Find Your Perfect Place to Grow


Semakin dewasa, saya jadi lebih memahami soal investasi dan mencintai. Keduanya berhubungan, nggak bisa dilepaskan. Menginvestasikan apa yang kita cintai dalam hidup itu adalah membuatnya berkembang dan bertumbuh. Maka itu, investasi berbeda dengan menabung 'kan? Kalau menabung, kita hanya 'mengamankan', tanpa membuatnya jadi bertumbuh menghasilkan value lain yang lebih. You just keep it, not to growing them.

Dari banyaknya lagu yang saya dengarkan sepanjang hidup, saya suka sekali dengan kalimat, "Where you invest your love, you invest your life." Suka sekali. Kalimat ini adalah bagian dari lirik lagu Awake My Soul karya Mumford and Sons. Kalimat itu mungkin sangat sederhana, tapi setiap kali mendengarkan lagu ini, saya seperti 'ditampar'

Karena dalam hidup berinvestasi itu adalah hal yang penting. Kalau investasi secara materi saja dianggap pakar-pakar keuangan adalah hal penting, apalagi buat generasi milenials, apalagi menginvestasikan hidup kita pada hal-hal yang 'membangun'.

Saya selalu percaya ada empat 'tempat' di mana sepanjang umur kita menginvestasikan hidup.

Rumah


Image taken from pexels.com

Rumah, bukan berarti bangunannya. It's about "HOME", not "HOUSE". Rumah jadi pijakan pertama seseorang kenal dengan dunia. Nggak semua orang mendapatkan kesempatan bertumbuh di rumah dengan keluarga yang sempurna, tapi kita nggak bisa memilih mau dilahirkan di keluarga yang mana. Tapi bagaimana pun juga rumah jadi 'tempat' di mana sejarah dan pola pikir awal kita terbentuk.

Sekolah


Image taken from pexels.com
Setelah rumah, sekolah adalah tempat kedua yang 'mau nggak mau' harus dipijak. Buat saya, sekolah adalah tempat pertama saya dihadapkan dengan realita bahwa ada orang lain selain diri saya dan keluarga saya. Bertemu orang-orang yang tumbuh dengan didikan yang berbeda-beda yang mereka bawa dari rumahnya. Di situ saya belajar berbagi, belajar memilah, belajar menyelesaikan masalah.

Bagi saya, sekolah adalah tempat di mana kita mulai bisa menginvestasikan tentang relasi pertemanan. Walau memang nggak semua orang memilih menginvestasikan relasi pertemanan di tempat dan tahapan ini.

'Tempat' kita bekerja


Image taken from pexels.com
Kalau ada orang bilang, bekerja adalah stage 'welcome to the jungle', harus diakui, ya benar! Benar banget. Sebetulnya saya lebih suka menyebut yang ketiga (dan yang keempat nanti) ini sebagai stage, bukan tempat. Karena tempat kerja bisa berpindah-pindah.

Stage ini adalah stage yang bakal paling lama dijalani dalam hidup seseorang, sepanjang ia masih mau dan mampu produktif.

Saya mengalaminya sendiri. Berpindah tempat kerja dua kali, yang pertama sebagai freelancer, yang kedua sampai sekarang ini sudah lima tahun saya jalani sebagai fulltime worker. Belum lagi pekerjaan freelance project di luar kantor. 'Tempat' ini mempertemukan saya dengan banyak hal yang ternyata jadi kenyataan (manis atau pun pahit). Mustahil kalau selama bertahun-tahun itu saya nggak dapat apapun dari yang saya jalani.

Sepanjang bekerja sampai hari ini, baik-buruk pengalaman yang pernah saya rasakan, saya belajar bahwa 'konsekuensi' itu bukan sekedar kata-kata. Bukan sekedar konsep yang mengawang-awang, tapi benar-benar berdiri di belakang kita setiap waktu.

