Menemukan Kesenangan Lain dari Urban Traveling

kotagede jogja
Image taken by Winda Carmelita
Semenjak bekerja, saya jadi jarang banget traveling ke alam-alam begitu. Perjalanan liburan yang benar-benar ke alam mungkin waktu road trip ke Menjangan  dan waktu off road ke Pantai Licin beberapa bulan lalu.

Sebetulnya suka banget kegiatan ke alam-alam begitu, lha wong memang lahirnya dari keluarga pendaki gunung. Tapi sekarang karena waktu libur yang terbatas, saya memilih untuk melakukan perjalanan yang tidak terlalu menguras tenaga dan tidak memakan jatah libur lama hehehe ...

Selain itu, makin ke sini saya menyadari kalau saya suka bepergian yang sifatnya eksploratif sendiri dan traveling ke alam bebas sendirian sepertinya saya masih belum berani. Jadilah, saya sekarang menyukai urban traveling alias traveling di dalam kota saja.

Mungkin urban traveling itu memang buat orang-orang yang keinginan travelingnya sungguh sederhana seperti saya ya. Hahaha. Saya mulai senang urban traveling sejak menghabiskan waktu sendirian di Bali saat Soundrenaline 2017 lalu. Meski nonton Soundrenaline-nya sama teman-teman, tapi saya punya waktu cukup banyak untuk strolling around daerah Kuta sendirian tanpa tujuan. Jalan kaki 6-7 km, sesekali duduk lalu lanjut jalan lagi.

Pengalaman urban traveling yang menurut saya paling menyenangkan adalah saat saya menghabiskan waktu 2 hari di Jogja. No plans, semuanya spontan. Akhirnya saya ikut walking tour bareng Jogja Good Guide menjelajah Kotagede, ke Jogja National Museum dan yang ter-epic adalah naik TransJogja yang rutenya sungguh jauh sekali dari Giwangan ke Malioboro sampai ngantuk-ngantuk takut kesasar pula.

mie ayam tumini
Demi Mie Ayam Tumini :)) | Image taken by Winda Carmelita
Setelah beberapa kali keliaran di kota lain sendirian (kalau bahasa mama saya, bukan keliaran, tapi 'keleleran' :)) ), urban traveling itu terasa asyik. Nggak kalah kok sama wisata alam bebas. Soalnya ..

Akses transportasi dan akomodasi lebih mudah

Kalau mau bepergian, pasti soal transportasi dan akomodasi yang dipikirkan pertama kali. Berhubung bepergiannya di dalam kota saja, pastinya transportasi lebih mudah. Bisa naik angkutan umum, sewa motor atau naik transportasi online.

Akomodasi pun juga lebih mudah mengaturnya. Apalagi sekarang banyak hostel-hostel murah buat yang bepergian sendiri atau pun kelompok kecil.

Menjelajah dari sudut pandang berbeda

Keliling Kotagede beberapa waktu silam bikin saya tersadar kalau selama ini banyak hal yang kita anggap 'sepele' ternyata nggak sesepele itu. Jalan-jalan yang membentuk suatu wilayah, punya cerita yang dalam tentang kota itu sendiri. Tempat makan legendaris, bangunan kuno yang bertransformasi, semuanya punya cerita yang menarik. Ya seperti manusia  'kan, tiap orang punya kisah hidup yang berbeda-beda dan menarik buat digali.

Saya jadi ingat kenapa teman saya, Sindy Asta dan Gaharu, tergerak bikin movement A Day To Walk untuk jelajah Kayutangan, Malang. Karena dari kampung Kayutangan yang terlihat 'hanya' seperti kampung, menyimpan sejarah panjang tentang Kota Malang sendiri.

Belajar berinteraksi dengan orang asing

Mungkin setiap aktivitas traveling bakal melibatkan orang asing dalam ceritanya. Tapi ketika saya melakukan urban traveling (sendirian), saya benar-benar merasakan banget nih. Duduk di angkringan, diajak ngobrol bapak-bapak sepuh yang wondering dikira saya nggak bisa bahasa Indonesia (dikata turis Vietnam katanya .---.).

Pas walking tour itu pun saya kenalan dengan teman baru yang ternyata senasib seperjuangan traveling sendirian kayak saya dan kami pun makan mie ayam bareng-bareng sekelarnya tur. Happy!

