Menuju Pengembaraan

Seringkali saya percaya bahwa pendidikan di sebuah sekolah/universitas/institusi adalah baik adanya. Seringkali saya berpegang teguh bahwa pendidikan yang saya enyam, atau pernah saya enyam, punya feedback yang positif untuk kehidupan saya selanjutnya. Karir, misalnya.


Tapi, hey, kali ini saya benar-benar percaya bahwa semuanya adalah “nothing” tanpa adanya pengalaman yang kita raup sendiri dengan tangan-tangan kecil kita. Kita perlu melihat, menyentuh dan membaui daun untuk tahu warnanya hijau dan beraroma khas. Kita perlu bertemu, berbincang, dan berkeringat untuk memahami mengapa mereka tak mau dan tak diijinkan bersekolah. Kita perlu beradu argument dengan dia yang tampak sangat menyebalkan dan seenaknya sendiri, karena problem solving tiap masalah dalam kehidupan, tidak semuanya dapat dijawab oleh buku-buku kuliah kita.


Perlukah sekarang saya memperjelas ekplanasi ini, ketika saya datang pukul 07.00 pagi, disambut oleh gedung dan bangku yang dingin, membunuh kesendirian dan sepi dengan raungan-raungan blues dan buku bacaan-apa-saja-yang-penting-bisa-dibaca, sembari menunggu mereka datang, hampir 1 jam kemudian. Bahkan kadang tak hadir, tanpa ada kabar , yang angin pun tak sudi membawanya. Duduk di ruangan yang tampak seperti kubikel yang asyik sendiri dengan cerita-ceritanya. Sama, saya juga melakukannya, ketika sosok yang hadir hanya sekedar hadir. Misi yang diemban gagal, Bung!


Marilah belajar dari alam. Alam adalah sarana belajar, pendidik yang hebat dan kehebatan yang tidak tertandingi. Alam hadir karena buah pikiran Tuhan, semua baik adanya. Teori hadir dari buah pikiran manusia atas pengalaman-pengalaman yang diperolehnya.


Kamu tahu apa itu membuang-buang waktu? Ya, saya sedang melakukannya dan mungkin kamu juga…


Kamu tahu, aku harus segera selesaikan ini. Secepatnya. Sebelum banyak waktu yang terbuang sia-sia lagi…

Komentar

Postingan Populer