Stage bekerja juga jadi tempat bahwa nggak semua orang bekerja dengan cara saya, cara orang lain pun nggak selalu cocok dengan cara saya. Kenyataan menyebalkan yang seringkali harus dihadapi (berdasarkan cerita dari teman-teman lain) adalah kalau di tempat kerja kita bergesekan dengan orang yang punya kepentingan. Ya tiap orang pasti punya kepentingannya masing-masing dan akan meraih tujuannya dengan berbagai cara.

Terdengar brengsek ya? Hahaha ... Tapi di situ adalah ladang untuk menempa diri. Walau selama lima tahun bekerja, saya kok masih gini-gini saja.

Kalau kata teman saya, dia belajar tentang, "Cinta, air mata, luka, lembur, tipes, harta, tahta dan wanita" dari pekerjaan di kantor lamanya. Kalau saya, tempat bekerja adalah tempat di mana saya berinvestasi soal karir. Mengingat petuah Rene Suhardono, " Pekerjaan kita bukanlah karir kita." Pekerjaan hanyalah bagian dari karir, sementara karir adalah value yang akan terus memotivasi kita untuk lebih-lebih-lebih meningkat lagi.

'Tempat' kita berproses dengan passion kita




Stage empat ini sering jadi kegalauan para generasi milenials, aku pun ... Bisa jadi tempat kita bekerja sama dengan tempat kita berproses dengan passion kita. Tapi ya itu, realitanya nggak semua orang punya lho privilege itu.

Kalau ditanya apa passionmu dan jawabannya "main musik, melukis, crafting, dll" itu menurut saya nggak salah. Tapi pendapat pribadi saya, passion itu lebih ke hal yang mendorong kita untuk melakukan suatu hal dengan bergairah. Passion saya adalah pengkaryaan dan berbagi. Saya selalu bersemangat untuk mencipta, caranya adalah lewat tulisan, lagu atau produk kreatif lainnya. Begitu pun jika diajak untuk sharing-sharing karena saya senang mendengarkan cerita hidup atau proses pengkaryaan orang lain :)

Tempat bekerja saat ini bisa ya, bisa tidak mengakomodir passion saya. Tapi bukan berarti terus saya bisa menyepelekan pekerjaan lantas terpuruk karena nggak bisa mengakomodir passion dan terjerembab dalam lembah nista "Halah, yowis kerjo sak-sak'e ae". Ya ndak begitu, Kak. Mengutuk tempat kerjamu sementara masih bekerja di dalamnya itu ibarat sehari-hari makan dengan uang haram lho hehehe..

Mumpung masih ada waktu, mumpung masih diberi kesempatan buat produktif, jadi kenapa nggak  menginvestasikan diri ke hal-hal yang membuat passion tetap hidup? Untuk menyalurkan energi yang masih berlebih selepas dari kantor, saya biasanya ngajakin teman ketemuan untuk bikin-bikin sesuatu. Event, misalnya. Atau ikut kelas dan workshop-workshop yang sesuai dengan hobi saya di dunia kreatif dan musik.

Saya menemukan tempat di mana mendatanginya selalu membuat saya merasa hidup dan bergairah. Tempat itu adalah Ngalup CoWorking Space. Coworking space ini seperti kastil ajaib di mana beberapa angan-angan yang dulunya cuma di kepala, benar-benar terwujud. Mulai dari tahun 2017 sampai hari ini, Ngalup selalu jadi jujugan saat pengen bikin acara, pengen brainstorming atau pun belajar dari kelas-kelas yang digelar di sini.

Sebetulnya saya sudah tahu tentang Ngalup sejak tahun 2016, pernah sekali ngintilin reporter di kantor main ke sini saat pertama kali dibuka untuk umum. Tapi belum pernah menjelajah lebih dalam.

Saat itu saya pikir Ngalup sama saja dengan coworking space yang lain. Sekedar tempat yang disewakan untuk bekerja atau berkegiatan secara kolektif, yang mana untuk segala urusan publikasi dan persiapan dilakukan sendiri sama penggagas acaranya. Begitu saja. Tapi ternyata pengalaman saya pertama kali bikin acara di Ngalup, Maret 2017 itu bikin kesan yang berbeda. Dari sisi tempat, Ngalup memang sangat nyaman, dengan beberapa room yang disediakan dan nggak berisik jadi kalau mau bekerja di sini nggak perlu khawatir pecah konsentrasi. Tapi yang perlu di-highlight bukan cuma gedungnya dan fasilitas infrastrukturnya, melainkan adalah gimana antara teman-teman Ngalup  dengan komunitas dan inisiator event berusaha growing up bersama-sama dalam proses sampai eksekusi event.