Pernah juga pas ke pasar cari sarapan dekat penginapan, saya ngobrol banyak sama ibu yang punya warung dan berbuah dibonusin tempe mendoan dan doa "Semoga nanti ke sini lagi sudah sama jodohnya ya, Mbak." (Iya, bu. Amin... )

Lebih kreatif mencari alternatif kegiatan

Seringnya kita terjebak sendiri sama pemikiran kalau traveling di dalam kota itu membosankan. Paling banter jadinya ngemall. Padahal nggak juga lho. Saya malah nggak pernah menyentuh mal atau belanja-belanja kalau wisata kota. Di Malang aja ada, nggak perlu jauh-jauh :))

Di suatu kota pasti punya museum, alun-alun, atau landmark-landmark yang seru dikunjungin. Teman saya dari Jakarta pernah minta diajak jalan-jalan di Malang ke mana hayo? Wisata ke candi! Karena dia terakhir lihat candi waktu SMP studi tour ke Prambanan hahahah ... Lain lagi teman yang sudah lama nggak pulang Malang, sekalinya ke sini malah pengen jalan kaki napak tilas sepanjang jalan Kayutangan - Alun-alun - Tugu, ke Pasar Splendid pula.

Kemarin waktu ke Jogja sama teman, kami memang nggak ikut tur apa-apa, tapi sempat lah pergi-pergi ke beberapa toko alat musik. Kemudian mblusuk ke dalam kampung di belakang Tugu Jogja. Sebetulnya itu accidentally karena kami nyari tempat makan yang ada di Google Maps tapi kok ternyata nggak ada wujudnya. Dari situ kami akhirnya tahu kalau ada kampung di Jogja yang mirip sama Kampung Warna-warni Jodipan, Malang. Plek-ketiplek! :))

Buat yang bepergian sama anak-anak, urban traveling ini jadi pilihan liburan yang tidak merepotkan. Mau ke taman bermain seperti Houbii Adventure Park, tinggal beli tiketnya di Traveloka. Mau ikutan walking tour biar 'terarah', sekarang banyak kota sudah punya komunitas-komunitas tur independen seperti Jogja Good Guide (Jogja), A Day To Walk (Malang), Jakarta Good Guide (Jakarta), Bersukaria (Semarang), dll. Tinggal pilih yang sesuai referensi.

Wah nulis ini jadi kangen pengen urban traveling sendirian lagi. Target selanjutnya adalah pergi ke Semarang. Mari kita wujudkan tahun 2019 mendatang. Ada rekomendasi nggak yang asyik-asyik dan enak-enak di Semarang? ^^

Bagaimana, apakah Anda sudah auto-nyanyi baca nama warkop di atas? | Image taken by Winda Carmelita





Komentar

  1. Oh baru tau namanya urban traveling. Aku juga suka jalan kaki nyusurin gang-gang gitu mbak kalau ke suatu kota. Makanya suka banget kalau nginep hotel yang sekitarnya ramah buat pejalan kaki. Paling favorit emang daerah Jogja n Solo, banyak bangunan cantiknya. Kapan-kapan pengen nginep hotel deket kayu tangan ah, biar bisa jelajah daerah kayu tangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo nginep di daerah Kayutangan dan kebetulan weekend, bisa intipin IG-nya @adaytowalk Mbak. Biasanya mereka ada agenda susur kampung Kayutangan di hari Sabti-minggu :)

      Hapus
  2. Kok seru sih mbak. Aku baru denger jg, nampaknya emang menyenangkan ya.. Tetep sih yg pntg kudu ada partner, meski partner baru

    BalasHapus
    Balasan
    1. menyenangkan kok mbak, kadang memang kita perlu satu waktu jadi nobody out of nowhere hehehe

      Hapus
  3. eh sama, saya juga suka urban traveling dimanapun kota/negara. soalnya bisa nemu bangunan cantik, bisa lihat kehidupan yang lain, dan makanan lokal yang enak-enak. hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa betul Mbak, seringkali makanan yang enak2 itu adanya di gang2 yang nyempil dan ketemunya cuma kalo pas jalan kaki aja

      Hapus
  4. kayaknya perlu juag deh, blusukan ke tempat2 yang ada kulinernya yg enak

    BalasHapus
  5. Ini salah satu bentuk me time dan sosialisasi dengan orang baru :)

    Aku juga suka sih mba urban traveling tapi belum berani sendirian kalau medannya alam wkwkwk mungkin lebih suka yang menyusuri wisata heritage atau gang-gang heritage dengan lingkungan baru

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer