Mengapa (Saya Merasa) Perlu Memaksa Diri Untuk Ngeblog?


Di tulisan terdahulu saya yang judulnya "Membangun Kebiasaan Menulis, Bagaimana Caranya?" saya menuliskan satu poin tentang "dipaksa". Dipaksa menulis, supaya jadi kebiasaan. Padahal dipaksa itu nggak enak. Memang ... kalau yang memaksa orang lain. Dipaksa orang lain, meskipun untuk kebaikan kita ke depannya, pasti rasanya jengkel. Manusiawi sekali. Tapi akan beda rasanya, ketika diri sendiri yang memaksa melakukan suatu hal.

Pengalaman yang saya tulis ini, sangatlah personal. Tiap orang pasti tidak akan sama, pun motivasinya tiap orang berbeda-beda dalam ngeblog. Sejujurnya, beberapa hal inilah yang membuat saya merasa perlu memaksa diri sendiri untuk ngeblog, dari alasan yang remeh sampai yang benar-benar 'beralasan':

Sudah berlangganan domain tahunan

Image taken from pexels.com

Saya masih ingat, waktu itu ada promo domain murah dari Niagahoster yang mana membuat saya iseng-iseng penasaran, "Kira-kira ada nggak ya orang lain yang membeli nama domain pakai nama saya, 'windacarmelita.com' gitu ..." Soalnya saya sering baca kenapa orang membuat nama domain aneh-aneh dan bukan namanya sendiri, karena namanya pasaran dan sudah dibeli sama pihak lain. Ternyata nama 'windacarmelita.com' itu masih available. Langsung saya beli domainnya deh, dan jadi blog yang sekarang ini.

Setelah punya domain blog yang top level domain sendiri, hal ini malah jadi salah satu motivasi untuk rajin mengisi blog. Karena merasa sayang sudah bayar biaya tahunan buat menghidupinya. Meski nggak mahal sih, tapi kalau sudah punya domain sendiri rasanya mubazir saja kalau blognya tidak rutin diisi. Syukur kalau dari blog ini bisa menghasilkan tambahan uang, jadi seolah-olah dia bisa membayar sendiri domain tahunannya hehehe ...

Belajar disiplin terhadap aturan yang dibuat sendiri

Image taken pexels.com

Melanggar aturan itu adalah hal yang sangat tempting untuk dilakukan. Apalagi aturan orang lain. Tapi kalau aturan diterapkan sendiri? Wah justru sangat-sangat-sangat mudah dilanggar. Hehehe. Karena tidak ada yang mengawasi 'kan? Mau seminggu ngepost satu tulisan, atau tidak sama sekali, siapa yang bakal protes?

Saya sangat salut dengan blogger-blogger yang punya jadwal harian atau mingguan. Apalagi dengan tema-tema yang berbeda. Konsistensi dan disiplin adalah PR seumur hidup, terutama buat saya secara personal.

Supaya tetap produktif dan terus terasah

Image taken from pexels.com

Sekitar tiga tahun yang lalu, saya berada pada fase putus asa pada banyak hal. Bisa karena di masa itu saya baru 'disapa' yang namanya "half-quarter life crisis" dan serangkaian upside-down dalam hidup. Akhirnya muncullah pemikiran-pemikiran yang nyeleneh, termasuk sebuah ketakutan tentang, "Gimana kalau nanti aku jadi orang yang nggak lagi kreatif?"

Ketakutan saya itu berdasarkan karena di masa itu saya dituntut untuk selalu menghasilkan hal-hal yang 'seru-keren-dinamis', yang anak muda banget. Sementara saya merasa buntu sebuntu-buntunya, entah dengan atau tanpa alasan. Kreativitas yang sebetulnya adalah wujud bersenang-senang yang membuat bahagia, justru jadi beban pikiran. Padahal, saya dibayar ya karena 'tugas' untuk memunculkan ide-ide kreatif itu. 

Setelah berbagai pergumulan, akhirnya saya dengan ikhlas menaruh momok itu, termasuk berserah pada "Ya sudahlah, kalau aku nggak lagi jadi orang yang kreatif, ya sudah nggak apa-apa." Sebuah permakluman dan excuse terhadap diri sendiri. 