Saya merasa beruntung bisa bertemu dengan Mbak Andien, GM Ngalup yang selalu encourage siapapun yang ditemuinya untuk berkarya, berkarya, berkarya! Semangatnya yang besar itu menular lho, asli! Ketemu dengan timnya Mbak Andien, misalnya Mas Rio, juga akan merasakan semangat yang sama. Anak-anak muda yang bertumbuh dengan passion yang sangat kuat dan menggebu-gebu. Tiap orang yang datang ke sini, pasti pernah merasakan atmosfer itu deh, yakin!

Begitu banyak inisiasi kegiatan yang saya dan teman-teman berhasil wujudkan berkat bantuan Ngalup sejak 2017 hingga hari ini. Misalnya:

Sinau Social Media Bareng Malangkipa (2017)



Ini adalah event pertama yang Malangkipa inisiasi setelah sebelumnya kami bikin acara untuk inner circle saja. Very first time acak-acakin ruangan lantai satu bertepatan dengan farewell party-nya Kak Bogie :))

Pecha Kucha Night Malang (2017)


Gelaran Pecha Kucha Night Malang yang kedua, difasilitasi oleh Ngalup. Kalau yang kali ini, nggak cuma diberi kesempatan pakai venue lantai satu, tapi juga dibantu menemukan speakers-speakers keren berkat jejaringnya teman-teman Ngalup yang jawara.

Boleh intip tentang meriahnya Pecha Kucha Malang yang kedua, di sini.

Duh jadi kangen PKN Malang nih, sayangnya semua inisiator yang dipertemukan oleh kesibukan, akhirnya harus menyerah pada kesibukan juga :")

VemaleTalks: #IMPossible (2018)


View this post on Instagram

Wah Mimin masih belum move on nih ada acara Vemale Talks Vol. 3 di Malang (10/03). Terimakasih untuk partisipasinya ya Ladies, tanpa kehadiranmu, acara ini nggak akan seru! 😍 The best part acara ini juga karena @ngalup.co yang bikin suasana jadi ciamik. Apalagi dessert yang so yummy dari @asixoleholeh , @cimoryindonesia , dan @didol.ae yang bikin happy tummy lho 😋 Acara ini nggak bakal seseru itu tanpa dukungan dari @olive_tree_43 , @jawatimurpark , @maxonehotelsmalang thank you so much! ☺️ Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih banyak untuk para speakers @andinaparamith4 @raisyamalia @i_f_h_a @titiknyaariel atas sharing pengalaman yang sangat menginspirasi. Mimin juga langsung praktek tentang penggunaan hashtag, tampil lebih PD dan lebih berani untuk speak up. Vemalist udah praktek belum? Sampai jumpa lagi Ladies! ❤️ _____ #Vemaledotcom #vemaletalks #vemaleevent #ImPossible2018 #acaramalang #womensday #internationalwomensday #womenpower #womenmarch
A post shared by Vemale.com (@vemaledotcom) on

Ini adalah event yang kami garap bersama-sama, kolaborasi antara Vemale.com (tempat saya bekerja dulu) dengan Ngalup.co. Bisa dibilang ini adalah event yang paling bikin happy! Karena nggak sekedar menggelar event lalu berhenti sampai di situ. Setelah event yang menghadirkan perempuan-perempuan kota Malang yang bertaji di bidang industri kreatif ini, antara peserta dan speakers bisa mingle. Bahkan ada yang jalin networking setelah acara ini. So happy!

Termasuk acara yang diinisiasi oleh Parade Film Malang 2018 selama sebulan penuh.


