Africa Van Java

"Jadi, kapan kita perginya?"

Akhirnya pertanyaan itu terjawab. Setelah terlalu sering berwacana, akhirnya tanggal 22 Januari 2013, kami mengepak semua perbekalan, mengecek mesin dan mempersiapkan fisik menuju tempat yang katanya surga di Pulau Jawa.

Bukan, kami bukannya mau ke tempat yang sedang digandrungi akibat dari film yang jadi box office itu. Kami cukup tau diri, fisik kami nggak mumpuni :p Jadi, kami pergi ke tempat yang lebih ‘aman’ untuk dieksplorasi, tapi nggak kalah oke untuk dijelajahi.

So we decided to make a little-short trip to Baluran, East Java.

Kami bertujuh (Ivan, Kevin, Febri, Sakha, Putra, Neva — sebetulnya Nia juga mau ikut sih, sayang nggak dapat restu) sepakat mengadakan perjalanan yang dimulai tanggal 22 Januari 2013 sampai 23 Januari 2013. Tanggal 22 Januari, jam 23.00 Ivan selaku Kepala Rombongan yang baik mulai keluar rumah untuk menjemput kami satu-persatu. Total kegiatan menjemput ternyata memakan waktu 1 jam, jadi jam 24.00 kami baru benar-benar memulai perjalanan setelah sebelumnya dimulai dengan doa (PENTING!).

Perjalanan dimulai lewat Karanglo, kemudian ke arah Pasuruan. Sempat sedikit blank arah setelah Pasuruan karena sudah malam dan driver serta co-drivernya juga agak sliwer. Setelah di Pasuruan, saya lapar sekali karena malam sebelumnya nggak makan malam. Jadi kami berhenti sebentar di sebuah swalayan untuk makan … POP MIE dan numpang buang air kecil! Yeah, Pop Mie saved my life! Memang biasanya kalau nggak bisa tidur sampai di atas jam 01.00, perut saya mulai kurang ajar. Di situlah muncul istilah "Winda memelihara 5 mahasiswa gembel di perutnya" karena saya nggak bisa berhenti makan sampai jam 02.00-an —___________—

Malam itu kami nggak tidur sampai jam 03.00-an, sampai akhirnya mobil sunyi senyap karena lelah. Hebatnya, Ivan, kepala rombongan sekaligus driver, sama sekali nggak capek! Bakal serem kalau Ivan staminanya menurun karena jalanan di Paiton sampai ke Asembagus didominasi oleh truk-truk dan bis-bis yang seperti dikendalikan oleh makhluk luar angkasa. Gila. Nggak heran banyak terjadi kecelakaan di sepanjang jalan Paiton karena memang di sana gelap dan auranya kurang enak dirasakan. Hampir saja kami ditabrak oleh sebuah bis yang menyalip truk dan makan seluruh badan jalan yang berlawanan arah. Epic! Untung saja Ivan jago dan awas hingga perjalanan aman sampai ke Baluran pada pukul 06.00.

Kami melewatkan sunrise di dalam mobil saja, di hutan setelah Asembagus (apa ya namanya) but it was a great moment karena melewatkan perpaduan biru kemerahan itu bersama teman-teman masa kecil :)

Jam 06.00 tepat kami sampai di pintu gerbang. Welcome to Taman Nasional Baluran. Sebetulnya TN Baluran baru dibuka jam 06.00, tapi mungkin karena kasihan melihat 7 orang anak muda dengan wajah kumus-kumus tapi sumringah sekali begitu  melihat pintu gerbang TN Baluran, akhirnya kami diperbolehkan masuk setelah membayar Rp. 20.000,- untuk kontribusi mobil dan Rp. 2.000,-/orang.

Segera kami berkendara masuk Batangan, melewati rimbun-rimbunan pohon. Perjalanan awal kami disambut oleh ayam-ayam hutan yang punya jambul berwarna biru dan merah. Cantik! Dalam perjalanan awal ini, kami melewati hutan Evergreen yang kabarnya hijau sepanjang tahun. Rimbunan kanopi pepohonannya sejuk dan manis sekali dipandang. Di sinilah insiden terjadi, kaca jendela mobil di sisi kiri, tempat saya duduk, ngadat. Cukup menghebohkan karena kami diserbu oleh nyamuk-nyamuk hutan dan beberapa serangga kecil yang cukup gatal. Perjalanan menuju ke pos 1 Bekol ini memakan waktu kira-kira 30-45 menit (12 km). Saran : pakai Autan sebanyak-banyaknya dan pastikan agar kaca jendela atau pintu mobilmu bisa berfungsi dengan baik.

