Tentang Internet, Bersosialisasi Dan Sakit Leher

Seberapa tahan sih kita berhenti menggunakan smartphone?

1 jam?
10 menit?
Oh, atau mungkin hanya 1 menit?

Entah apa benar yang dikatakan oleh Marshall McLuhan bahwa "medium is the message" itu sendiri, tapi kini kita membutuhkan mengakses internet lebih daripada pesan yang dibawa oleh media itu sendiri. Tiap 5 menit, rasanya janggal kalau tidak mengintip timeline Twitter. Padahal belum tentu juga setiap 5 menit ada mention untuk kita.

Saya pun mengalami hal itu. Sebelum terjerumus dalam lubang yang lebih dalam, saya pengen berhenti dari ketergantungan internet selain karena kebutuhan pekerjaan. Sedikit demi sedikit, saya bisa menjalaninya. Kalau beberapa bulan lalu, sehari saya bisa nulis twit hingga puluhan, sekarang saya hanya nulis twit sekitar 5-10 saja, termasuk reply mention.

Barangkali memang karena load pekerjaan sehari yang lumayan dan pulang sudah capek boyok, saya jadi jarang buka laptop lagi di rumah. Termasuk, jadi lebih banyak pegang smartphone untuk browsing-browsing berita atau blogwalking berkaitan dengan tabungan ide tulisan. Karena seharian sudah banyak menghabiskan waktu dengan menghadap komputer, saya jadi seperti haus bersosialisasi. Daripada Whatsapp-an atau BBM-an, saya sekarang lebih suka mengajak ketemuan langsung atau cari-cari kegiatan di luar yang menghibur bersama teman-teman. Banyak hal yang tidak bisa digantikan oleh keberadaan komunikasi digital saat ini, misalnya pelukan, suara tawa orang tersayang dan masih banyak lagi.

Bagi saya, internet dan segala toolsnya jangan sampai menggantikan real life ini. Karena di social media kita bisa lihat gambar sate, tapi di real life kita bisa mengunyah sate dan menikmatinya bersama sahabat-sahabat tersayang, bukan?


Lagipula, nunduk mulu main smartphone, nggak sakit leher apa ya? Kaya video satu ini nih:



Komentar

Postingan Populer