Make It Private, But Not Secret

Dibandingkan 3-5 tahun ke belakang, sekarang saya menggunakan social media tidak se-harsh dulu. Menggunakan, dalam artian mem-posting konten. Kalau sekadar menonton, mungkin intensitasnya masih cukup tinggi. 

Setahun belakangan ini saya merasa hal-hal mem-posting konten itu tidak lagi menjadi kegembiraan. Terutama di Instagram, yang berbasis visual. Kalau di Twitter, saya masih menikmatinya. Mungkin karena saya orangnya tipe text ketimbang gambar, jadi lebih nyaman berkicau di Twitter. Itu pun tidak sesering dulu. 

Kalau dulunya sering posting kuliner, masakan, atau kegiatan, sekarang isinya mungkin lebih ke repost-repost, kegiatan bermusik (yang itu juga nggak sering). 

Yang terjadi akhir-akhir ini adalah ketika saya mem-posting stories IG, saya selalu berpikir panjang. "Penting nggak sih?" adalah kata yang bergaung berulang kali di hati dan pikiran saya sebelum memencet tombol "Your Story" untuk mengunggahnya. Yang sering terjadi akhirnya tidak jadi mem-posting-nya.

Perkara posting-posting ini memang sangat personal. Apalagi saya bukan content creator. Saya pribadi tidak percaya diri posting foto wajah alias selfie di Instagram, karena ... kembali lagi, ya buat apa. Kecuali pengen memberi informasi soal sesuatu, misalnya produk make up yang dipakai. Kalau hanya memposting wajah diri tanpa ada informasi penting, saya belum sampai ke level ke-PD-an seperti itu, walaupun ya nggak apa-apa juga sih. 

Buat yang suka melakukan itu, go ahead. Ini murni tentang saya, bukan tentang kamu kok.

Di sisi lain, saya lebih senang menyimpan hal-hal pribadi untuk saya nikmati sendiri, atau diketahui hanya oleh orang-orang terdekat. Seperti pekerjaan yang on going sedang saya kerjakan atau rezeki yang saya dapatkan. 

Saya selalu mengingat bahwa oversharing itu berbahaya, karena mungkin banyak orang yang tidak suka dengan kebahagiaan dan rezeki yang kita miliki sehingga mendoakan yang buruk. Dan mereka yang menonton juga mungkin tidak sebegitunya peduli pada kehidupan kita. Jadi yah ... Bisa dibilang inilah alasan kuat mengapa saya tidak terlalu suka membahas social media, apalagi jika hal-hal itu masih belum benar-benar jadi atau belum pasti. 

Bicara soal hal-hal yang belum pasti dan kegelisahan, lebih nyaman saya tuangkan di dunia nyata lewat mengobrol dengan pasangan dan teman-teman dekat. Manusiawi, sesekali saya juga keceplosan ngomel di Twitter. Ketika itu terjadi, saya selalu merasa menyesal hehehe. Beruntungnya saya saat ini sedang merasa utuh dan tidak kesepian, jadi tidak melampiaskannya di social media.

Namun bukan berarti saya menutup-nutupi semuanya dari dunia luar dan berlagak sok misterius. Dulu saya pernah punya hubungan dengan seseorang yang meminta saya untuk tidak menunjukkan di social media bahwa kami punya hubungan. Padahal toh walaupun tidak diminta seperti itu, saya juga bukan tipe orang yang terlalu excited sehingga apa-apa di-post di social media. Lucu sih, dia ternyata memang tidak mengenal saya sebegitunya.

It turns out, dia ternyata sudah mulai mendekati perempuan lain ketika masih jalan sama saya. Wk!

Dengan pasangan yang sekarang, kami sama-sama tidak terlalu suka posting-posting di social media. Tapi kami punya cara sendiri. Tidak eksplisit, tapi menyampaikan pesan bahwa kami saling memiliki. Orang lain tidak perlu tahu seperti apa kami menjalani hubungan kami atau masalah apa yang kami hadapi, tapi setidaknya orang lain tahu bahwa "Oh, sekarang dia sudah punya pasangan."

Begitu saja, Cukup.

Benar sih, social media itu bebas, suka-suka yang punya. Terkadang saya juga pengen kok bisa bebas dan nggak terlalu mikirin mau posting apa gitu di Instagram. Tapi mungkin saya terlalu banyak ngobrol sama diri sendiri ya, jadinya urung terus dan akhirnya jadi kebiasaan seperti sekarang ini.

Saya sungguh salut sama orang-orang yang berani lepas dari social media. Ada teman saya yang setahu saya tidak punya satu pun akun social media. Dan dia baik-baik saja, sibuk dengan dirinya sendiri. Mungkin itulah bukti bahwa kebahagiaan karena tidak takut ketinggalan zaman itu benar adanya ya hahaha ...

Oh iya, satu lagi, kenapa saya jadi jarang posting di social media. Because I'm busy enjoying my real life! 😝

Komentar

  1. Halo mbak Winda
    iya nih mulai mikir juga engga bahagia juga posting di IG
    kadang sekarang IG cuma buat nyimpen foto aja biar engga ilang
    unggah story pun kadang cuma buat jokes atau meme
    Sama juga engga merasakan pingin posting aja dan mulai mencoba menikmati real life.

    BalasHapus
  2. Hy mba Winda,
    Kalo aku pribadi sih, semakin bertambah usia pastinya semakin selektif kalau mau posting sesuatu, inget banget jaman masih single, dikit2 posting dikit2 posting, kalau liat postingan jaman dulu rasanya "kok dulu aku alay ya, kok bisa ya kaya beginian di posting ga penting bgt" hahhaa, skrg mau posting aja mikir dulu hahhaa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer