Pergi Jauh

Sore ini, tidak seperti sore-sore biasanya. Mungkin akumulasi dari cuaca buruk akhir-akhir ini, tanggungjawab tahun akhir, dan beberapa pikiran lain, jadi satu menghasilkan badan yang kurang sehat. 


Aku nggak tahu apa yang salah, siapa yang salah, kenapa bisa salah, semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak bisa aku jawab, selain menuduhkan pertanyaan-pertanyaan itu pada diriku sendiri. Kenapa sih kok sampai sekarang masih mbulet sama metode penelitian? Salahku, aku mungkin kurang berjuang buat membaca banyak buku. Kenapa sih kok sampai sekarang materi lagunya nggak selesai-selesai? Salahku, akunya suka nggak bisa mengendalikan mood. Kenapa sih, katanya mau bikin film tapi kok nggak  segera jalan? Salahku, akunya bingung karepe dhewe dan ga punya inisiatif.


Akhir-akhir ini satu-dua hal memang cukup mengganggu pikiranku. Terutamanya adalah bagaimana akhirnya aku memikul sebuah tanggungjawab, untuk keluargaku. Jalan pertama yang harus kulakukan adalah aku musti cepat-cepat lulus. Iya, demi ini aku rela bolak-balik kampus, hampir 10 jam per hari menghadap laptop dan mengerjakan satu-dua hal berhubungan dengan skripsi, dengan harapan aku bisa segera seminar proposal (ketika ini ditulis Puji Tuhan keruwetan yang terjadi antara 3 pemikiran, bisa terpecahkan). Karena apa yang ada di depan mata sebetulnya jauh lebih menantang dan butuh pemikiran, lebih daripada sekedar yang namanya SKRIPSI.


Akhir-akhir ini, pertanyaan-pertanyaan muncul di kepalaku. Apa aku bisa? Apa yang aku lakukan ini tepat? Sampai kapan badainya terus menerus seperti ini? Tapi mungkin Tuhan menilaiku kuat, hingga dia memberi aku sesuatu yang ‘lebih’. Toh mungkin di belahan dunia lain ada juga yang mengalami sepertiku.


Akhir-akhir ini aku ingin sendiri. Pergi jauh, sendiri, duduk di perjalanan, sendiri. Karena ternyata menangis, mengeluh dan merutuk tidak bisa, sedikitnya, meringankan sesak di dadaku.



Komentar

Postingan Populer