saya lainnya soal body image, bisa di baca di label 'body image'

Komentar

  1. Yang penting buat saya, sehat dan mensukurinya. Gendut atau kurus tak ada artinya kalau penyakitan...

    BalasHapus
  2. Harus banyak-banyak bersyukur dan berkarya, pasti lupa deh pengen bentuk tubuh seperti apa.
    Yang utama sehat jiwa dan raga.

    BalasHapus
  3. Eh iya bener banget, gw diet mati2an biar bisa turun berat badan dan alhamdulillah turun jauh dan ngerasa kalo body enakan manja di liat manja di jamah
    trus ketemu temen di bilang "Cumi, lw sakit kurusan" dan disitu saya merasa hina ihik ihik

    BalasHapus
  4. Hahahaa..I pass this point, Winda..menerima kenyataa tapi selalu semangat untuk jaga kesehatan. Happiness makes me the sexiest person on earth!

    BalasHapus
  5. I feel you dek! I've been there all my life! Sekarang saya melihat, orang lain yg senang menghina orang lain itu sebenarnya jg minta dicela... dan dia menyembunyikan gak percaya dirinya dengan mengejek orang lain terlebih dahulu. Begitu dihina balik, dijamin pasti mingkem

    BalasHapus
  6. Abis liat fotonya Ashley Graham. Nggak ada yang salah dengan tubuhnya. Oke kok itu. Gitu kok dikomen kurang ini dan itu. Emang tubuhnya orang yang komen itu udah sempurna gitu?

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer