Melepaskan Keterikatan: Sedikit Memiliki Barang, Lebih Banyak Kebahagiaan


Postingan pertama di tahun 2018. Benar-benar telat ya? Orang lain sudah memulai postingan pertamanya di hari dan minggu pertama bulan Januari. Saya malah baru bergairah menulis lagi di blog ini, hari ini.

Belakangan ini memang perhatian saya tersita oleh beberapa pekerjaan. Sampai-sampai masak pun jarang. Saya tidak pernah mengeluhkan pekerjaan karena ya itu sudah jadi pilihan saya, tapi namanya manusia saya agak jenuh juga.

Ketika jenuh melanda, semua terlihat salah. Termasuk melihat tumpukan buku-buku di rak saya. Sudah bertahun-tahun, saya dengan paksa menjejalkan buku-buku baru ke rak buku di kamar. Awalnya saya berpikir, "Ini rak bukunya sudah gak cukup. Harus beli yang baru." Masalahnya, ruangan untuk menambah rak buku yang lebih besar itu tidak ada. Akhirnya saya pun jadi malas mengurusi dan membiarkan buku-buku semakin menumpuk tanpa terjamah (karena empunya lebih sering baca secara digital).

Sampai pada akhirnya, awal tahun kemarin saya merasa hal ini sudah tidak sehat. Saya sumpek melihatnya. Di Sabtu sore minggu yang lalu, saya keluarkan semua tumpukan buku yang menjejali rak hingga dua lapisan itu. Ternyata memang benar, banyak sekali buku-buku saya. Beberapa di antaranya bahkan saya lupa kalau pernah mempunyainya.



Setelah mengeluarkan semua buku di lantai, saya mengelap rak buku saya. Sebetulnya rak buku saya memang tidak besar, tapi masalahnya bukan pada ukurannya. Tapi pada keterikatan saya terhadap benda-benda yang tidak lagi saya butuhkan. Satu per satu buku saya gelar di lantai, saya ambil 1 kardus besar dan mulai menyortir buku-buku berdasarkan kriteria:

  1. Saya nggak suka lagi dengan bukunya
  2. Buku tersebut nggak relevan lagi dengan kondisi saya sekarang
  3. Saya nggak ingat dengan buku itu dan kalau pun saya kehilangan bukunya, saya nggak akan mencarinya 
  4. Buku yang masih bisa jadi investasi dan saya perlukan
Sortiran dari nomor 1-3 ternyata hasilnya luar biasa. Satu kardus besar yang ukurannya setara dengan dua kardus Aqua berhasil saya isi dengan buku-buku yang masih banget layak baca. Segera saya kontak teman saya, Mbak Athya, yang pernah share di mana buku-buku yang layak baca bisa didonasikan. Ternyata beberapa teman yang baca IG stories saya soal bebersih rak buku juga menyarankan yang sama, "Didonasikan aja ke Rumah Belajar Aqil. Pasti bermanfaat."



Nggak perlu waktu lama, setelah dihubungkan oleh Mbak Athya, kardus besar itu pun berpindah tangan ke teman-teman Rumah Belajar Aqil, yang lebih membutuhkan, bisa merawat dan memanfaatkan dengan baik.



Bisa saja buku-buku itu saya jual. Mungkin kalau dijual saya bisa dapat keuntungan ratusan ribu bahkan jutaan, karena beberapa buku yang saya sortir novel yang masih bagus. Tapi bukan itu tujuan saya. Saya merasa lebih lega saat melihat rak buku saya punya ruang, buku-buku baru tertumpuk dengan rapi dan mudah dilihat dan buku-buku lama itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh mereka yang membutuhkannya. 

Dan terutama, saya merasa lega saat bisa melepaskan keterikatan terhadap kebendaan yang tidak abadi. Mempertahankan sesuatu yang tidak kita sukai, tidak lagi jadi perhatian dan bagian dari hidup kita itu sama seperti menggantungkan tas berisi batu berkilo-kilo di tubuh kita, sementara batu itu justru memperberat langkah kita.

Sama seperti hal-hal lain yang terjadi dalam hidup kita. Saat kita tidak punya barang, semestinya hati kita yang lebih 'terisi'. Kalau sebagian orang mengumpulkan banyak barang, saya justru bercita-cita hanya punya sedikit barang yang dipakai secara efektif. Karena di masa sekarang ini, kesederhanaan sebenarnya adalah kemewahan bukan?





Komentar

  1. hello wind~
    jadi inget tumpukan baju yang ga muat lagi (err) kalau buku yg kusimpan biasanya buku jaman kuliah yg masih bisa dipakai. kalo komik/novel yg ceritanya hatam langsung masukin kardus. awalnya buku2 yg udah ga dibutuhkan aku jual tapi lama di negonya -_- jadi diiklashkan. sekarang jadi males beli novel karena kalau udah selesai ga aku baca lagi hehe

    BalasHapus
  2. Banyak bgt mba bukuny :D klo aku yg numpuk baju dilemari udah sesak,kayaknya mau ikutan mba beberes jg deh

    BalasHapus
  3. aku masih belum sanggup kalau harus melepas buku-buku kesayangan euy. tapi untuk sekarang juga sudah jarang sih beli buku jadi nggak terlalu banyak buku numpuk di rumah

    BalasHapus
  4. Hihi. Aku awalnya juga eman, Mbak, buat pilah2 buku yg di rak. Tapi karena tempat yg sudah nggak muat akhirnya aku pilih2 terus aku jual.

    BalasHapus
  5. Sama banget kyk papaku ini, he's kinda hoarder jadi dirumah banyak buku,kertas2,sampe kotak bekas. Gara2 itu saya jadi berniat pengen hidup minimalis klo punya rumah sendiri.

    BalasHapus
  6. Mbaaaaaaak bukunya banyak bangeeeeet. Tapi kalau tidak ada unsur "joy" saat menyentuh bahkan melihatnya, memang sudah waktunya untuk disumbangkan saja. Saya sendiri mulai pakai metodenya Marie Kondo kalau tanda-tanda kejenuhan udah datang. Lumayan efektif! Rasanya legaaa~

    xoxo,
    honeyvha.com

    BalasHapus
  7. AKu juga merasa sayang kalau mesti melepas buku2 koleksiku. Jadi sementara ini aku biarkan aja di lemari buku yang tekadang suka aku baca ulang. Ada memori dan kepuasan tersendiri lo punya buku sebanyak ini hehee keren mbak :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer