Kenapa Sih Kalau Bahas Dewa 19, Lagu Pilihannya Itu-Itu Saja?

Image taken from Wikipedia.org


Catatan: Woh woh woh, judul yang sungguh ofensif! Wahahhaa ... Tapi mengakulah, wahai Sobat Pemerhati Myuziek, kamu pasti pernah mempertanyakan hal ini.

Itulah mengapa saat saya didapuk sama Randy Kempel Levin Virgiawan untuk mengisi salah satu rubrik dalam zine fenomenal yang waow fantastic baby, yaitu Peka Zine, saya bilang, "Aku mau nulis soal Dewa 19 tanpa lagu 'Kangen'."

Dan akhirnya, beginilah terjadilah ... Tulisan ini sebetulnya versi lebih singkat dari tulisan di post ini. Secara garis besar, tulisan versi 3 pilihan ini dimuat di Peka Zine cetak edisi ... lupa edisi berapa, pokoknya tahun 2018. Yang publish di bawah ini adalah versi sudah di-touch up.
----
Bagi saya, angka "19" yang tersemat pada band Dewa 19 itu adalah angka keramat. Sebagai penyukanya, yang hafal hampir 90 persen lagu-lagu mereka di era sebelum 2000-an, angka "19" itu seolah penanda zaman keemasan.

Saat mendengar nama Dewa 19 dan diminta menyebutkan lagu mereka yang populer, track "Kangen" atau "Cinta 'Kan Membawamu Kembali" biasanya langsung terceletuk. Dua lagu itu memang jadi tombak yang membuat "semua-orang-tahu-Dewa-19". Tapi, moon maap, bosen. Ada ratusan lagunya Dewa 19, kenapa kok itu-itu saja pilihanmu, wahai rakyat Indonesia?

Kali ini saya ingin membagikan tiga lagu Dewa 19 di era 1990-an favorit saya, yang underrated, jarang jadi pilihan tapi seriusan mempan!

Persembahan Dari Surga


Track ini muncul tidak di mana-mana, melainkan di album The Best of Dewa 19 yang rilis tahun 1999. Di album ini, ada sepuluh nomor yang konon semuanya terbaik dalam kurun waktu lima tahun, sejak album Dewa 19 sampai Pandawa Lima.

Mendengarkan lagu ini, berasa sekali saat-saat Dewa 19 punya "jiwa". Kekuatannya justru pada bagian chorus. Lirik dan musik yang indah dan menghentak, menggambarkan kondisi Indonesia di masa sebelum dan setelah reformasi. Kalau mendengarkan lagu ini, saya setengah miris melihat kenyataan ada orang-orang yang "pernah" pintar, seperti Ahmad Dhani. Sulit dipercaya "How many special people changes?" kalau kata OASIS mah ....

Menurut saya pribadi, inilah lagu masterpiece Dewa 19. Catet, sebelum Ahmad Dhani jadi nastar cengkeh seperti sekarang hahahah ..

Ohiya, jikalau kamu mantan anak festivalan, pasti tidak asing dengan lagu ini. Atau bahkan mungkin kesel dan bosen? Soalnya ini lagu biasanya jadi lagu wajib festivalan band anak sekolah :)) Been there done that! Zaman itu mah gak pake MP3, tapi pakai kaset kalau mau ngulik. Keriting deh itu pita kaset sampe mbliyut-mbliyut di fast forward-rewind mulu.

IPS


Inilah track yang emosional walau tanpa kata-kata, sejak detik pertama suara gitar dipetik. Di blog, saya pernah menuliskan bahwa saya kesulitan mencari padanan kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan mendengarkan track ini. Lick-lick gitar Andra seolah tidak ingin berpamer ria, tapi ingin bercerita. Cobalah mendengarkan dengan mata terpejam dan lampu yang temaram.

Konon lagu ini dipersembahkan untuk istri Andra, Ismulia Permatasari, yang menginspirasi judul "IPS". Hmm .. seharusnya lagu ini lagu yang menggambarkan cinta dan kekaguman bukan? Tapi maaf jiwa melankolis saya lebih suka tenggelam pada kondisi ngelangut yang bikin hati tergerus sampai halus. Sialan.

Rein

Sulit mengenyahkan bayang-bayang TOTO (dan Casiopea) saat mendengarkan lagu ini. Terutama permainan keyboard Dhani di menit ke 00:25. Sound gitar Andra yang menurut saya Steve Lukather banget pun, seolah pengen mencabik-cabik rasa penyesalan dibalut rindu luar biasa terhadap sosok Rein, seperti yang tertuang pada lirik lagunya. Sejujurnya, dari sisi lirik lagu, Rein ini standar saja bagi saya. Nggak ada punchline yang nonjok.

Kalau untuk album pertama sebuah band di tahun 90-an, ada satu nomor seperti ini sih, menurut saya nggak heran kalau Dewa 19 kemudian menjadi salah satu band yang diperhitungkan pada masanya.

Pada sebuah tulisan saya membaca, sebaiknya Dewa (dan Ahmad Dhani) tak perlu risau membuat lagu baru lagi. Biarkan Dewa 19 berhenti menjadi band nostalgia yang justru akhirnya dinanti-nanti semua orang. Tapi saya justru berharap Ahmad Dhani, khususnya, kembali menulis lagu-lagu cerdas seperti saat ia masih mampu dan mau menciptakan musik yang berkualitas. Kapan? Entah. Atau mungkin kegeniusannya sudah tergilas oleh cilok pedas-tujuh-puluh-lima-rebunya Mulan Jameela? Hmmm ...

Komentar

Postingan Populer