Nggak hanya memberikan kesempatan untuk membuat event, Ngalup.co juga mendorong saya untuk berani bicara di depan umum dengan audience yang bisa dibilang nggak main-main. Wayuuuh, sesungguhnya ini adalah tantangan untuk mengalahkan self-esteem yang sering anjlok ke dasar bumi hahaha ... Tapi selalu di-encourage oleh teman-teman Ngalup, makanya sekarang tingkat keberaniannya jadi naik sedikit :)

#MboisTalk Cuma Ketak-Ketik Dapat Duit, Mau? (2017)


View this post on Instagram

#MboisTalk Edisi sore kali ini kita kedatangan Pembicara keren yang hobby banget nulis guys. Gak cuma nulis aja nih, mbak @windacarmelita ini juga berbagi tips gimana sih cara nulis yang bisa menghasilkan pundi-pundi dollar eh rupiah hehe. . . . Seru dan ramai sekali diskusinya guys, bahkan beliau sempat "ditantang" oleh peserta untuk langsung praktek nulis pengalaman hari itu lho! . . . Widih, tanpa aba-aba mbak @windacarmelita langsung menulis mengenai kisah Tolak Angin dan Pagi Hari. Hehehe. Ada-ada saja ya fellas. . . . Nah, sudah berapa lembar halaman tulisan kamu hari ini? Pastikan untuk tetap selalu produktif dan ikutin terus event-event keren ngalup.co lainnya ya guys! See you! . . #eventmalang #event #ngalupae #ngalupco #coworking #ngalupeveryday #ngalupcoworkingspace #workingspace #contentwriting #blogging #malangevent #malang #ngalup #MboisTalk
A post shared by NGALUP Coworking Space Malang (@ngalup.co) on


Bloggerngalam x Ngalup: Etika dan Attitude Biar Partner Nggak Kecut (2018)




Saat ini saya lagi mengalami istirahat sejenak dari berkegiatan. Tapi karena nggak pengen rehat ini kelamaan malah jadi krisis, baru-baru ini saya ikutan sebuah kelas yang extra-ordinary di Ngalup. Song-writing class by Atlesta! Bayangkan, jarang-jarang 'kan ada kelas songwriting? Ngalup yang biasanya kental akan suasana working space, malam itu berubah jadi super seru gara-gara Atlesta yang bikin kelas sekaligus intimate gigs bareng 20-an peserta.

View this post on Instagram
A post shared by ᴀ ᴛ ʟ ᴇ s ᴛ ᴀ (@atlesta) on


Kalau sampai ada kelas song writing yang sukses mengubah sebuah coworking space jadi gigs di Ngalup, sebetulnya nggak heran sih. Karena sepanjang saya berkenalan dengan teman-teman Ngalup, boleh dibilang 98 persen isinya adalah anak-anak muda under 30 years old. Makanya materi-materi kelas dan komunitas yang sering berkegiatan di sini ya sangat dinamis dan temanya "milenials to alpha generation" banget. Selain kelas song writing, pernah ada kelas sound engineering bahkan ada workshop hands on woodcrafting segala! 

Setelah berproses kurang lebih 3 tahunan ini, saya merasa penting banget menemukan 'tempat' nomor empat ini di masa produktif. Dalam stage hidup saya, Ngalup adalah salah satunya. Ngeblog, main musik dan bikin project-project 'ajaib' adalah salah dua, tiga, empat, lima, dst-nya. Walau sering dibilang sombong, sibuk atau dikata "sok sibuk", tak apa ... karena berada di tempat nomor empat inilah investasi waktu luang dan pemikiran-pemikiran kreatif terasa lebih berfaedah. Pada bagian dalam hidup yang inilah saya merasa terus hidup dan ingin selalu bertumbuh.

Yes, tulisan ini jadi sangat panjang ya? Hahaha .. Sebagai penutup, saya cuma ingin sharing ke teman-teman yang membaca tulisan ini: Ketika satu tempat tak bisa mengakomodir keinginan besarmu, jangan berhenti. Teruslah mengayuh dan melaju sampai kamu menemukan tempat yang tepat untuk bertumbuh dan menginvestasikan dirimu di sana. Seperti kata Ngalup.co, "Your Perfect Place to Grow."

Komentar

Postingan Populer