Tentang Social Media, Selebtweet dan Keselamatan Manusia

Sekitar dua hari yang lalu, 'masyarakat' Twitter dihebohkan dengan menghilangnya seorang financial planner bernama Titis. Kabarnya, setelah di-drop di sebuah mall oleh sang suami pada Sabtu (15/2), Titis menghilang dan tidak berkabar. Akhirnya, setelah pencarian yang lumayan rumit, Titis ditemukan hari Senin (17/2) di sebuah hotel yang lokasinya tidak jauh dari mall tempat terakhir ia terlihat.

Menariknya, cerita tentang menghilangnya Titis ini sempat bikin gempar timeline Twitter. Dimulai dari akun Twitter @mrshananto atau Ligwina Hananto yang merupakan salah satu sahabat sekaligus rekan kerja Titis.




Informasi ini kemudian menyebar luas. Bahkan, saya yang berada di Malang dan tidak mem-follow akun @mrshananto pun juga 'tersentil' berkat retweet-an dari orang-orang yang saya follow, misalnya Pak @nukman atau @yoris.

Dari sini, saya melihat betapa besar kekuatan jaringan di social media. Berkat Internet dan social media, masyarakat punya keterikatan secara virtual. Don Tapscott, penulis Grown Up Digital ('kitab suci digital' saya nih hehehe) pernah bilang bahwa virtual reality yang diciptakan Internet ini bahkan bisa menghubungkan orang-orang yang awalnya tidak saling mengenal dan tidak terhubung kepentingan satu sama lain untuk saling membantu. Betapa dahsyatnya kekuatan viral Internet ini.




Di sisi lain, kadang saya juga berpikir, tidak semua orang akan punya 'keberuntungan' yang sama dengan Mbak Titis. Mbak Titis punya banyak rekan yang merupakan opinion leader di jagad Twitterland Indonesia (kalau ndak mau disebut selebtwit sih). Itu salah satu dari 'malaikat penyelamat'nya sehingga orang-orang berpengaruh ini kemudian menyebarkan informasi dari satu retweet ke retweet yang lain. Tapi, bagaimana jika Mbak Titis adalah bukan siapa-siapa? Bagaimana jika ia tidak punya teman-teman yang 'berpengaruh'? Atau bahkan tidak punya teman yang menggunakan Twitter?

Terlepas dari kabar kurang sedap yang mengiringi ditemukannya Mbak Titis yang kabarnya bersembunyi karena punya masalah keluarga ini, sepertinya social media kini dapat menjadi tools untuk merekam jejak tindak kriminal bahkan untuk melacak keberadaan seseorang, bukan?

Komentar

Postingan Populer