one day.. will you miss me when I'm gone?

Akhirnya tibalah saat dimana aku akhirnya harus berunding dengan semesta, untuk bertemu dengan Dia yang terbaik dalam hidupku


Supaya aku bisa bertanya dalam pelukan-Nya, “Untuk apakah kulakukan semua ini?”


Ketika semua ingin aku punya 12, meraih 13, bertindak seperti 14


Padahal semua yang aku mau, yang aku mampu, yang nafasku cukupkan hanya pada angka 11


Ketika aku masuk ke dalam kotak bodoh, yang semuanya artifisial, tapi aku membuatnya terasa nyaman seperti tidur memeluk boneka kesayanganku. Kemudian ketika terbangun aku tahu bahwa aku tinggal di dalam kotak bodoh, yang benar-benar tak berotak seperti kepalaku.


Ketika aku terlempar pada hutan yang berisi monster-monster yang asyik sibuk sendiri, ramai riuh rendah, mabuk minuman keras, dan mereka bernama “sekumpulan kesepian yang sempurna” berpesta pora dalam acara “keramaian semu”.


Ketika aku berlari menuju ke garis finish, sekuat aku melawan panasnya terik matahari di kakiku, darah di peluhku, dan sedikitnya oksigen yang masih bisa kuhirup tetapi aku harus puas berada dalam urutan ke-sekian juta dari yang pertama.


Ketika aku jatuh hati padamu, yang telah tanpa sadar meremukkanku kemudian pergi tanpa melambai dan aku tersaruk sendirian memunguti remukanku sendiri, merangkainya membutuhkan waktu bertahun lamanya kemudian bertemu dengan yang lain, yang sama denganmu. Selalu sama denganmu.


Ketika aku mesti tersenyum, padahal aku tak mau. Ketika aku tak mau tersenyum, mereka bilang aku yang tak tahu diri. Ketika aku mesti merelakan, padahal aku tak mau. Ketika aku tak mau merelakan, mereka bilang aku egois.


Ketika yang disekitarku bilang “Kamu itu Batu Karang! Air itu bukan tandingannya untukmu!”


Tapi mungkin ada yang mereka lupa tentang aku, air itu sudah terlalu sering menyapaku, hadir tanpa pernah ada lembut sedikitpun dan akhirnya membuat lubang-lubang kecil yang semakin tak terhitung jumlahnya dan lagi-lagi, aku membiarkan satu demi satu mengeropos dan menggerogoti tubuh menjadi sesuatu yang tampak utuh, tapi itu realita semu.


Bisakah aku memejamkan mata, mengucapkan mantra kemudian menghilang?


Bisakah aku kembali hadir padamu, pada mereka, pada semuanya?


Bisakah aku kembali di sini, menjadi manusia biasa?


Bisakah kita berdiri bersama-sama lagi?


Bisakah aku meminta pelukan yang dulu hanya sekilas kemudian kau lepas?


Biarkan aku berbaring di padang rumput dengan ribuan bunga krisan putih dan merasa jatuh hati


Karena hanya jatuh hati pada-Mu lah aku bisa tenang…

Komentar

Postingan Populer