Akhirnya kami sampai di Pos 1 Bekol. Benar-benar Tuhan mungkin sedang senang hatinya ketika menciptakan Baluran! Pos 1 Bekol sangat indah dengan padang rumput yang luas memanjakan mata, langit yang kebiruan memeluk kami dengan hangat. Sinar matahari tidak malu-malu memayungi kami, sehingga kami cukup berkeringat hanya dengan berdiri di sana 10 menit saja. 

Photo by Putra Egam

Kebetulan sekarang musim hujan, jadi padang rumput sedang hijau-hijaunya. Kabarnya kalau musim kemarau, rumput menguning dan persis seperti pemandangan di padang Afrika. Setelah puas melihat padang rumput yang serasa mengingatkan kami pada sebuah adegan film Madagascar, kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Pantai Bama, 3 km dari Pos 1 Bekol.

Jalanan menuju ke Pantai Bama lumayan becek karena rumput-rumput dan tanah yang masih basah. Kami sempat khawatir kalau-kalau mobil yang kami kendarai kejeblos seperti kejadian waktu beberapa dari kami ke Kondang Merak. Untungnya, sekali lagi, manuver dahsyat Ivan dan mobil Tropper 4WD-nya dapat melewati itu semua dan … welcome to Bama Beach!

Photo by Kevin Octavian
Di sini kami kebingungan karena kaca jendela yang tidak bisa ditutup menjadi incaran para geng monyet ekor panjang. Bisa dibayangkan kalau barang-barang di dalam mobil diincar —” Setelah memutar otak akhirnya kami menutupi kaca jendela dengan kardus dan melenggang puspitalah kami nyemplung ke pantai.

Pantai Bama tidak seperti pantai-pantai yang biasa kami datangi. Di sini, tidak ada ombak, hanya riak-riak kecil. Sunyi dan damai. Biru dan putih. Banyak ketam-ketam kecil dan bintang laut kami temukan sepanjang pantai. Tidak terlalu dalam, bahkan Putra bisa sampai berjalan agak ke tengah dengan aman untuk mengetes tas kamera amphibinya :p

Photo by Putra Egam
Agak berjalan ke timur, kami disambut dengan bebatuan besar tempat bersembunyi keong-keong lucu. Masih sama, di sini hanya ada riak-riak kecil dan pasir agak kasar yang menggelitik kaki. Kami beruntung sampai di Bama masih pagi karena langitnya sangat cantik seperti gula kapas :) Di sana kami ngobrol, berfoto, bermain air sampai puas. Akhirnya sekitar pukul 11.00-an kami melanjutkan perjalanan karena langit mulai mendung.

Sayangnya kami tidak sempat mengeksplore lebih jauh lagi karena terhalang gerimis kecil dan kaca jendela mobil yang tidak bisa ditutup bakal jadi petaka kalau hujan deras turun. Sebetulnya masih ada banyak sekali potensi wisata yang bisa kami datangi, misalnya Gua Jepang, menara pandang, Candi Bang, Mata Air. Nggak apa-apa, next time bisa diagendakan lagi (kalau kami belum disibukkan dengan kegiatan khas orang dewasa lainnya :p).

Jam 12.00-an kami bertolak menuju Malang. Sempat berhenti untuk makan pagi-siang (karena kami terhitung 12 jam nggak makan berat) di Rumah Makan Srikandi, langganan Ivan di Asembagus. Melewati Probolinggo, hujan badai yang sangat besar menghalangi jalan kami pulang. Khawatir, kami berhenti sejenak sekalian istirahat dan menghabiskan perbekalan yang jumlahnya fantastis itu hahahhaa. Sebelum pulang, jam 16.00-an kami makan lagi di rumah makan favorit, Tongas Asri di Probolinggo( Okay perjalanan ini memang akhirnya banyak dihabiskan dengan makan :p). Akhirnya pukul 19.00, we touched down Malang.

Perjalanan yang sangat menyenangkan dengan orang-orang yang menyenangkan! Indonesia memang sungguh kaya dan cantik! 

Photo by Putra Egam
Wherever we go, the natural beauty of Indonesia will always bring us back to this country :)

- Catatan perjalanan dari Baluran, Africa Van Java-

Komentar

  1. Birunyaaaaaaa gak nahan, sampe hijaunya indahnya dan berkumpul bersama teman" adalah menyenangkan ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang paling menyenangkan bukan pas di lokasinya, tapi ketika di perjalanan berkumpul bersama teman2. Makasih yaaa sudah mampir :)

      Hapus

Posting Komentar

Thankyou for your feedback!

Postingan Populer