Tentang Pendidikan Internet, Online Predator Dan Keselamatan Anak

Pagi ini, di tengah deadline tulisan hari ini dan kejaran acara genjrang-genjreng rutin kantor jam 14.00 nanti, saya menemukan sebuah berita dari situs Jepang yang cukup membuat 'deg'. Seorang bocah perempuan berusia 10 tahun asal Jepang, mengupload fotonya di jejaring sosial Weibo. Parahnya, dalam foto itu sang gadis cilik berpose hanya menggunakan pakaian dalam. Walaupun wajahnya ditutupi dengan gambar kartun, tetapi pose-posenya bisa jadi lahan empuk bagi para online predator. Dalam berita itu juga disebutkan bahwa foto si anak ini banyak dicari dengan keyword "sexy/erotic elementary student" dan "horny".

image taken from rocketnews24.com
Dulu, ketika masih kecil, orang tua sering mewanti-wanti kita agar tidak keluar rumah tanpa ijin, hati-hati dengan orang asing, jangan mau dijemput orang yang tidak akrab dan peringatan-peringatan semacamnya. Orang tua tentunya mengkhawatirkan keselamatan kita dari tindak kejahatan yang dilakukan di lingkungan sekitar. Di masa kini, barangkali kita akan lebih sering mendengar kasus diculik orang tidak dikenal. Mulanya dari perkenalan di social media, berujung dengan pertemuan (biasanya dilakukan diam-diam) dan selanjutnya bisa ditebak, drama penculikan tak jarang disertai dengan pemerkosaan bahkan pembunuhan.

Ngeri! Bagi saya yang tumbuh dewasa akrab dengan internet, hal seperti ini bikin miris. Lebih miris lagi karena di sekitar saya, para orang tua tidak memahami betul bahwa internet itu bukan area bermain. Dari obrolan dengan Abang Edwin saat bertemu di Malang kemarin, Abang Edwin mengungkapkan ketidaksetujuannya tentang ungkapan bahwa "internet adalah tempat bermain" bagi anak-anak. Meski bahayanya tak terlihat langsung di depan mata, tapi melepaskan anak-anak sendirian di dunia maya ibaratnya melepaskan anak kecil menyeberang di jalan raya padat lalu lintas. Seram? Sangat! Apalagi 'lalu lintas' di dunia maya ini tidak terjamah. Tahu-tahu saja apa yang dilihat anak-anak tanpa diketahui orang dewasa, diserap dan diterapkan di kehidupan nyata.

Ada yang bilang, maling lebih pintar daripada yang jadi korban. Bisa jadi memang benar. Online predator ada di mana-mana dan dengan daya pikatnya melalui kata-kata, mereka bisa merayu anak-anak ini masuk ke dalam jerat mereka. Seringkali jejak penculikan online predator ini sulit dideteksi karena mereka biasanya orang yang sama sekali asing bagi sang anak.

Dari banyaknya kejadian ini, kita bisa belajar bahwa orang tua selayaknya jadi pintu pertama yang mengenalkan internet kepada anak. Tempat pertama anak bertanya tentang apapun yang ingin diketahuinya tentang internet. Tapi sayangnya tak semua orang tua belajar, mau belajar dan mau ditanya tentang internet, nih. Bagaimana dengan Anda, bagaimana Anda mengajarkan internet kepada anak Anda? ;)


Komentar

Postingan Populer