Metamorfosis


Metamorfosis
(Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 1981)

ada yang sedang menanggalkan pakaianmu satu demi satu,
mendudukkanmu di depan cermin, dan membuatmu
bertanya, “tubuh siapakah gerangan yg kukenakan ini?”

ada yang sedang diam-diam menulis riwayat hidupmu,
menimbang-nimbang hari lahirmu, mereka-reka
sebab-sebab kematianmu -

ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu




Ayah, Ibu, masih belum bisa kulupakan tangisan pertamaku ketika engkau menghilang dari pagar sekolah pertamaku
Aku merasa aku begitu sendiri di tengah lautan orang-orang yang bagiku tak bernama
Begitu rikuh ku makan bekal darimu
Terasa rasa sayangmu tertelan hingga masuk ke dalam darahku
Ingin rasanya kudengar bel pulang sekolah itu berdering agar segera aku dapat menghambur ke pelukanmu dan mencium aroma khas tubuhmu


Ayah, Ibu, masih belum bisa kulupakan surat pertama yang datang dari Kepala Sekolah yang ditujukan padamu
Kuberikan surat itu dari genggamanku kepadamu dengan keringat dingin bercucuran
Aku tahu, itu bukan kabar baik. Mereka pasti melaporkan kejadian hari ini
Bahwa kupukul teman sebangkuku, aku yang tertidur pulas di pelajaran Matematika, aku yang tak pernah mau mengerjakan pekerjaan rumah
Tak kusangka, kau mengelus lembut kepalaku dan kau katakan, “Semuanya akan baik-baik saja,”

Ayah, Ibu, masih belum bisa kulupakan hari pertama aku masuk ke jenjang ini.
Kau mungkin tak mengantarku sampai ke depan gerbang sekolah
Mungkin wajahku masih terlihat lugu tapi kau percaya aku dapat melewatinya
Dan mempercayakanku pada Bapak-Ibu Guruku
Seiring dengan waktu yang mengantarku hari demi hari
Kejenuhan merambati, kelelahan menjadi makanan sehari-hari dan begitu banyak tuntutan harus kulewati
Jadilah kucari pelampiasan untuk penghibur diri sendiri
Mulai kucari tahu rasa yang harusnya belum boleh kutahu
Bermesraan di sudut kantin sekolah
Diam-diam mengebulkan asap di toilet sela jam pelajaran
Dan banyak lagi yang menjadi pengakuan
Meski kadang aku ingin mencari jati diri dengan prestasi

Ayah, Ibu dan seluruh dunia …
Kini aku akan melepaskan jenjang ini, masa ini
Masa di mana seluruh hidup penuh bergantung pada orang lain
Perlahan harus belajar untuk kutinggalkan
Dan gerbang kedewasaan sudah terbuka dan mempersilakanku untuk menapakinya
Putri kecilmu kini telah dewasa
Bocah nakalmu kini mulai mengemban tanggung jawab
Senyummu menjadi penerang jalanku
Doa restumu menjadi pengiring hariku


(*ditulis untuk dibacakan pada Prom Night SMAK St.Albertus tahun 2008 dan Buku Tahunan SMAK St.Albertus alumnus tahun 2009)

Komentar

Postingan Populer