Di tengah hingga beberapa saat setelah masa-masa krisis itu, saya mencari pelepasan dan pelarian dengan ngeblog. Meski tidak serajin sebelumnya atau sesudahnya, setiap kali membuka dashboard blog, saya merasa seperti benar-benar pulang ke rumah yang menerima saya apa adanya. Bebas menulis dengan gaya apapun, membahas apapun .. Ada yang baca atau pun tidak, ada yang meninggalkan jejak komentar atau pun tidak, bukan lagi jadi hal yang penting buat saya. Karena achievement saya sangat pribadi, supaya tetap produktif dan membuat otak bisa bekerja terus dengan senang.

Karena itulah, saya mencari cara gimana supaya terus produktif. Oh iya, saya suka masak. Tulis resep deh. Oh iya, saya suka dengerin musik, bikin playlist lalu tulis kesan-kesan saya terhadap lagu-lagu di dalam playlist tersebut. Saya suka curhat, hahahah ... saya tulis deh tentang pemikiran-pemikiran reflektif itu ke dalam blog. Akhirnya menulis di blog nggak terasa lagi sebagai 'paksaan', melainkan jadi cara memelihara produktivitas :D

Tiga hal ini, sekali lagi, sangat-sangat personal. Mungkin kamu yang membaca tulisan ini punya alasan lain di balik kenapa terus bertahan ngeblog sampai hari ini. Atau kamu yang membaca tulisan ini baru bergerak membuat blog baru. Apapun alasannya, jangan berhenti menulis ya! Karena menulis itu memelihara jiwa ;)

Komentar

  1. Semoga semakin semangat ngeblognya Kak!
    Kalo sayah yakarena dah bayar domain, trus sayang kalo gak ngeblog gak dapet duit. Hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha itu juga salah satu motivasi kuat, kala invoice sudah terkirimkan dan .. "Lho, kok wis setahun ae?" :))

      Hapus
  2. mengapa saya perlu dipaksa untuk ngeblog, kalau dari saya pribadi ngeblog itu sebagai meditasi mbak. sebuah hobi yg ga bisa ditinggalkan, entah itu nulis, bw an, interaksi dgn org lain, mencari bahan, atau sekedar nyari gambar untuk bahan tulisan. semua itu membuat saya bahagia. Bagaimana mungkin sesuatu yg membuat kita bahagia untuj ditinggalkan? cuma ya, saya sempat melanggar sebuah konsistensi ngeblog, dari awal 2 kali publish per bulan, kini 1 kali perbulan karena sibuk dan kegiatan lain yg kita lakukan.

    tp harus tetap ngeblog

    BalasHapus
  3. Akupun memaksakan diri untuk nulis paling tidak 2 post per minggu. Kadang bosan sih, apalagi kegiatan saya cuma ngeblog. Tapi sama kayak alasan di atas. Harus dipaksakan makanya :D

    BalasHapus
  4. Semangat mbaaa...
    Sama nih kayak saya, meskipun aslinya waktunya nyuri-nyuri bahkan mengambil sedikit waktu tidur, tapi diusahakan banget deh :)

    BalasHapus
  5. Dr awal aku menulis blog supaya ga lupa ama semua pengalaman pribadi dlm hal traveling dan kuliner. Kadang2 pernah sih ngerasa sedih kok yg komen dikit... Trus jd males nulis.

    Tapi kemudian aku inget tujuan awal aku nulis apa??? Kan bukan ngejar traffic, ga ngejar komen dll. Toh blog ini ga ku monetize samasekali. Jadi kenapa hrs sedih kalo sepi??? Kayak ketampar dan jadi malu akhirnya :). Dari situ, aku mulai pikirin lg tujuan semula ngeblog. Utk sharing, utk diri sensiri yg pelupa ini :). Dengan begitu, rasa malas nulis juga ga kayak dulu :).

    BalasHapus
  6. halo mbak winda lama tak bersua ya, baik di dunia nyata maupun maya
    aku kapan anu mau ikut kelasmu di ngalup tapi gajadi, hiks -_-)
    duh ini tulisan super banget
    dan akupun juga punya ketakutan sama, gimana klo tiba2 agak bisa kreatif
    sementara itulah yang bisa membuatku semangat
    apalagi klo punya standar tinggi untuk kreatif
    belum lagi mbak winda yang setiap hari berjibaku di dunia konten yha
    tapi bener mbak, ngeblog itu akhrinya jadi pelarian paling asyik
    entah mau dibaca dikomentar atau apapun rasanya..

    surga....
    yang paling paripurna...

    sukses mbak.

    BalasHapus
  7. menulis itu bener-bener memelihara jiwa ya, apalagi kalau invoice-nya lancar dan makin besar :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer