Tentang Ide Menulis, Air Putih Dan Terterpa Cahaya Dari Surga


7 tahun yang lalu, saya maju membawa berkas-berkas tulisan saya kepada guru saya, Bu Enny. Berkas setumpuk itu saya serahkan ke hadapan Bu Enny di ruang guru sore-sore, sambil malu-malu. Maklum, waktu itu saya baru kelas 1 SMA, baru masuk beberapa bulan di sekolah baru. Kira-kira waktu itu saya bilang, "Bu, saya 'kan suka nulis, Bu. Ini tulisan-tulisan saya. Barangkali Bu Enny mau baca..."

Kira-kira seminggu kemudian, berkas-berkas itu kembali dengan coretan pakai bolpoin merah. Banyaknya luar biasa. Ternyata tulisan saya tidak cuma dibaca oleh Bu Enny, tapi juga dikoreksi, dibetulkan diksi-diksinya. Dan ketika dikembalikan, saya buru-buru pulang ke rumah, tidak sabar pengen segera tahu salahnya di mana hahahaha *orang yang aneh*.

Marah?
Nggak.
Seneng?
Banget.

Karena di situlah awal akhirnya saya mulai kepincut sama yang namanya dunia tulis-menulis SECARA SERIUS. Apalagi ketika saya masuk jurusan BAHASA (dengan sadar, sepenuhnya sadar) yang mana hampir seminggu punya kegiatan menulis ... setiap hari! Selama SMA itulah saya punya banyak cerita pendek dan prosa-prosa, dari yang penting sampai yang absurd kelihatannya. Beberapa di antaranya dimuat di media-media lokal dan jadi 2 buku antologi. Puji Tuhan, racauan tidak jelas tersebut ada yang mau baca :p

Bicara tentang karya yang absurd, biasanya dikarenakan saya tidak punya ide dan sedikit memaksakan supaya ide tersebut keluar. Kejadiannya seperti misalnya saat saya lagi ditugasi bikin puisi, padahal saya sedang tidak merasakan apapun. Akhirnya yang saya tulis justru kemampetan ide saya itu. Atau ketika saya tidak bisa tidur, justru yang saya tuliskan adalah saat saya insomnia itu. Bahkan, waktu saya bosan, genjrang-genjreng gitar tidak jelas, saya pernah bikin lagu berjudul "Tiap Waktu", isinya .. juga tentang kebosanan saya sama rasa bosan itu. Liriknya seperti ini:
"Tuhan aku minta uang, supaya bisa keliling dunia. Liburan ini, kuhanya di rumah, Tuhan beri aku kaya..."
(tenang, liriknya ini nggak ngajarin jelek kok, nanti lagunya akan saya post di akun Soundcloud saya plus liriknya. Kunjungi yaaa hehehehe)

Lalu, beberapa waktu yang lalu teman saya tanya, "Kamu kok rajin nulis blog sih? Idenya dari mana?". Saya jawab di sini ya: Pertama, karena saya suka ngomong sendiri (dalam hati). Kedua, karena menulis itu self-healing. Menjawab pertanyaan kedua, nah ini yang agak tricky wong saya sendiri suka susah cari ide. Tapi bolehlah saya cerita dikit (jadi dari tadi itu saya belum cerita toh? Oooh...).

Ide menulis biasanya saya dapatkan dari membaca. Baca apapun, termasuk baca timeline Twitter. Karena saya suka menulis tentang segala sesuatu yang ramai di social media, saya lebih banyak scrolling Twitter, Facebook dan berita-berita tentang yang lagi heboh tentang social media. Lalu, ide menulis lainnya datang kalau saya santai-santai lihat di sekitar, misalnya (waktu kuliah dulu) sering lihat bapak penjual susu kedelai dari atas balkon UKM. Sekarang sih, ide menulis datangnya pasti setiap tidak malas karena setiap hari saya sudah wajib menulis 10 artikel *alasan*.

Saya suka menulis hal-hal yang kelihatannya serius jadi lebih enak dibaca. Sesimpel karena baca blog itu bagi saya beda dengan baca koran, beda dengan baca jurnal apalagi baca ensiklopedia.

Oh iya, ada orang-orang yang perlu didoping semangatnya kalau menulis dengan cemilan. Kalau saya sih cukup dengan lagu-lagu (yang cukup bikin gendang telinga muncrat) dan air putih. Apalagi kalau di kantor. Nih saya kasih tahu alasannya:

Karena setiap hari saya berfotosintesa  kemudian dehidrasi alias silaauuuuuuuuuuuwuwuwuuw

Sehingga akhirnya saya membangun sebuah mahakarya spektakuler agar kegiatan kontemplatif nan kreatif saya tetap berjalan seperti sediakala dengan ...

Terop Manten ini!
(belom bisa beli mobilnya, paling nggak sudah punya gambarnya dulu ahahahaha)

Komentar

Postingan Populer